Kulihat banyak anak kecil yang berkeliaran, bersenang senang, tertawa, berlarian, bercanda, bergurau, tapi ada juga yang memilih untuk menyendiri dan duduk di kursi taman. Rata rata mereka datang kesini dengan orang tua, kakak, atau dengan teman mereka, bahkan ada juga yang datang sendiri. Kucoba membaur dengan mereka dan membagikan balon yang kupegang kepada mereka. meski aku telah memakai wig, bermakeup tebal yang sedikit menyeramkan, dan memakai baju yang kedodoran mereka tetap menerimaku, bahkan menerimaku dengan kegembiraan. Mereka semakin membuatku senang untuk melakukan tugas ini.
Hanya tersisa satu balon di tangan ku, dan aku memutuskan untuk pergi kembali mengambil tasku di tempat penitipan dan membuat beberapa balon lagi di belakang taman hiburan. Ketika aku di belakang taman hiburan, kulihat ada seorang anak kecil yang duduk di bangku taman. Sepertinya dia sedang sedih, maka kuputuskan untuk memberikan balon terakhir ini padanya.
“ apa kau mau ini?” tanyaku padanya
“mmm….” Jawabnya dengan mengangguk dan mengambil balon yang aku pegang dan mengikatnya di bangku taman. Setelah mengikatnya kemudian dia mengambil bongkahan kayu dan pisau ukir yang berada di sebelahnya kemudian dia mulai mengukir sesuatu.
“bolehkah aku duduk disebelah mu?” tanyaku, dan dia hanya menjawab dengan anggukan.
“apa kau datang sendirian kesini?” tanyaku untuk menghangatkan suasana
“yah bisa dibilang sendiri tapi bisa juga tidak” akhirnya dia mau berbicara
“kok bisa?”
“mmm…” shit dia gak mau bicara lagi
“ okelah kalo gak mau bicara, apakah itu untuk tugas sekolahmu?” tanyaku sambil menunjuk pada ukurinnya.
“mmm…” dia menggelangkan kepala
“untuk orang yang kau sayangi?”
“mmm…” dia mengangguk pelan dan sedikit tersenyum
“jangan jangan kau kesini untuk bertemu dengannya dan memberikan dia ukiranmu?”
“mmm…” dia menganggukan kepalanya lagi
“memang kau akan bertemu dengannya dimana boy?”
“disini, dia bilang dia sudah disini sejak 2 jam yang lalu, tapi aku tidak menemukannya, tapi aku akan tetap menunggunya”
“baiklah kalau begitu semoga kau berhasil boy”
Kubuka tasku dan mencari beberapa karet balon, tapi sayang sepertinya aku sudah kehabisan karet balon, maka kuputuskan untuk membersihkan makeup tebalku yang sudah menempel selama 5 jam terakhir.
‘GRRRUU’ sial perutku berbunyi sangat keras karena belum makan , sepertinya aku tadi sempat membawa maknan ringan dari rumah. Mungkin aku bisa memakannya sekarang. Kuambil beberapa makanan ringan dari dalam tasku. Kubuka salah satu makananku, aaah entahlah kenapa ini sangat susah untuk dibuka. Ingin rasanya aku meminjam pisau pahat anak ini, tapi aku rasa jika aku meminjamnya aku hanya menggagunya lagi. Kulihat didalam tasku, apakah ada sesuatu benda tajam mungkin yang bisa aku gunakan untuk membuka makananku ini. Akhirnya aku menemukan sebuah pisau. Sejak kapan aku telah meletakkan pisau didalam tasku, pisau ini berlumuran darah pula. Mungkin masih ada benda tajam lain yang tak terlalu mencurigakan seperti pisau ini, tapi apa daya hanya pisau ini lah yang tersisa. Akhirnya ku bersihkan dahulu pisau ini ketika masih didalam tas agar anak kecil yang berada di sebelahku ini tidak ketakutan melihatku karena aku telah memegang pisau yang belumuran darah. Pisauku sudah bersih dan aku mulai mengangkatnya dan segera membuka kemasan dari makananku. Tapi…
“aaw…” teriak anak yang berada di sebelahku dengan jari telunjuknya yang berdarah. Ya pisau pahatnya tidak sengaja mengenai jarinya yang mungil itu. Seketika itu juga aku ingin membantunya untuk memberikannya pertolongan pertama, tapi sebelum aku membanunya sesuatu terjadi padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is This ME (?)
Teen Fictiontidak mungkin jika yang telah melakukan semua ini adalah aku