IV

149 29 2
                                    

Ibu Ratna masuk kedalam tepat setelah beberapa saat bel berbunyi. Wanita itu sengaja masuk lebih awal, ia tidak bisa mengajar penuh hari ini karena ada keperluan menemui dinas.

"Anak-anak, hari ini ibuk gak bisa masuk karena ada keperluan ke Dinas Pendidikan. Tugas kalian sudah dititip ke sekretaris, di kumpul!"

Terdengar teriak putus asa para siswa yang gagal menikmati jam kosong.

"Dan satu lagi, mulai nanti dan seterusnya kalian kalau mau turun pakai tangga koridor sebelah. Karena tangga yang di dekat kelas X IPA I di tutup demi kepentingan penyelidikan."

"Iya buk..." jawab seluruh murid.

Bu Ratna mengangguk. "Yasudah Ibu pamit dulu. Langsung tugas nya dikerjakan!"

**

Seisi kelas sibuk mengerjakan tugas yang diberikan Ibu Ratna. Alasan mereka patuh pada Bu Ratna tidak lain dan tidak bukan adalah karena wanita itu wali kelas mereka. Dimana lulus atau tidaknya bergantung ditangan beliau. Itu sebabnya tidak ada yang berani menentangnya.

Di pojok belakang para siswa laki-laki mengerjakan, tapi sesekali diimbangi dengan cerita berganre 18+. Di pojok depan berkumpul para cewek-cewek tukang gosip yang hobinya nyalin habis tugas murid pintar. Dan di tengah ada Maya DKK –dan kawan-kawan– mereka lebih memilih mencari bersama-sama dengan membagi tugas.

Saat semua sibuk mencari di internet, Maya justru heboh sendiri di tempat duduknya.

Amel melirik gadis itu. "Kenapa cuy? Gak diem-diem dari tadi"

"Aduhh... gue kebelet. Izin entar ya!"

"Ya ampun, kenapa gak langsung cabut aja dari tadi,—"

Amel belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tapi Maya sudah keburu hilang.

Maya berlari di tengah koridor. Rasa sesak menekan kantung kemihnya. Dengan rasa tak tertahan kan itulah, Maya tanpa sadar melupakan larangan Ibuk Ratna.

Gadis itu terus berlari, dan turun menggunakan tangga di samping kelas X IPA I. Karena toilet memang lebih dekat jika menggunakan tangga itu.

**

Setelah keluar dari toilet dengan perasaan lega, Maya berjalan santai di koridor sunyi. Ia masih belum menyadari kepikunannya, ia kembali melewati tangga X IPA I.

Dari jauh ia melihat garis polisi yang terpasang di depan pintu X IPA I. Karena susana sepi, tentu mendukung Maya untuk mengikuti naluri penasarannya. Ia melangkah nyaris tak berbunyi, membungkuk, hingga masuk dengan sempurna tanpa merusak garis polisi.

Maya mulai beraksi, ia menutup sedikit pintu dan melihat gambar yang ada di balik pintu. Gambar ilustrasi bagaimana Siera tergantung tak bernyawa. Tanpa sadar Maya terhanyut dan mata nya mulai perih.

"Siera..." ujarnya lirih. "Semoga lo tenang disana. Kita semua doain yang terbaik buat lo."

Lima menit berlalu. Maya tersadar kalau ia harus segera kembali ke kelas menyelesaikan tugas Buk Ratna. Saat Maya membalikkan tubuhnya, suara kerasak-kerusuk yang entah berasal dari mana, menganggu pendengarannya. Seketika ia berbalik dan hening untuk mendengar suara itu lebih jelas.

Satu-satunya yang ada di pandangan Maya hanyalah lemari. Ia melangkah perlahan dan berdiri waspada ketika berhenti tepat di depannya.

I Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang