Kepakan sayap burung-burung gereja langsung membahana, membawa sekawanan burung tersebut menjauh dari tanah. Riuh bunyinya sehingga mengundang beberapa orang yang sedang berbicara satu sama lain disekitar tempat itu mendadak memperhatikan kawanan burung yang bergegas pergi berpulang kelangit. Orang-orang tersebut langsung menolehkan kepala mereka, mencari tahu apa yang menyebabkan burung-burung tersebut begitu terkejut. Mereka mengangguk sedikit sambil manggut-manggut ketika mengetahui alasan burung tersebut segera terbang menjauh. Seorang remaja tanggung bermantel coklat dan bertopi rajut warna senada ini ternyata pelakunya.
Wajah laki-laki ini tampak berbinar bahagia. Seperti memenangkan sesuatu yang besar. Ia tersenyum lebar sambil berlari kecil dan sesekali melompat kelangit. Tak urung mengundang mata orang-orang disekitar untuk melihat laki-laki aneh tersebut.
Perlahan langkah Nathan tadi berhenti. Nafasnya memburu namun senyumannya belum juga luntur. Masih membungkuk sambil memegangi lutut ia mencoba menghirup nafas dalam-dalam untuk menormalkan pernafasan dan detak jantungnya. Perlahan ia tegakkan tubuhnya lagi lalu menatap langit biru kota London di musim dingin. Matanya yang sayu menatap langit tersebut penuh arti. Sudah sejak lama ia tidak lagi menginjakkan kakinya kesini, walaupun bunda dan papanya bersikeras untuk berlibur bersama. Namun Nathan yang keras kepala tidak juga mau ikut.
Ia menghirup dalam-dalam oksigen tersebut. Dan membuangnya perlahan. Tak menyangka sudah lima tahun sejak OSN itu, dan kejadian lain setelahnya memaksa Nathan untuk tidak lagi bertemu dengan Sarah.
Pandangan Nathan nanar seketika. Matanya masih menerawang langit biru, makin lama langit itu berubah menjadi langit yang sama saat lima tahun yang lalu. Saat langit yang menaunginya meninggalkan sekolah untuk beberapa waktu saja. Demi memperebutkan medali emas dibidang sains se-SMA. Pandangan tersebut kemudian membawanya kembali kepada peristiwa itu. Peristiwa yang tidak terbayangkan olehnya akan terjadi.
**
Sarah kini terdiam menghadap kearah depan dimana guru sedang menjelaskan beberapa materi didepan kelas. Mata Sarah memang memperhatikan sang guru menjelaskan pelajaran, namun pikirannya melalang jauh memikirkan seseorang yang sudah dua minggu ini tidak lagi berada disekitarnya. Mengganggunya sampai ia nanti kesal, membuatnya tersenyum karena tingkah cowok itu yang terkadang aneh, ada rasa hilang dihatinya. Mata Sarah kemudian beralih menatap kursi kosong yang berada disamping Temy. Biasanya cowok itu akan usil memandang Sarah sampai cewek tersebut akan mendengus kesal melihat Nathan yang memandangnya sambil tersenyum.
Sarah mengalihkan pandangannya lagi kedepan, pikirannya kemudian memutarkan ingatan beberapa minggu yang lalu saat Nathan berpamitan sebelum mengikuti karantina dikota Bandung yang akan menjadi tempat berlangsungnya OSN tahun ini.
"Sa.. Aku pamit ya, doakan calon suami mu ini, berjuang dimedan perang, berusaha mendapatkan medali emas dan 'medali' bersedianya Sasa jadi pendamping hidup Than-than" ujar Nathan ketika rombongan SMA mengantar mereka didepan gerbang sekolah. Sarah mengernyitkan keningnya, setengah kesal, setengah takut kehilangan, dan berbagai perasaan berkecamuk dihatinya, melihat Nathan dan teman-teman yang lain akan pergi berjuang untuk mengharumkan nama sekolah dan provinsi.
"Ngomong apa sih Than?" tanya Sarah dengan muka yang dibikin kesal. Nathan tersenyum manis seperti biasa. Ia berdiri mendekati Sarah yang mengadahkan kepalanya melihat Nathan dari bawah.
"Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control" Sarah terdiam cukup lama setelah Nathan mengucapkan kalimat tersebut.
Ia berdeham sebentar untuk mengontrol dirinya. "Tumben, emang dari mana dapat kalimatnya?" tanya Sarah. Yang ditanya hanya menyengir sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. "Ya.. Dari kakek Google" ucap Nathan dengan cengirannya. "Nggak kreatif" ucap Sarah mencibir Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarah, Si Cewek Arab
ДуховныеSarah, gadis cantik, alim dan ekstra cool. Di sekolah ia hanya berbicara hanya sedikit. Tegas dan berwibawa dan hanya buku yang menjadi temannya di sekolah. Nathan, cowo yang menjadi most wanted di sekolahnya, namun ia tak tertarik dengan berpacaran...