Kausebut kenanganmu nyanyian (dan bukan matahari
yang menerbitkan debu jalanan, yang menajamkan
warna-warni bunga yang dirangkaikan) yang menghapus
jejak-jejak kaki, yang senantiasa berulang
dalam hujan. Kau di beranda,
sendiri, "Ke mana pula burung-burung itu (yang bahkan
tak pernah kaulihat, yang menjelma semacam nyanyian,
semacam keheningan) terbang; ke mana pula siut daun
yang berayun jatuh dalam setiap impian?"
(Dan bukan kemarau yang membersihkan langit,
yang pelahan mengendap di udara) kausebut cintamu
penghujan panjang, yang tak habis-habisnya
membersihkan debu, yang bernyanyi di halaman.
Di beranda kau duduk,
sendiri, "Di mana pula sekawanan kupu-kupu itu,
menghindar dari pandangku; di mana pula
(ah, tidak!) rinduku yang dahulu?"
Kau pun di beranda, mendengar dan tak mendengar
kepada hujan, sendiri,
"Di manakah sorgaku itu: nyanyian
yang pernah mereka ajarkan padaku dahulu,
kata demi kata yang pernah kuhafal
bahkan dalam igauanku?" Dan kausebut
hidupmu sore hari (dan bukan siang
yang bernafas dengan sengit
yang tiba-tiba mengeras di bawah matahari) yang basah,
yang meleleh dalam senandung hujan,
yang larut.
Amin.Durimu tajam menusuk darah
Batangmu kuat dengan duri
Bungamu indah bak bidari
Bunga mawar yang cantik nan indah
Setiap kelopakmu adalah harapan untuk kubang
Harapan untuk hari esok
Bahwa badai pasti akan berlalu
Bunga mawar yang indah
Merah putih kuning merah jambu
Berbagai macam warnamu
Menambah kecantikan di sudut runcing duri
Aku ingin menjadi sepertimu mawar
Bisa melindungi diri dan cantik
Hingga takkan ada yang menyakitiku
Hingga takkan ada yang mempermainkanku
Bunga mawar yang indah
Kubisik sebuah senja untuk kau labuh
Agar puisi yang kutulis tak sengsara di barat
Ingin kau tahu bahwa aku akan selalu menjadi tempat pulangmu
Bunga mawar
Harummu mengingatkanku
Pada seseorang yang sudah menjadi abu
Seseorang yang teramat berkarat di hati
Bunga mawar kugenggam
Hingga hati remuk merah
Hingga asa menikam dusta
Meninggal kenangan untuk kau simpan
Terkadang hati lelah untuk menangis
Berteriak hingga suara raib sudah
Menangis hingga airmata kering
Hanya menyisahkan lelah
Aku takkan lupa
Untuk setiap tangkai mawar merah yang kau beri
Karena di ujungnya kesetian ku ucap
Di setiap kelopaknya doaku berlabuh untukmu
Sekarang semuanya sudah hitam
Kau hilang dari hitam mata memandang
Hanya seikat mawar hitam yang bisa kuberi
Ketika senja berlabuh di tempat kita berada.
*Hai-Hai ini bukan lanjutan cerita kog cuma pengen bagi-bagi gambar+puisi aja ini bukan karya admin kog admin cuma share aja*
itu foto sela sama rio loh
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Short StoryCinta dalam diam 3 Kalimat itu yang bikin kamu nyesek gak ketulungan semua orang beranggapan kalau mencintai itu lebih sakit daripada di cintai seperti Sela anandita prawidara cewek yang kudet gak modis gak pintar yang bersekolah di sma negeri 1 s...