Can I Smile

24 3 0
                                    

15 September 2012...

In Soo POV

Kulepaskan headset berwarna putih yang sedari tadi berada di telingaku dengan kasar kelantai. Sebagai gantinya, kugunakan telapak tanganku untuk menutupi kedua telinga ini. Kupeluk kedua lututku dan membenamkan kepalaku kedalamnya. Mencoba tuli untuk sementara.

Teriakan-teriakan yang menggema di rumahku, telah berlangsung selama satu jam. Bahuku bergetar karena teriakan tersebut tetap masuk ke dalam gendang telingaku. Dengan masih terduduk di sudut ruangan, kupendam semua rasa emosi yang menyatu dengan rasa dingin lantai yang kududuki.

Aku muak. Aku sungguh muak mendengar drama orang tuaku. Aku lelah terlebih saat harus mendengar pertengkaran mereka. Dan aku tahu apa akhir dari pertengkaran itu... yaitu Perpisahan.

Tangisku pecah saat mengingat satu kata itu. Sebuah kata yang akan membuat keluargaku hancur. Aku tidak mau hal itu terjadi. Anak lain pun pastinya tidak akan mau melihat orang tua mereka bercerai terlebih diusia remajaku seperti ini. Semua orang pasti mengharapkan keluarga yang harmonis dan bahagia. Begitu pun dengan aku. Aku tidak ingin mereka berpisah. Namun hari demi hari mereka hanya membuatku lelah. Aku ingin mereka segera mengakhirinya. Mengakhiri semua dengan perceraian.

PRANGG!!!!

Seketika aku terlonjak kaget. Tangisku semakin menjadi saat kudengar Ibu menangis. Persis seperti hari-hari sebelumnya. Mereka saling tuduh dan pada akhirnya Ibu yang menangis karena Ayah memecahkan barang-barang lagi akibat terpancing emosi.

"SUDAH KUBILANG!! AKU TIDAK PERNAH SELINGKUH!!!"

"KAU PIKIR AKU TIDAK TAHU? AKU MELIHATNYA!!!!"

"LALU BAGAIMANA DENGANMU?! SIAPA WANITA ITU!! APA DIA SELINGKUHANMU!!"

"YAK!! APA KAU BILANG??!!!"

PRANGG!!!!

Suara pecahan kaca kembali terdengar, dan itu membuat telingaku semakin sakit. Aku benar-benar sudah lelah. Tolong hentikan! Tolong akhiri semuanya!!

"JAGA BICARAMU! AKU TIDAK SEPERTI DIRIMU!!"

"Lalu yang kulihat tadi sore apa? Hiks... aku lelah bertengkar terus denganmu.. hiks.. "

"MEMANGNYA AKU TIDAK LELAH!!! KALAU BEGITU LEBIH BAIK KITA CERAI!!"

"Baiklah kalau itu kemauanmu... KITA CERAI!!!"

BRAKK!!!!!

Kubanting pintu kamarku. Tangan kananku masih berada di atas kayu pintu yang sudah terbuka. Menunduk diambang pintu. Aku dapat menduga bahwa keadaan ruang makan sudah berantakan sekarang. Apalagi dapur, terlihat dari pecahan kaca di depan kakiku.

"In Soo?"

"Kenapa tidak sejak dulu saja kalian bercerai?" Ucapku dingin masih tetap menunduk, tidak berniat sedikit pun menatap mereka.

"In Soo?!" Ibu bertanya dengan nada tak percaya.

"Apa kalian tahu? Setiap hari telingaku sakit mendengar teriakan kalian. Bahkan aku harus selalu memakai headset jika berada di rumah... Kuhentikan sejenak perkataanku, mengatur nafasku yang mulai naik turun menahan emosi.

"... Baguslah kalau kalian bercerai, dengan begitu aku tidak perlu memakai headset lagi jika berada di rumah. Hidupku akan lebih bebas mulai sekarang. Jadi... Ibu atau Ayah yang akan pindah?" Kuangkat kepalaku dan menatap dingin kearah mereka.

"Cha In Soo!!!"

"Dasar anak kurang ajar!!!"

Ayah tiba-tiba mengambil sapu yang berada di sudut ruangan dan mengarahkan tongkat kayunya kearahku. Tangannya sudah terangkat hendak memukulku. Kututup mataku erat saat tongkat sapu itu sedikit lagi mengenai tubuhku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can I SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang