Telepon bergetar, membuat mata Veranda teralihkan. Meninggalkan konsentrasinya dalam menikmati sepiring batagor di kantin kampus.
"Terima Kasih, Veranda. Kerja kamu bagus. Tapi jangan salah paham dulu, ini belum selesai."
"Iya, Pak Boston. Saya tahu."
Veranda menghela napas lelah. Bersamaan dengan tergeletaknya ponsel begitu saja. Mendengar kepuasaan seseorang atas hasil keterpaksaan adalah sesuatu yang menyebalkan memang.
Tapi tunggu dulu, Veranda justru semakin tak mengerti, "Secepat itukah hasilnya muncul?"
Jika memang iya, Veranda tentu akan turut senang dengan aroma napas ambigu dan ragu.
Meski yang sebenarnya adalah sakit.
Tapi apa boleh buat, mungkin ini adalah saatnya untuk berbakti pada orang tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayup
FanfictionSebuah wansut untuk meramaikan ulang tahun Veranda sahaja. Tidaklah lebih.