Tearless

519 66 10
                                    

.Disclaimer: Furudate Haruichi.

.

Dia tak pernah benar-benar melupakan.

Dia tak pernah benar-benar pergi.

.

Setelahnya, semua berjalan seperti biasa. Cahaya matahari yang membangunkan nya di pagi hari, rontok rambut basah berwarna abu di sisir hitam, aroma kopi pahit yang menguar dan bunyi pintu dikunci dari luar.

Semuanya berjalan seperti biasa. Terlalu biasa. Pertengkaran seminggu yang lalu layaknya tak berbekas di wajah nya.

Sugawara tetap tersenyum pada ibu-ibu tetangga yang masih menggunjing nya, Sugawara masih bermain dengan anak kecil di taman kota, Sugawara masih melewati tempat favorite mereka duduk di stasiun-tanpa menengok ke arah sana- Sugawara masih berlatih voli bersama tim nya dan Sugawara pun masih membelikan dua porsi makanan.

Sampai di rumah, dia akan meletakan porsi yang lain ke dalam microwave dengan hati setengah remuk.

Tak ada lagi wangi maskulin di kamar mandi nya, tak ada lagi usapan lembut di rambut nya sebelum tidur, tak ada lagi acara membuat kopi di tengah malam dan membicarakan tentang semesta.

Bagian ranjang nya pun hanya kusut setengah. Menghindari sisi tempat tidur yang lain-tempat dia biasa terlelap- seakan kulit nya akan terbakar bila menyentuh bagian itu.

Dingin dan mematikan. Pekarangan rumah nya kini tak sehangat 1 bulan yang lalu, selimut kusut dibiarkan tak teratur di pojok ruangan. Tak ada seorang pun yang berani merapihkan nya.

Cermin retak di tengah ruangan, menjadi saksi bisu keganasan Sugawara yang sedang mengamuk. Dan pria 24 tahun itu hanya terus memandang refleksi nya pada cermin, menghabiskan malam nya yang tersisa dan akhirnya terlelap di sofa putih pilihan mereka. Begitu seterusnya, tak ada yang berubah.

Sugawara tetap menutup telinga untuk pembicaraan sekelompok ibu-ibu yang masih menjadikan orientasi seksual nya sebagai topik utama. Bagaikan duri dalam daging, mereka tak henti membicarakan Sugawara layaknya mahluk terkotor. Yang tak pantas untuk merasakan cinta, memang apa salah nya jika dia mencintai seseorang? Apakah mahluk seperti dia tak pantas merasakan cinta?
Seorang Sugawara Koshi. Atlet bola voli terkenal, ternyata mengencani sahabat kecil nya sendiri. Tapi, sepertinya ungkapan tersebut hanya berlaku sebelum 1 minggu yang lalu, sebelum semuanya berubah dan segala hal tergantikan menjadi kata 'dulu'.

Sugawara tak pernah menitkan air mata saat teringat kenangan yang mengendap disetiap jengkal rumah nya. Sugawara tak pernah menghapus nomor yang masih berada di panggilan utama nya. Sugawara tetap mengenakan syal jingga pemberian nya di malam natal-malam natal terakhir mereka- Bahkan Sugawara masih menolak ajakan teman dekat yang dulu sangat dicemburui oleh dia.

"Ayolah, Suga-chan! Akan ada banyak wanita cantik disana! " Suara Oikawa Tooru-mantan teman sekelas nya dulu- terdengar membujuk nya dari seberang telpon.

Sugawara terkekeh lelah dan mengusap wajah nya, "Tapi aku gay, Tooru. Kau tau itu, wanita tak berpengaruh padaku"

Terdengar helaan nafas kecewa dari ujung sana, Sugawara fikir Oikawa akan menyerah dan menutup telpon nya-sama seperti yang sudah-sudah.

Namun, Oikawa malah menegaskan nada bicaranya, "Setidaknya kau harus menyegarkan fikiran mu, Suga-chan. Ini sudah 6 bulan sejak Daichi meninggalkan mu. Dan kau terus hidup-tapi-tidak-hidup. Kau mengerti kan maksud ku? Kau terlihat kurus dan aku sebagai teman mu hanya merasa khawatir. "

Perkataan Oikawa membuat nya tersadar dia sudah lama tak berbincang dengan teman lama nya itu dan Daichi sudah benar-benar pergi.

Terselip rasa bersalah dalam lubuk hati nya karena membuat Oikawa merasa khawatir.

Tearless (Haikyuu!! Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang