The Truth

6 4 1
                                    


Gadis yang memakai tudung dan masker hitam terus menghujamkan tembakan kearah musuh, dia seolah tak mengenal lelah. Gadis itu terus memperjuangkan negara tercintanya.

Putri Azizah Feronica. Gadis dengan ketangguhan dan kegigihannya. Walau anggota tubuhnya penuh luka tembakan, ia terus bergerak maju.

Tak seorang yang tau akan dirinya, bahkan identitasnya. Mereka hanya mengetahui Azizah, salah satu anggota TNI. Sangat disayangkan dia dikenal sebagai seorang laki-laki. Terkadang ia juga merasa risih karena banyak rekan-rekannya yang begitu penasaran.

Azizah tersenyum lega, akhirnya pertempuran ini dimenangkan oleh dirinya. Namun, saat sudah berjalan menuju mobil TNI matanya memburam. Ia merasakan tubuhnya panas dan--

Gelap.

Semua orang yang berada disana panik. Mereka berlari menghampiri Azizah. Terlebih lagi Alvin, yang satu-satunya anggota TNI yang mengetahui identitas Azizah. Juga, ia menyimpan rasa kepada gadis itu.

"Zi... Azi, bangun."
Alvin segera mengangkat tubuh Kero. Tudung yang Azizah kenakan merosot kebawah. Mereka tidak curiga, karena rambut Azizah yang sudah dipangkas cepak.

Ia mengangkat Azizah kedalam ambulans. Dan meninggalkan tempat pertempuran.

- - -

Susah sebulan semenjak kejadian itu terjadi. Kini Azizah sedang memasak di apartemennya. Ia mengambil masa istirahat selama tiga bulan. Ia tidak sendiri, ada Alvin yang selalu disisinya. Ia merasa, Alvin terlalu berlebihan.

"Udah mateng, nih nasi goreng lo." Azizah meletakkan nasi goreng buatannya diatas meja. Alvin menatap lapar makanan itu.

Azizah masuk ke kamarnya. Dia mengambil rambut palsunya. Jika di pangkalan ia dipanggil Azi, maka di kampus Azizah lebih suka dipanggil Zizah. Dua dalam satu.

"Ayo, Vin. Berangkat," ajak Azizah sembari menarik tangan Alvin yang masih memegang sendok.

"Nanggung, Zi. Nasi gue belum abis nih!"

"Bodo amat, gue ada jam pagi ini."

Dengan terpaksa Alvin meninggalkan sarapannya dan mengambil tasnya. Memang gadis satu ini sangat sulit ia bantah. Mungkin karena rasa dihatinya?

Mereka berdua turun ke bawah dan Alvin segera mengambil mobilnya di seberang jalan.

Tak berselang lama, Alvin membunyikan klakson mengisyaratkan agar Azizah masuk kedalam mobilnya.

Suasana di dalam mobil sangat hening. Alvin yang merasa tidak nyaman dengan suasana ini langsung menyeletuk, "Zi, wig lo ganti lagi? Padahal bagus yang kemaren kepang dua."

Azizah menatap Alvin datar. "Suka-suka gue lah. Kenapa, lo gak suka?" Sepertinya Azizah merasa jengkel kepada Alvin karena menghina rambutnya.

Usaha Alvin mencairkan suasana gagal. Dan sama saja, suasana mobil tetap hening.

- - -

Azizah menyusuri koridor dengan tampang datar. Ia tak terbiasa tersenyum, baginya itu sia-sia. Dia memasang earphone-nya. Tapi, tak menyalakan musiknya.

Bisikan-bisikan panas mulai terdengar ditelinganya. Mereka pikir Azizah tidak dapat mendengarnya, dan itu nol besar. Faktanya Azizah mendengarnya dengan sangat jelas.

'Dih sombong banget, siapa sih namanya? Sok banget ewh.'

'Lo gak tau? Dia Zizah, anak ekonomi yang katanya super dingin kayak es batu.'

'Gue kan anak sastra, mana tau lah. Cantik sih cuma sombong, gue pen nonjok mukanya.'

Azizah tak memperdulikannya. Dalam hati dia membatin, 'gue tembak muka lo, baru tau rasa.'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang