CP 5. Weak

1.8K 226 55
                                    

Dengan gerakan lambat Sooyoung mendekatkan wajahnya pada namja yang nekat itu. membiarkan hembusan nafasnya menerpa kulit pucatnya. Bibirnya pun mulai merambat didagu Sungjae. Menjilati setiap tetes darah yang mengalir didagu namja tampan itu. Hingga akhirnya bibir mereka bertemu.

.

.

.

Rasa asin segera menguar dirongga mulut keduanya. Bagi Sungjae ini terasa aneh, tapi tidak bagi Sooyoung. Sudah terlalu sering dia menyesap rasa asin itu.

Dihisapnya lembut darah yang dibibir bawah Sungjae. Tak satupun dari mereka yang menutup mata. Mata keduanya terbuka penuh, sekedar memperhatikan setiap raut wajah lawannya.

Mata onix itu tiba-tiba memburam. Tertutup oleh genangan air yang dengan perlahan membuat jalan dikedua pipi pucatnya. Sungjae sadar itu. Segera dihapusnya air mata Sooyoung perlahan dengan kedua ibu jarinya.

Dan ciuman itu pun terlepas ketika sebuah isakan kecil keluar dari bibir mungil Sooyoung. Sungjae segera merengkuh tubuh Sooyoung lembut. Mengelusi rambut hitam Sooyoung, gadis itu kini menangis dalam diam.

"Kali ini kau yang bodoh Sooyoungie" Sungjae mengecup berkali-kali puncak kepala Sooyoung. Sooyoung sama sekali tidak berniat melepas pelukan itu, tidak juga membalasnya. Dia hanya diam merasakan kehangatan yang melingkupi tubuhnya.

Sooyoung tetap diam sampai akhirnya sebuah denyutan menyakitkan menguasai kepalanya. Sungguh sangat menyakitkan. Matanya pun berkunang-kunang. Tubuhnya perlahan melemas. Sungjae yang merasakan tubuh yang dipeluknya itu meluruh segera menyandarkan Sooyoung didadanya.

"So-Sooyoungie? Gwaenchanayo??"Sungjae menepuk-nepuk pelan pipi Sooyoung. Suaranya terdengar panik. Sooyoung masih bisa membuka matanya meski yang terlihat hanya bayang-bayang samar.

"Gwaenchana"lirih Sooyoung. Sungjae segera menggendong dan merebahkan Sooyoung diranjang besar yang ada disudut kamar itu.

"Diam saja. Aku akan memanggil Irene Noona"ujar Sungjae lagi sambil berlari menuju keluar kamar dan memanggil guard pribadi Sooyoung yang selalu ada didepan kamarnya.

Sooyoung memandang miris punggung Sungjae yang mulai menghilang dibalik pintu kamarnya. Masih jelas di ingatannya saat Sungjae mendapatinya sedang drop tadi. Wajahnya sangat khawatir. Mungkin kejadian ini membuat Sungjae terkejut. Namun bagi Sooyoung, hal yang seperti ini sudah terlalu biasa. Setiap Sooyoung drop dipastikan beberapa jam kemudian jarum-jarum menancap dilengannya. Jarum yang terhubung dengan infus. Infus yang berisi cairan berwarna merah pekat. Sesuatu yang sangat dibutuhkannya untuk bertahan hidup.Darah.

.

.

.

Sooyoung terbaring lemah diatas tempat tidur besarnya. Matanya menutup rapat dan dengkuran halus pun mulai terdengar. Menandakan sang gadis berkulit pucat itu tertidur pulas. Sungjae yang masih belum berniat pulang terlihat duduk disamping ranjang Sooyoung. Menatap setiap lekuk wajah manis yang selalu terlihat dingin itu. Wajah Sooyoung terlihat polos ketika sedang tertidur.

Tangan Sungjae terulur untuk menggenggam tangan mungil Sooyoung yang ada diatas selimutnya. Terlihat beberapa luka kecil yang masih baru menghiasi lengan Sooyoung. Lengan Sooyoung sekarang benar-benar penuh dengan bekas tusukan jarum. Entah tusukan jarum yang lama atau yang baru dibuat dilengannya, semuanya meninggalkan kesan menyakitkan bagi siapapun yang melihatnya. Bagaimana tubuh selemah itu bisa bertahan dengan ribuan tusukan jarum yang pernah menembus kulitnya.

Sungjae tersentak ketika Irene menepuk pundak Sungjae.

"Pulanglah. Anda juga perlu istirahat"Ujar Irene. Sejenak ruangan itu hening. Sampai akhirnya Sungjae membuka suaranya.

Vampire Of Heullin (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang