Mingyu mengigit bibirnya, enam bulan meninggalkan rumah dan ini pertama kalinya ia kembali menghubungi orang di rumahnya."hyung?" ulang suara di sana.
Mingyu tidak bicara sama sekali, ia hanya ingin mendengar suara adik dan ibunya. Baginya itu sudak cukup.
"Mingyu hyung ini kau?"
Mingyu mengangguk meski ia tahu adiknya tidak akan melihat.
Wonwoo melihat itu dan mengusap pelan punggung Mingyu."Hyung, Chan sangat merindukan Hyung. Apa hyung akan pulang?"
Mingyu masih diam dan menggigit bibirnya.
"hyung ibu menangis waktu hyung pergi, tapi Chan memeluk ibu. Ayah juga terlihat sedih tapi tidak menangis. Apa hyung akan pulang?"
Mingyu tersenyum mendengarnya, bocah itu terus menanyakan apakah Mingyu akan pulang atau tidak.
"Hyung, pulanglah. Kau akan menonton pentasku di sekolah kan? Aku akan jadi pengembala yang menyelamatkan desa biri-biri dari serigala" ceritanya.
"hyung isi celenganku sudah penuh karena hyung tidak suka mengambilnya lagi". tambah Chan membuat Mingyu benar-benar tiba bisa menahan kekehannya.
"Chan kau berbicara dengan siapa?"
Mingyu mendengar suara ibunya. Maka ia benar-benar memutuskan sambungan itu. Ia tidak yakin bisa menahan tangisnya kalau mendengar suara beliau.
"Kau baik-baik saja?" tanya Wonwoo
"Tidak" jawab Mingyu setelah menyerahkan ponselnya.
"Apa kau hanya berbicara dengan adikmu?"
Mingyu menggeleng.
"Kalau mau menangis, menangis saja, Mingyu" ujarnya.
Mingyu meliriknya tidak suka.
"Diamlah!"
Wonwoo seharusnya tidak menanyakan apa-apa dulu karena Mingyu terlihat sedang dalam suasana yang tidak baik.
Tapi tuan muda, tetaplah tuan muda.
...
Mereka telah sampai dan meninggalkan stasiun kereta. Mereka berniat untuk mencari makan terlebih dahulu.
Mereka berangkat sangat pagi, dan Hyuna hanya memberinya sepanggang roti.
"Aku ingin jajangmyeon" tukas Wonwoo.
Dan mereka memasuki salah satu kedai yang menyediakan menu itu.
"Paman aku ingin dua jajangmyeon" Seru wonwoo pada pemilik kedai.
Mereka duduk berhadapan dan Mingyu masih diam. Sampai pesanan mereka datang dan menyantapnya.
"Mingyu aku ingin kau yang membayarnya" ujar Wonwoo setelah menghabiskan semangkuk jajangmyeon.
Mingyu melotot ketika ia sedang mengeluarkan sebatang rokok.
"Apa maksudmu?! Yang mengajakku makan itu kau!" protes Mingyu.
"Aku tidak bawa uang" balas Wonwoo.
Di dompetnya memang hanya ada kartu debit ia pun tak yakin dengan sisa saldonya, dan kedai ini hanya menerima uang tunai saja.
Mingyu kembali memasukan rokoknya,
"Wonwoo kau tau aku belum menerima gaji kan?" Mingyu berdiri.
Wonwoo hanya mengedikan bahu dan menatapnya.
"Keluarlah lebih dulu, temui aku di ujung jalan" ujarnya sebelum meninggalkan Wonwoo dan berbicara pada pemilik kedai.