From : sucidsar
.
.
.
.Entah bagaimana, aku bisa senyaman dan seseru itu bahkan ketika kali pertama bertemu. Sungguh, aku sama sekali tidak merasa canggung layaknya manusia asing yang saling berjabat tangan. Aku merasa kita telah lama tahu, telah lama kenal.
Nyaman. Itulah yang aku rasakan, aku hanya ingin terus bersamamu. Ya, bersama dengan kamu, kemana pun aku pergi, apa pun itu kondisinya.Dan ya, sepertinya keberuntungan saat itu tengah setia menaungiku, dunia berhasil mewujudkan keinginanku. Keinginanku untuk terus memahat sejarah bersamamu. Keinginanku untuk terus menderai tawa, bahkan silih mengisi duka dengan canda dan tawa. Aku benar benar begitu hidup saat itu, kamu tahu ? kamu adalah sesuatu yang membuatku bersyukur karena tuhan telah berkenan mempertemukanku bersamamu diantara luasnya hiruk pikuk Si Planet Biru.
Saat itu, pada nuansa putih biru, kali pertamanya kita bertukar cerita, berbagi tawa, mengukir sesuatu yang ... Aku yakin, semesta pun tak dapat menjelaskan apa itu. Apa hal menakjubkan itu.
Juga di suasana putih biru, aku dan kamu, siapa orang yang tidak paham akan kita ? Ya, bahkan semua orang dapat mengerti tanpa harus sebuah untaian kata menjelaskannya. Mereka tahu, benar benar tahu bahwa ... Dimana ada aku, disitulah ada kamu disisiku. Begitupun sebaliknya. Ya, sedekat itulah kita, tak butuh waktu lama bagi kita untuk merasa saling, tak butuh waktu lama juga bagi kita mengerti satu sama lain. Dan hanya dengan waktu singkat itulah aku, benar benar percaya. Bahwa ... sahabat sejati itu ada dan nyata. Tidak harus seperti seekor merpati yang datang pada saat kita mengiminginya dengan umpan, tidak harus seperti sebuah pedati yang berani maju pada saat kita mendorongnya kencang. Kamu adalah kamu. Kamu adalah sejati untukku.
Saat itu, aku tidak seperti mereka yang membutuhkan berlembar lembar kertas dan sebatang pena hitam hanya untuk bercerita, hanya untuk membagi kisah yang telah mereka lalui, hanya untuk menyimpan rapat sebuah rahasia, hanya untuk menumpahkan segala keluh kesah hatinya.
Namun, aku tak membutuhkan kertas kertas dan pena itu. Tidak. Kenapa ? karena aku punya kamu, diary berjalanku.
Maafkan aku kawan, aku terpaksa memenuhi memori otakmu dengan segala curahan tak jelasku, memaksamu untuk membagi waktu bersamamu, menawarkan sedihku padamu. Salahkan dirimu, kenapa kamu begitu hebat membuatku ingin terus bersamamu, salahkan dirimu, kenapa kamu begitu istimewa untukku.Kamu tidak hanya membuatku tertawa dengan tingkah konyolmu, kamu juga membuatku harus memutar otak dan menyingkirkan rasa malas belajar. Karena apa ? karena kamu adalah lawanku ketika mencetak rekor dihadapan seorang pahlawan tanpa tanda jasa itu.
Tetapi, terimakasih. Karena itu membuatku tahu bagaimana cara berjuang dan mempertahankan. Semangat sahabatku!Sesuatu dapat membuat kita saling melongo takjub, pasalnya tidak jarang kita melakukan hal yang sama, menyukai hal yang sama, bahkan berkata hal yang sama dalam waktu yang tidak berbeda. Seseorang bahkan menciptakan motto bagi kita.
- Berbeda, tetapi bermakna sama. -
Sumpah, aku tidak akan pernah melupakan kalimat indah itu. Ya, kalimat itu indah bagiku, membuatku percaya diri bahwa, aku tidak akan merasa sepi dan gundah walaupun aku sendiri. Karena walaupun raga mu tidak nampak didepanku, jiwamu tetap menyatu bersama asa ku.Seperti saat ini, aku disini, dan kamu jauh disana. Kita masih memandang langit yang sama, menginjak tanah yang sama, dan masih menghirup udara yang sama. Namun, batinku tetap tak terima.
Sesulit itukah semesta sedikit iba pada kita yang rindu ? tidak bisakah dia mengerti, aku ingin bertemu denganmu, biarlah hanya sekejap mata, asalkan lesung pipit manismu itu membekas jelas dipupil mataku.Lagi, lagi dan lagi aku harus menunduk, melihat jemari dingin yang saling bertautan.
Ya, hidup itu memang pilihan, dan kita ? tentu tidak boleh menyesali apa yang telah kita pilih.
Tapi, satu yang harus kamu tahu! masih ada yang ganjal disini, dan aku masih tidak percaya bahwa ... kita pasti akan bertemu. Namun ... seperti halnya Kunang Kunang Terbang Siang.