Chapter 11

12K 545 10
                                    

"Alby, kamu mau ngapain?" tanya Della saat melihat Alby mengangkat piring kotor setelah mereka selesai sarapan.

"Nyuci piring."

Della terkesima, "eh, nggak usah. Aku aja," sela Della.

"Aku aja," paksa Alby lalu membawa piting kotor ke wastafel .

Della hanya meliriknya merasa aneh dengan tingkah Alby yang berubah-ubah. Semalam pagi-pagi, saat Della bangun dari tidurnya, Della masih mendapati Alby tidur dengan kepala diatas paha nya.

Dan saat Della menggerakkan kakinya, Alby terbangun dan memberikan senyum selamat pagi untuk Della. Walaupun hanya senyum kecil, tapi tetap saja itu sebuah keajaiban untuk Della.

Dan siangnya, Alby berubah kembali menjadi Alby yang datar dengan mata tajam. Della bingung, Della sempat bertanya dalam hati. 'Ini Alby atau bukan?' Tapi ya sudah lah, biarkan Alby berkembang dengan kelabilannya.

"Yuk," ajak Alby mengambil tasnya yang terletak di kusri meja makan.

Della terheran lagi, karena seumur-umur Alby belum pernah mengajaknya, ketika hendak berangkat kesekolah. Si Alby kenapa sih? batin Della bertanya bingung.
Della mengikuti Alby dari belakang yang sudah berjalan mendahuluinya.

Della masuk kedalam mobil duduk disamping Alby, setelahnya Alby menjalankan mobilnya.

Suasana hening terjadi lagi. Sepertinya selama Della berangkat kesekolah bersama Alby suasana mobil Alby selalu hening. Kalau Della menjadi Alby, suasana mobil ini akan ia jadikan seperti suasana pasar. Riuh!

Iya, Della akan memutar lagu sekencang kencangnya. Lagu sambalado, iwak peyek, kalau perlu lagu rock! Della akan berjingkrak- jingkrak sesuka hati.

Tapi kembali lagi, kalau Della bisa gila sepuasnya. Maka Alby bisa menyeramkan sepuasnya juga.

"Bi, gimana keadaan kamu, setelah..emm, malam kemarin?" tanya Della ragu-ragu disela keheningan.

Alby langsung meliriknya tajam. Berani banget dia ngusik masalah Alby. Ohh Bi, come on! Gak usah jadi anak labil yang sebentar baik dan sebentarnya lagi nyeremin!

Tapi Alby juga bingung harus bersikap seperti apa kepada Della. Disisi lain, ia berterimakasih karena Della memberikannya ketenangan dan kenyamanan dalam pelukannya malam kemarin. Dan disisi lainnya juga, Alby belum siap menerima kehadiran Della.

"Gak usah nanya-nanya masalah gue!" ucap Alby tegas tak terbantahkan.

Della terdiam, memalingkan wajahnya kedepan dengan sedikit menunduk. Jujur, Della lebih tidak suka lagi dengan sikap Alby yang seperti ini.

Mobil alby berhenti tepat di halte dekat sekolah. Saat Della hendak turun Alby langsung menahan tangan Della.

Della terdiam kemudiam melirik Alby dengan jantung yang riuh, akibat Alby memegang tangannya. "Ya?" tanya Della karena Alby tak kunjung berbicara.

"Emm.." Alby menggaruk tengkuknya, "hati-hati ya, Dell."

Satu kalimat lembut yang keluar dari mulut Alby membuat Della terharu tak karuan, ia tak bisa bernafas, Tolongg... Della hanya mengangguk dengan mulut sedikit terbuka, lalu membuka pintu mobil.

Setelah mobil Alby mulai sedikit menjauh, Della langsung heboh tak karuan. "Ya ampun.. Ya ampun.. Alby bilang apa tadi? Aaaa..." Della kegirangan sendiri sambil mengibas-ngibaskan kedua tangannya didepan wajah.

Della mengatur nafas, mencoba menghirupnya dalam-dalam, bahkan udara saja bisa berhenti karena perlakuan Alby padanya.

"Gue gak nyangka Alby bisa semanis itu," ucap Della lalu melanjutkan perjalanannya dengan senyum yang merekah. "Astaga.. Andai aja Alby tiap hari kayak gitu, gue jamin umur jantung gue gak bakalan lama." khayal Della.

Beloved AlbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang