Berjalan mengikuti arah mata angin, bersenandung rasa bersama indahnya warna langit di sore hari.
Mengikuti kemana saja jalan yang Vania kehendaki. Seorang gadis cantik yang tidak terlalu menyukai keramaian.Kini ia sedang membaca novel dengan tenang di tepi danau, memang ini tempat favorite yang tak jarang ia kunjungi. Vania membaca novel yang baru saja ia beli sambil menikmati semilir angin yang menyejukkan. Tiba-tiba saja saat ia sedang asyik membaca novelnya terdengar suara langkah kaki yang mendekatinya dan langsung menutup mata Vania yang sedang membaca novel.
"Ih siapa sih? Jail banget" ujar Vania sambil meraba tangan yang sedang menutup matanya itu
"Ini pasti Rina deh" tebak Vania yang sudah hafal dengan tingkah jail sahabatnya
Rina adalah sahabat baik Vania sejak kecil, bahkan keluarga Vania sudah menganggap bahwa Rina sudah seperti keluarganya sendiri, begitu pun sebaliknya.
Sedari kecil, mereka memang satu sekolah, namun sekarang mereka tidak bersama dalam hal perkuliahan, mereka satu tempat tinggal tapi tidak dengan pendidikan mereka.
Vania tahu bagaimana baik buruknya Rina, begitu pun sebaliknya. Sampai sekarang mereka bersahabat sudah cukup lama, dan tak ada masalah sama sekali yang membuat mereka bertengkar apalagi berpisah. Karena keduanya tahu, bagaimana cara mengatasi semuanya."Sendirian aja sih? Mau gue temenin gak" Rina yang sejak tadi sudah duduk di samping Vania
"Gausah" ujar Vania singkat
"Bener nih? Yaudah gue tinggal yak" Rina bangun dan perlahan meninggalkan Vania
"Eh jangan, udah di sini aja"
"Emang lagi baca novel apa sih?" tanya Rina yang dari tadi penasaran dengan novel yang Vania baca
"Defense"
"Novel baru lagi?"
"Iya"
"Oke nanti gue minjem. Balik yuk, udah sore nih"
Hari sudah mulai gelap, mereka pun pulang ke rumah yang mereka sewa selama kuliah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus dan danau tadi. Sesampainya dirumah, mereka segera memasak Untuk makan malam. Dalam hal apapun mereka selalu kompak, terutama dalam masalah pacaran
"Van, handphone lo bunyi nih" lalu Vania mengangkat telfon dan menjauh dari sahabatnya Rina. Tinggallah Rina sendiri yang melanjutkan masakannya di dapur.
"Telfon dari siapa sih?" tanya Rina yang menyadari kedatangan Vania, namun Vania hanya membalas dengan senyum manisnya
"Ciye siapa hayo" Rina yang mulai jurusnya yaitu menggelitik Vania. Rina tahu, Vania akan menyerah jika sudah berhubungan dengan gelitikan.
"Dari Dion" jawab Vania sambil membawa piring untuk makan malamnya
"Dion siapa? Pacar lo? Kok gue gak tau?"
"Gue kenal dia udah dua bulan, gue sengaja gak bilang sama lo biar jadi kejutan" ujar Vania dengan nada bahagia
"Oh jadi gitu ya, gue juga punya kejutan buat lo"
"Kejutan apa?"
"Gue udah jadian sama Alvian" teriak Rina sambil memeluk Vania
"Demi apa lo?"
"Demikian dan terima kasih" celetuk Rina sambil menaruh piring yang berisi makan malamnya di atas meja makan
"Duh selamat ya" Vania ikut bahagia mendengar kabar itu
"Makasih. Oh iya, lo kapan?"
"Apanya yang kapan?"
"Kayak gue sama Alvian" lirik Rina sambil menyuapkan makan malamnya
"Emmm, gue sih gimana Dion nya aja. Soalnya gue belum terlalu siap"
"Belum siapnya kenapa?
Namun suasana menjadi hening, tak ada jawaban yang keluar dari mulut Vania.
Dion adalah pria yang baik, tampan, setia (kayaknya) dan Dion pun terbilang anak yang beruntung, karena memiliki fasilitas yang ia butuhkan. Dion terlihat lebih dewasa dari Vania, itu yang membuat Vania tertarik. Namun sampai saat ini Vania belum terlalu ingin membuka hati nya, bukan karena trauma atau apalah. Masalahnya ini adalah seseorang yang berani membuka pintu hatinya yang sejak dulu Vania tutup rapat. Bisa di katakan bahwa ini "rasa pertama" yang Vania rasakan."Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum terwujud, maka teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan dengan belajar.
Sekali kau bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apapun wujud kehilangan, kau akan siap menghadapinya.
Jika pun kau akhirnya tidak memiliki, besok lusa akan memperoleh pengganti yang lebih baik" -Tere Liye------------------------***-----------------------
Jangan lupa vote & commentnya 👇makasih😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Defense
Fanfiction"Aku menangis tidak dengan air mata. Aku menangis dengan hati. Biarkan bibirku tersenyum dengan hati menangis"