Sneak Peek

1.7K 140 37
                                    

"Sayang, aku sekarang ada di Hotel Seoul kamar 1713."

Aku sengaja mengaktifkan mode loudspeaker saat menelepon suamiku. Suara seungcheol pun terdengar dari seberang sana, "Sedang apa kau di sana, baby?"

"Kim So Hyun. Familiar dengan nama itu, sayang?"

Tak ada lagi sahutan darinya. Suasana sesaat berubah menjadi hening. Mataku tak pernah lepas dari wajah seorang perempuan yang umurnya tak lebih dari 25 tahun. Perempuan yang selama 6 bulan ini kucurigai dekat dengan suamiku. Wajahnya kini merah karena dia sedang menangis. Entah mengapa dia menangis. Apakah karena rasa malu setelah aku memergokinya berada di dalam kamar hotel yang sedang disewa atas nama suamiku, atau karena rasa bersalah telah menjadi orang ketiga dalam rumah tanggaku. Entahlah, hanya dia yang tau.

"Kenapa kau diam, sayang?"

Suamiku tetap diam. Hanya ada suara klakson mobil yang saling bersahutan dari seberang.

"Maukah kau ke sini? Atau aku perlu memanggil anak-anak untuk datang kemari?"

"TIDAK USAH KAU LIBATKAN ANAK-ANAK!"

"Sayang, kau tak perlu marah-marah. Kau tak perlu membentakku."

Sebisa mungkin aku harus tenang. Sebisa mungkin nadaku berbicara tidak meninggi. Sebisa mungkin aku tidak terpancing emosi. Aku menghela napas cukup panjang. Kepalaku mulai berdenyut sakit.

"Aku sudah lelah dengan semua kebohonganmu, seungcheol-ah. Dan masalah ini bukan lagi hanya masalah kita berdua. Tapi ini adalah masalah keluarga. Anak-anak perlu tau apa yang terjadi di antara kita. Anak-anak harus tau bahwa orang tua mereka sedang memiliki masalah. Janganlah terlalu lama kita berbohong pada mereka, seungcheol-ah. Bagaimana menurutmu, hmm?"

"Jangan, baby." Jawabnya lirih.

"Lalu apa yang harus kulakukan, seung-ah?"

Pertahananku hancur sudah. Setetes air mata yang sudah mati-matian kutahan saat pertama kali aku memasuki kamar ini, dengan seenaknya jatuh ke pipiku. Dengan cepat kuhapus air mata itu. Aku menundukkan kepalaku. Rambutku yang panjang sebahu kugunakan untuk menutupi kelemahanku dari perempuan di hadapanku. Tangan kananku kuangkat untuk memijit dahiku yang denyutannya semakin lama semakin terasa menusuk.

"Baby, jeonghan-ah. Aku ke sana sekarang. Jangan berbuat hal bodoh, baby."

"Berbuat bodoh? Kenapa? Kau takut aku menyakitinya?"

Aku tersenyum getir. Ternyata kau sangat mencintai perempuan ini, seung-ah.

"Aku tidak bodoh, sayang. Aku tidak mungkin menyakiti orang yang kau cintai."

"Baby ......."

"Aku menunggumu."

Setelah aku menutup telepon, pandangan mataku mengarah lagi pada sosok Kim So Hyun. Dia sudah mengenakan pakaian dengan benar. Tak seperti saat aku mengetuk pintu kamar hotel ini setengah jam yang lalu, dia membukakan pintu untukku hanya dengan berbalutkan selimut putih tipis. Wajahnya terlihat terkejut dan panik, berusaha menyembunyikan apa yang menurutnya harus disembunyikan dari mataku. Tapi percuma, aku sudah mengetahui semuanya.

Kim So Hyun, sekretaris baru suamiku sejak setahun yang lalu. Perempuan dengan mata indah, senyuman manis, dan tutur katanya pun sopan. Bahkan belum ada sebulan dia bekerja pada suamiku, aku dan anak-anakku sudah akrab dengannya. Setiap kali aku ingin mengajak suamiku makan siang bersama, dia pun ikut serta. Tak kusangka dia tega menikamku dari belakang.

Bermula dari kecurigaanku 6 bulan yang lalu, saat seungcheol selalu mencari-cari alasan untuk jarang pulang ke rumah karena ada pekerjaan kantor yang mendadak dan penting yang harus diselesaikan. Kepulangan suamiku ke rumah hanya bisa dihitung dengan jari dalam sebulan awal itu. Teleponnya selalu sibuk. Beberapa kali aku menelepon handphonenya namun selalu tersambung dengan mailbox. Saat itu aku masih berpikiran positif walaupun hatiku berkata ada yang salah. Boleh aku menaruh curiga, tapi aku percaya pada suamiku. Ya, aku percaya padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just So Tired of Being MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang