VII

163 22 0
                                    


Hari Ini sudah hari ketiga Maya di rumah sakit. Luka di lengannya sudah mengering, tapi belum menutup sempurna. Dikhawatirkan jika terkena benda keras, lukanya akan membuka kembali. Itu sebabnya Maya belum di perbolehkan pulang.

Maya yang tidak kunjung pulang itu juga membuat rasa penasaran Fatur terus bertambah setiap harinya. Tapi ia juga tidak enak hati untuk mendahulukan rasa penasarannya dari pada kesembuhan sahabat sejak kecilnya.

Apalagi kondisi Maya memang memprihatinkan. Ia kehilangan banyak darah waktu itu, hingga ia lemah dan belum bisa di ajak bicara secara normal.

"May, gue bukain buah. Lo makan ya?" Maya hanya mengangguk sambil tersenyum, begitulah ia kini. Belum bisa banyak bicara.

Fatur meletakkan sepiring buahan segar yang telah di potong ke atas selimut tebal yang membalut tubuh Maya. Fatur menaikkan sandaran tempat tidur, agar Maya bisa melahap buahannya.

Melihat Maya yang makan perlahan, mengiris hati Fatur. Ia kehilangan Maya yang dulu aktif dan ceria.

"Makan yang banyak May, biar gue bisa nangkap si brengsek yang bikin lo begini."

**

"Ndan, sejauh ini kami belum menemukan bukti selain kain berdarah yang di temukan di atas lemari. Kami sudah mengirim kain itu ke forensik, tapi balum ada kabar dari pihak forensik. Apa kita sudahi saja penyidikannya Komandan?"

Zacki selaku kompol yang menangani kasus pembunuhan siswi SMA itu tanpa terdiam. "Ini bahkan belum seminggu. Cari lagi di sekitar TKP, pasti dia akan meninggalkan jejak lagi. Melihat cara dia membunuh, seperti pembunuh amatir."

"Siap, laksanakan Pak!"

Dua orang anak buah Zacki kembali melanjutkan tugasnya. Sedangkan Zacki duduk tenang di dalam kelas X IPA I. Ada kejanggalan yang ia lihat hari ini, atap lemari yang mendadak bolong. Lemari tinggi itu, mustahil bolong hanya karena menampun banyak tikus di atasnya. Kecuali ada manusia yang sengaja naik, dan merusak. Tapi untuk apa seorang manusia naik ke atas lemari? Zacki terus bertanya-tanya.

Ia mendorong sebuah kursi, guna membantunya untuk melihat kembali atap lemari yang telah rusak. Zacki mencoba menekan kuat bagian atap yang masih terpaku kuat. Dan tidak ada reaksi apapun ketika ia menekan kuat atap lemari itu. Tunggu dulu, ia seperti melihat sesuatu.

Ada sobekan kain yang terjepit di sela-sela atap lemari yang sudah turun kedalam bagian lemari. Sobekan dengan bentuk aneh, berwarna putih. Zacki yakin ini sobekan baju seseorang.

Tanpa berlama-lama Zacki langsung menelepon Kepala Sekolah.

**


Pukul satu siang, Fatur tiba di sekolah. Tadi ia sempat izin keluar sebentar untuk membesuk Maya yang kebetulan rumah sakit nya tidak jauh dari sekolah.

Keadaan sudah sepi. Pastinya murid-murid sudah di kelas, duduk rapi menunggu guru masuk ke kelas mereka. Fatur berjalan santai di sepanjang koridor bawah, di ujung koridor ada tangga yang menghubung ke koridor X IPA I, tanpa pikir panjang Fatur setengah berlari menaiki undakan tangga.

Dari persimpangan koridor, Fatur berhenti. Ia melihat ke arah lorong lurus, dimana banyak garis polisi di pasang. Ia melihat ada tiga orang polisi berjaga, satu di antaranya sedang bicara dengan seseorang di Hp.

Polisi yang sedang menelepon, awalnya membelakangi Fatur. Namun  tidak lama setelahnya, polisi itu sudah menghadap ke arah Fatur. Ia hanya menatap polisi itu sekilas, dan memilih untuk berkelok ke sisi lain koridor guna menyambung langkahnya. Baru dua langkah, ia dengar suara lantang memintanya berhenti. Spontan Fatur berbalik.

I Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang