Matahari pagi mulai menghangatkan bumi dengan sinarnya. Menyinari pagi di SMA Permata Bangsa, di mana para siswa dan siswi berlalu lalang.
Di kelas 11-2, beberapa cewek-cewek menempati barisan paling ujung dekat meja guru dan mulai bergosip yang sudah menjadi keseharian mereka. Di barisan tengah, ada beberapa anak sedang mengerjakan tugas dan membaca buku, begitupun barisan sebelahnya. Dua orang cewek sedang bermain ponsel dan satunya membaca novel. Sepertinya bersahabat.
Arnes dan gengnya duduk di bagian kelas paling pojok belakang. Arnes duduk dengan kedua kakinya di atas meja, dua orang temannya duduk di meja, dan satunya lagi di sebelah Arnes. Ketiga temannya mengobrol sementara ia sendiri memainkan ponselnya dengan anteng. Keningnya berkerut ketika salah satu anak cewek yang sedang bergosip berbicara bagaikan toa.
"Emang iya hari ini bakal ada anak baru?"
"Dari kemaren sih denger-denger gitu. Cewek, cakep juga katanya."
"Emang pasti cakep?"
"Tau deh. Tapi kayaknya cakep kok."
Arnes dan teman-temannya memandang cewek-cewek itu dengan jengah. Ia membuka suara, "Berisik nih pagi-pagi!"
Sontak cewek-cewek itu terdiam menatap Arnes yang mendapat tepukan tangan teman-temannya. Kemudian cewek-cewek itu kembali mengobrol, tapi mengecilkan volume suara mereka.
"Nes, ada anak baru noh." Arka menepuk bahu Arnes agak kencang.
Arnes mengangkat alisnya, pandangannya tak lepas dari layar ponselnya. "Terus?"
"Kali aja lo kecantol gitu, " Nevan mengedarkan pandangan pada teman-temannya yang lain, meminta persetujuan.
"Tergantung lah.... " Matanya melirik gerombolan cewek-cewek tadi sekilas kemudian beralih lagi pada layar ponsel.
"Gue maunya cewek yang rada kalem gitu. Ogah sama yang kayak toa mah," lanjutnya lalu terkekeh sendiri.
"Nah, siapa tau kan."
"Ah sumpah!" seru Jaja kencang yang membuat hampir seisi kelas menoleh kearahnya.
"Malu-maluin gila lo, Ja. Seluruh dunia alam semesta langsung pada ngeliatin lo tau gak?" sembur Nevan sambil menggeleng sok drama.
"Tau lo, gila." timpal Arnes sembari melirik Jaja sekilas.
"Lagian ini, udah sampe jauh banget malah kecolongan. Kan bangke." ujar Jaja menunjukan layar ponselnya, permainan Piano Tiles.
"Najis." Arka menyahuti.
Perbincangan mereka terhenti saat seorang wanita paruh baya dengan badan proposional dan kacamata bertengger di hidungnya menyentak mereka.
"Bagus kalian. Masih pada ngumpul, tidak denger bel?! Kamu juga Arnes! Kaki kamu sembarangan ya, ditaruh di meja. Nggak sopan kamu." cerocosnya sambil menggelengkan kepala.
"Eh? Iya, iya, maaf ya Bu Denna." Arnes segera pindah satu meja ke depan, yang mana memang tempatnya bersama Arka dan temannya yang lain kembali ke tempat duduk mereka.
Ibu Denna menggeleng sembari melangkah ke meja guru. Seusai doa bersama, Bu Denna mengumumkan adanya siswi baru yang akan masuk di kelas 11-2.
Di luar kelas, seorang cewek tampak agak tak sabaran, atau ia mungkin gugup. Segera ia pun di persilakan masuk dan memperkenalkan diri oleh Bu Denna. Saat itu juga suasana kelas menjadi ramai kembali. Banyak komentar-komentar pujian yang dilontarkan pada gadis itu. Terutama oleh para cowok yang memandangnya. Diantaranya:
"Wedeh cakep."
"Rambutnya badai ya."
"Bazeeng, gue gebet bisa nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Подростковая литератураAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...