“Ayah! Sepuluh menit lagi pintu gerbang sekolah ditutup!”
“Ayah tahu, ayah tahu! Tapi bagaimana lagi, motor rongsokan ini tiba-tiba tidak mau menyala.” Anak perempuan berseragam SMA itu mendesah, lalu mengambil nafas panjang. “Yoon-mi-ya, bagaimana ini?”
“Tidak apa-apa. Aku akan lari dari sini. Ayah, aku berangkat!” Yang dipanggil Yoon-mi itu berlari sekuat tenaga setelah berpamitan, menerobos segerombolan manusia-manusia yang sekiranya akan menghalangi jalannya. Tidak peduli dengan umpatan-umpatan mereka, Yoon-mi tetap menerobosnya.
“Ibu akan menjemputmu nanti. Telfon saja kalau kelasmu sudah selesai. Setelah itu kita akan mencari Pat Bingsoo kesukaanmu. Bagaimana? Terdengar menyenangkan?” Ucap seorang ibu yang wajahnya masih muda pada anak laki-lakinya. Anak laki-laki yang duduk di sebelah ibunya itu hanya diam. “Kenapa diam saja, Ji-woo-ya?”
“Aku akan naik bus nanti. Ibu tidak perlu repot-repot menjemputku.” Katanya sebelum keluar dari mobil, meninggalkan ibunya tanpa memberi kesempatannya menjawab. Anak muda itu menarik napas panjang sebelum masuk ke dalam halaman sekolah. Beruntung pintu gerbang belum sepenuhnya tertutup. Tapi belum sempat ia melangkah lebih jauh, dari arah belakang ia bisa mendengar seseorang berteriak padanya untuk menyingkir. Belum sempat merespon, Ji-woo sudah terjatuh karena tertubruk seseorang. Kejadiannya sangat cepat, bahkan dia tidak sadar kalau pelaku yang menabraknya itu jatuh di atasnya.
“Kau tuli?! Bukannya tadi aku sudah bilang untuk minggir? Aish!” Orang itu bangun dengan susah payah, kemudian membersihkan debu yang menempel pada bajunya. Lalu melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti.
“Hei! Kau tidak mau tanggung jawab?!” Yang diteriaki menoleh, lalu menjawab dengan enteng.
“Untuk apa? Salahmu sendiri tidak dengar.”
“Kau menabrakku! Setidaknya bantu aku berdiri.”
“Tidak mau.”
“YA!” Dan akhirnya Ji-woo terpaksa bangun sendiri karena orang itu sudah berlalu pergi, kemudian masuk ke dalam halaman sekolahnya sambil memaki-maki gadis itu. Ya, Ji-woo ditabrak seorang perempuan.
♥♥♥
Shin Yoon-mi melepaskan kacamatanya kemudian memijit lehernya yang pegal. Hari sudah menjelang malam dan dia belum bisa pulang. Bulan depan sudah mulai bulan-bulan ujian, itu tandanya anak-anak sudah disibukkan dengan kegiatan belajar, di dalam kelas maupun mengejar kelas tambahan atau les. Semua anak mengikuti les, tapi tidak untuk Yoon-mi. Karena ia tidak mengikuti les, untuk itu ia menyempatkan diri belajar sendiri di perpustakaan sekolah. Setidaknya karena perpustakaan buka 24 jam dan tidak dipungut biaya, Yoon-mi harus memanfaatkannya. Ia tidak punya pilihan lain selain mempertahankan beasiswa sekolah yang didapatkannya sejak tahun pertama.
Ekonomi keluarganya tidak begitu baik. Ayahnya dulu adalah seorang pekerja di perusahaan ternama di Daegu, kampung halamannya. Setelah itu mereka pindah ke Seoul karena ayahnya menerima kenaikan pangkat sebagai Manager di cabang perusahaan. Keluarganya menjadi keluarga terpandang untuk waktu itu, dan memutuskan untuk memasukkan Shin Yoon-mi yang masih di kelas 2 SMP di sekolah ternama. Namun tiga bulan setelah itu, tercium jejak korupsi dan hutang dimana-mana dari direktur perusahaan yang menyebabkan kebangkrutan dan akhirnya seluruh pekerja di berhentikan. Belum selesai sampai disana, ibu Yoon-mi di diagnosis terkena penyakit gagal ginjal yang mau tidak mau harus menelan banyak biaya. Keluarga Yoon-mi benar-benar mengalami masa yang sulit saat itu. Mereka harus menjual sebagian besar benda-benda elektronik untuk mempertahankan hidup ibu Yoon-mi. Bahkan ayahnya menjual apartemen dan pindah ke apartemen yang lebih kecil. Namun keadaan ibu Yoon-mi tidak kunjung membaik. Dan akhirnya beliau wafat beberapa hari setelah operasi yang dilakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Nightmare
Teen FictionSeoul, Korea Selatan -- Shin Yoon-mi adalah gadis biasa yang suka belajar. Dia tidak terlalu suka berteman dengan laki-laki hingga suatu saat dia bertemu dengan seorang anak laki-laki menyebalkan bernama Park Ji-woo. Suatu hari, takdirnya dan takdir...