1

85 8 0
                                    

Hari pertama tanggal 18 bulan Juli, memang sangat memaksakan siswa kelas 8 dan 9 ikut serta dalam upacara pembukaan MOS. Terik matahari pagi memang tidak bisa dilawan. Indahnya mentari tersenyum seolah memberi semangat kepada kami yang bersusah payah datang ke sekolah demi upacara yang kurang menyenangkan hati ini.

"Yaudah ma, Rara berangkat dulu ya, assalamualaikum," ucap Rania saat kakaknya sudah menunggu di pintu untuk mengantarnya sekolah.

"Lama banget si lo, dek! Nanti gue telat nih!," gerutu Zainal, kakaknya.

"Iya iya si, gak bisa sabaran dikit apa?!," Rania naik ke atas motor dan Zainal mulai menjalankan motornya.

"Tuh kan, gara-gara lo sekarang udah jam setengah 7! Gimana nasib gue coba?!," bentak Zainal saat sudah sampai di sekolah Rania.

"Ya itu si derita lo!," dengan entengnya Rania menjawab. "Yaudah ya, gue masuk. Bay!,"
"Eh, nanti dulu!" Panggil Zainal.
"Apalagi si ah?!," gerutu Rania dan jalan berbalik ke arah Zainal.

Lalu Zainal mengecup kening Rania. "Ih apaan sih lo pake cium-cium segala?! Emang gue anak kecil?!," bentak Rania.

"Apa salahnya cium adek sendiri? Kan artinya gue sayang sama lo!," Zainal gak mau kalah debat.
"Ya tapi jangan didepan sekolah gini kali! Gue itu udah kelas 8! Malu-maluin aja ah!," bentak Rania meninggalkan Zainal mematung diatas motornya.

Dasar adek gak tau diri banget. imbuh Zainal dalam hati.

Lalu Zainal menjalankan motornya lagi menuju sekolahnya.
Rania masuk kedalam lapangan sekolahnya dan ikut nimbrung dengan teman-teman kelas nya.

"Assalamualaikum semuaa!" Ucap Rania dengan semangat.

"Eh kemana aja lo? 3 menit lagi mau bel, baru dateng!," ucap Fiska, sahabat Rania.
"Iya iya sorry. Tadi gue kesiangan," ucap Rania sambil cengengesan.
"Lo masih dianter sama kakak lo yang cogan itu gak?," Fiska dengan antusiasnya bertanya karena 'kekagumannya' dengan Zainal.
"Iya iyalah, kalau gak, gue dianterin ama siapa?"

"yaa kira gue sama tukang ojek!," ejek Fiska.

Belum sempat Rania duduk, bel berbunyi.
"Yah kan udah bel! Lo si pake ngajak gue ngobrol dulu!," celetuk Rania kepada Fiska.

"Siapa suruh lo ngeladenin gue?," Fiska gak mau kalah.

Lalu mereka semua berbaris dan melaksanakan apel pagi. Setelah apel dan tadarus, mereka dipersilahkan masuk ke kelas. Karena ini minggu pertama masuk kelas 8, mungkin ada sebagian orang yang belum Rania kenal.

"Selamat pagi," suara itu tiba-tiba membuat hening suasana kelas. Itulah guru killer yang ngajar Matematika. "mampus gue! Kenapa harus diajarin sama guru ini lagi sih?," gerutu Rania dalam hati karena dari dulu ia paling benci sama yang namanya matematika. "Ini kan baru 3 hari pertama kelas 8, masa udah belajar aja?," Rania terus menggerutu didalam hatinya.

"Hari ini kita gak bakal belajar kok, kita pemilihan pengurus kelas dulu," ucap Bu Lastri lembut kepada anak-anak.

aduh ini guru kenapa tiba-tiba jadi baik begini? Pasti ada apa-apanya deh. Rania berprasangka yang enggak-enggak didalam hatinya.

"Siapa yang mau jadi kandidat?," ucapan Bu Lastri membuyarkan lamunan Rania

"Akmal bu, Akmal!", teriak seorang anak yang duduk paling belakang.

Akmal itu orang yang dikenal di kalangan murid maupun guru karena anaknya yang terkenal badder, gak ada yang namanya takut sama kakak kelas, dan gak segan ngejawab ucapan guru kalau dia emang gak salah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

InaccessibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang