Chapter III

63 6 0
                                    

Gue hanya melihat pesan darinya tanpa ada minat untuk membalasnya sedikitpun. Susah buat gue memaafkan apa yang telah ia perbuat dulu ke gue. Dia juga yang telah membuat gue kayak gini, datar dan dingin. Ya walaupun gue kayak gitu hanya dilingkungan luar termasuk disekolah nggak dirumah gue.

Ashilla Natasha Adora. Orang paling yang selalu ngintilin gue kemanapun gue pergi dan jangan lupakan tangan dia yang selalu bergelayut manja dilengan gue. Gue persis kayak si buta di goa hantu dan si Ashilla yang jadi monyetnya. Maafin gue, Ashilla, lo emang kayak gitu. Dan kelakuan dia itu bikin orang-orang mengerinyit jijik yang selalu dibalas garang oleh Ashilla. Dia itu orang nomor satu yang selalu dijauhin siswa siswi di Cendrawasih karena sifatnya yang angkuh, galak, dan selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Kelakuan Ashilla yang kayak gitu ke gue, gue gak pernah anggap dia ada. Terserah deh, dia mau kayak giamana aja terserah. Buat sekarang, gue diem, dan ingat, ada saatnya juga kesabaran gue habis.

Gue merhatiin Billy sama Rio yang sedang berebutan bola basket. Billy sama Rio temen gue pas gue masuk di SMA Cendrawasih. Mereka waktu itu nyamperin gue yang lagi duduk dibawah pohon rindang dan berbincang seolah kita itu udah kenal sejak lama. Entah apa yang menarik dari diri gue yang membuat mereka mau dan berteman sama gue sampe sekarang.

"Bar! Bengong aja lo! Sini! Gabung!"

Teriakan Rio menyadarkan gue. Gue berdiri dan langsung gabung main basket bareng mereka.

◇◇◇

Setelah puas main basket bareng dua orang curut ini, gue memutuskan buat nonton film dikamar gue. Kebiasaan gue kalo hari Minggu.

"Bar," panggil Billy tanpa mengalihkan pandanganya dari handphone yang sedang ia pegang. Ngapain lagi kalo gak main game? Jomblo juga.

"Hm."

"Kita apaan banget ya. Orang lain hari Minggu jalan sama cewek. Lah kita? Apaan."

"Manusia lah. Lo kira kita jin?"
Sahut Rio.

"Gue kira monyet."

"Idih. Itu mah lo aja. Nggak buat gue."

"Kalo gue monyet, lo temenan sama monyet dong?"

"Lo bukan temen gue."

"Kejam banget lo, yo."

"Yes, i am."

"So Inggris lo, najis!"

"Gue tau, gue ganteng."

"Lo minum obat kurang satu sendok kayaknya."

Gue mengindahkan semua kicauan Billy sama Rio dan berusaha fokus pada buku Fisika ditangan gue.

Tapi perhatian gue teralihkan ketika mendengar pintu ditutup dengan keras. Gue membuka kaca mata gue dan menyimpannya. Lalu berjalan keluar kamar yang ternyata suara itu berasal dari kamar Poppy.

"Kalian berdua diem aja dikamar gue." Ucap gue ketika melihat Billy sama Rio ngintilin gue. Mereka mengangguk dan masuk kamar lagi.

Gue membuka pintu kamar Poppy dan masuk. Gue lihat dia meringkuk dikasur sambil nangis.

"Poppy kenapa?" Tanya gue. Poppy bangun dan terlihat matanya yang merah.

Poppy mengusap air matanya, "Poppy pengen peluk abang,"

Gue merentangkan tangan gue dan Poppy mulai menangis disertai sesegukan.

"Kamu kenapa?" Tanya gue lagi. Lalu mengalirlah cerita dia mengenai sahabatnya dan gebetannya. Dia adik gue satu-satunya dan udah jadi tugas gue buat jagain dia.

◇◇◇

Pagi ini gue berangkat bareng Rio sama Billy karena mereka nginep dirumah gue.

"Bay! Hati-hati disekolahnya ya! Kalo ada yang godain bilang aja sama aku!" Teriak Billy ketika Poppy turun dari mobil dan masuk kesekolahnya.

Teriakan Billy dibalas lambaian tangan Poppy dan Billy yang cemberut.

Rio menggeleng-gelengkan kepalanya, "kasihan banget jadi lo, Bil."

Billy menghela nafas berlebihan. "Aku mah apa atuh."

Gue memberhentikan mobil di tempat parkir sekolah gue.

Gue bareng Rio sama Billy jalan menuju kelas, gue dikelas XI IPA 1 bareng sama Billy sedangkan Rio di XII IPA 3 bareng Ashilla. Belum juga gue cerita, dia udah ada dihadapan gue. dengan senyum selebar jembatan suramadu.

"Pagi Andra!" Sapa nya dan seperti biasa pula gue mengabaikannya. Ashilla bergelayut manja di lengan gue. Dan gue hanya menatap nya datar, mengacuhkannya dan berjalan menuju kelas bersama Rio dan Billy.

"Kita mah gak disapa." Bisik Billy ke Rio. Bisikannya seperti orang berbicara normal sehingga gue bisa mendengarnya. Ashilla menatap keduanya.

"Pengen banget lo berdua?"

"Mau atuh!" Kata Billy.

"Nanti, kalo lebaran monyet datang, baru gue sapa."

"Tua duluan dong gue."

Ashilla mengedihkan bahunya.

"Bar, peliharaan lo belom dikasih makan ya? Nempel mulu." Ucap salah satu cewek menatap sinis kearah Ashilla.

Ashilla melepaskan tangannya dilengan gue dan berjalan kearah cewek tadi yang panik sendiri melihat wajah menyeramkan Ashilla.

Gue mendorong badan Rio buat masuk kelas. Mengabaikan amukan Ashilla ke cewek tadi yang sepertinya sekelas dengannya karena Billy ribet sendiri memisahkan mereka yang mulai main rambut.

Hal kayak gitu udah buat gue bosen dan lebih baik biarin si Ashilla nyelesain masalahnya sendiri. Gue gak ngurus.

◆◆◆

9, September 2016.

The ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang