15. Petaka

3.9K 307 55
                                    

• Akhir Cerita Cinta, Glenn Fredly🌌

###

ENJOY!

SEMUANYA berjalan dengan baik sampai saat ini. Adena bahkan sempat memiliki keyakinan bahwa cinta akan mengalahkan segalanya. Malam itu, saat Raffa memutuskan untuk menginap di rumah Adena, gadis itu mulai lebih merasa kalau dia baru saja seperti orang yang baru jatuh cinta. Tapi, tanpa Adena tahu, kalau tantangan yang sebenarnya baru dimulai ketika ia ada di tahap ini.

Pukul enam pagi, Adena sudah bangun dari tidurnya, begitu juga dengan Raffa. Cowok itu kini sibuk memeriksa ponselnya, takut ada berita penting yang tidak mau dilewatkannya, sementara Adena, dia hanya bersandar di pundak Raffa, menikmati sekilas pundak cowok itu. Karena ada tahu, kalau suatu saat nanti, tepat disaat Adena sedang berada di keadaan terpuruk, dia mau kalau sampai saat itu, dia masih bisa berada di pundak Raffa, dengan harapan, dia bisa mendapat sedikit ketenangan disana.

"Raf," gadis itu bersuara, membuat Raffa menoleh ke samping. "Gak apa-apa kalo kamu nginap di rumah aku?"

Raffa menggelengkan kepalanya. "Kenapa?"

Adena menggeleng. Sekilas ada raut kebimbangan yang terpancar dari wajah gadis itu. "Mama kamu gak suka, ya, sama kita?"

Dari sudut mata, Adena dapat melihat kalau Raffa langsung menghentikan aktifitasnya dari ponselnya. Cowok itu tidak terlihat yakin untuk mengatakan kalau apa yang dikatakan Adena salah. Karena itu memang fakta yang ada. "Dia bisa aja gak suka sama kamu, tapi dia gak akan bisa ngerubah perasaan aku ke kamu."

"Tapi, dia orang tua kamu, Raf. Apapun yang terjadi, restu Mama kamu yang bakalan nentuin semuanya."

Raffa mengembuskan napas. Adena benar. Kalau sampai kapan pun, Raffa akan terus terikat dengan restu Winda. Dia lalu menoleh ke arah Adena, lalu memegang dahi gadis itu yang berkerut. "Jangan berlebihan, deh, Na. Kita belum sampai di pertengahan dan kamu mulai kehilangan keyakinan kamu."

Kehangatan langsung saja menjalar di tubuh Adena saat tangan Raffa lagi-lagi merangkulnya. Kini, semua kegetiran yang ia rasakan selama ini dapat sedikit memudar. Adena memejamkan matanya, dan mulai merasakan semburan rasa cinta, kehangatan, dan perasaan asing yang berkuasa. Adena tidak pernah tahu kalau Raffa akan menjadi satu-satunya orang yang bisa membuatnya seperti itu.

Namun, semua ekspektasi Adena tentang bagian cerita fiksi yang mengatakan kalau semuanya akan berjalan baik-baik saja, ternyata meleset. Tepat saat tangan Raffa masih merangkulnya, pintu kamar gadis itu tiba-tiba terbuka, menampakkan sosok Erna dengan raut wajah tak suka di depan sana.

Adena membuka mata, semua kehangatan yang menjalar di tubuhnya tadi langsung redup sedemikian cepat. "M-mama?"

"Adena! Kenapa kamu bawa laki-laki ke kamar kamu?!"

Adena menggigit bibirnya, dia menoleh ke arah Raffa yang sudah melepaskan rangkulannya dan sudah bersiap untuk bangkit.

"Tante, saya minta maaf. Adena gak salah, saya yang--"

"Diam kamu!" sela Erna. Emosi wanita itu sudah naik ke ubun-ubun. Bagaimana tidak, saat itu, dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat kalau anak perempuannya kini sedang berada di kamar yang sama dengan seorang laki-laki. "Keluar kamu sekarang! Saya tidak mau lagi kamu bertemu dengan anak saya!"

"Ma!" balas Adena, refleks berteriak. Gadis itu bangkit dan menatap ibunya dengan tatapan meminta supaya dia tidak berlaku kasar pada Raffa.

"Apa? Sejak kapan kamu jadi belain laki-laki ini daripada Mama?" Erna mendesah. "Berduaan di kamar, apa saja yang sudah kamu lakukan terhadap anak saya?!"

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang