Page 2

2 0 0
                                    

“Aku tidak berteman dengan laki-laki.”

Ji-woo mengacak rambutnya kesal. Sombong sekali anak itu! Pantas saja temannya cuma Han Jae-in. Dan bagaimana bisa Jae-in tahan menghadapi perempuan dingin  seperti itu? Ji-woo tidak habis pikir. Kenapa pula dirinya punya keinginan untuk mengenal Shin Yoon-mi lebih jauh?

“Baru saja… Aku di tolak perempuan? Di tolak Shin Yoon-mi?! Benar-benar!” Teriaknya frustasi. Susah sekali mendekati anak itu!

“Ji-woo-ya, ada apa? Kenapa berteriak?” Sahut ibunya dari luar kamar, membuat pikiran tentang Shin Yoon-mi itu terpenggal.

“Tidak ada apa-apa. Aku baik-baik saja.”

“Sungguh?”

“Ya.”

Mengenai dia dan ibunya, Ji-woo juga lupa mengapa mereka bisa serenggang ini. Sebelumnya, dia dan ibunya baik-baik saja. Sebelum ayahnya tahu kalau ibunya berselingkuh dan menggugat cerai. Ya, Ji-woo ingat sekarang. Ayahnya sakit-sakitan sejak itu dan meninggal. Membuat hak asuh dirinya jatuh ke tangan ibunya. Sejak saat itu Ji-woo tidak menyukai ibunya. Ibu yang telah meninggalkan dia dan ayahnya. Ibunya sudah berusaha mendekatkan diri, tanpa ada pemaksaan. Namun rasanya Ji-woo belum memiliki keinginan untuk memaafkan sang ibu.

Kemudian terbesit pertanyaan di kepalanya. Bagaimana Shin Yoon-mi tahu dia dan ibunya memiliki hubungan yang tidak baik? Anak laki-laki berumur 18 tahun itu menyambarjaket yang tergantung di belakang pintu lalu pergi tanpa pamit pada ibunya. Ia ingin jalan-jalan sebentar, melupakan sejenak fakta bahwa besok pagi ujian. Bukannya Ji-woo ingin mengacuhkan semua itu. Hanya saja dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk meneruskan pendidikannya. Dia ingin pergi dari Seoul dan bekerja. Dengan begitu dia tidak perlu lagi bersama ibunya karena dia sudah dewasa dan bisa menghasilkan uang sendiri. Sebenarnya Ji-woo tidak terlalu bodoh. Dia masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik jika mau. Namun alasan diatas membuat rasa malasnya lebih tinggi dari apapun.

Kakinya berhenti di sebuah tanah lapang yang di tengahnya ada air mancur. Tempat itu cukup sepi, tempat yang pas untuk Ji-woo melenyapkan seluruh pikiran-pikiran ganjal yang mengganggunya. Ia berniat untuk duduk jika saja tidak melihat Shin Yoon-mi tengah mengitari pagar air mancur itu. Gadis itu nampaknya juga sedang banyak pikiran, pikir Ji-woo. Terlihat dari pandangan matanya yang kosong dan dia terus saja mengitari tempat itu. Setidaknya Ji-woo sudah melihatnya berputar sebanyak tiga kali.

Tubuhnya bergerak ingin mendekat, ingin menyapa gadis itu. Namun tiba-tiba Ji-woo memundurkan langkahnya lagi. Ragu dengan niatnya. Kemudian dia berbalik dan berniat untuk pergi dari sana.

“Park Ji-woo?” Ji-woo berhenti, “Kau Park Ji-woo,’kan?” kemudian berbalik. Melihat Shin Yoon-mi melambai padanya, dengan senyum lebarnya. “Kau sudah mau pergi?” Gadis itu berlari kecil untuk menghampirinya.

“Yoon…Mi?”

“Bicara apa kau? Aku Oh Jeong-hwa!” Mata Ji-woo terbelalak, tersentak karena tiba-tiba wajah Yoon-mi yang tersenyum itu berubah menjadi Oh Jeong-hwa yang menatapnya dengan heran. Dengan cepat ia menoleh ke belakang Jeong-hwa dan tidak mendapati siapapun ada di sekitar air mancur. Yoon-mi sudah pergi. “Hei, kau tidak apa-apa? Kau memanggilku Yoon-mi tadi. Siapa dia?”

“Tidak, bukan siapa-siapa. Kau mau cola?” Oh Jeong-hwa adalah tetangganya. Ji-woo benar-benar berhalusinasi parah. Bagaimana Oh Jeong-hwa yang adalah seorang laki-laki bisa berubah menjadi Shin Yoon-mi?

♥♥♥

Hari ini adalah hari yang paling tidak Ji-woo sukai. Hari ini adalah pengumuman peringkat yang selalu wali kelas mereka umumkan. Mungkin untuk sebagian orang suka dengan pengumuman semacam ini. Tapi untuk Ji-woo, alih-alih suka dia malah berusaha tidak membuka kertas yang baru saja Guru Hong bagikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang