From : Lolita_GOM
Tuhan, kuharap dia menyapaku duluan. Tanganku gemetar. Tapi siang, aku add akun line nya. Aku mendapatkannya karena aku satu grup chat ekskul dengannya. Sekarang aku hanya bisa kebingungan. Setahuku, sudah merupakan kewajaran untuk mengadd orang yang satu grup ekskul dengan kita. Iya kan? Iya kan?
Aku memang semester ini tidak aktif di ekskul ini, tapi aku punya alasan. Maksudku, aku terlalu sibuk les jadi mengikuti ekskul hanyalah sebuah formalitas. Tapi kupikir mungkin harusnya aku lebih aktif di sekolah. Seperti kakak ini.
Kudengar dia ketua sebuah ekskul dan masih mengikuti ekskul lainnya, yaitu ekskul yang sama denganku. Meskipun aku bertanya-tanya apakah dia mengikuti ekskul yang ini karena temannya menjadi ketua ekskulnya, kau tahu, sebuah solidaritas.
Aku menggigit bibirku sekarang. Apakah salah kalau aku meng-add seorang kakak kelas duluan? Apakah itu membuatku terlihat seperti cewek labil yang tidak tahu malu? Tidak kan?
Aku menatap layar handphoneku. Menimbang-nimbang apakah mengchatnya duluan atau tidak. Jika seandainya aku tiba-tiba mengchatnya, mungkin dia akan berpikir aku cewek yang agresif dan dia tidak suka.
Oh ya ampun. Mengapa kaum adam berpikir seperti itu? Aku saja jika ada orang random yang tiba-tiba mengajukan permintaan pertemanan kuterima kok. Toh kalau dia menyebalkan tinggal block saja, apa susahnya?
Kita kan tidak tahu, bisa saja dia adalah orang yang baik dan benar-benar penasaran dengan kita. Kalau kau di posisiku, aku yakin kau pasti mengerti.
Tapi tapi, aku yakin dia mengatakannya. Sungguh. Tadi dia bilang "kalau butuh bantuan, bilang saja." Aku yakin dia mengatakan itu. sungguh telingaku masih berfungsi dengan baik. Dan dia mengatakannya sambil tersenyum.
Tapi bagaimana jika dia hanya basa-basi? Bagaimana kalau dia malah menganggapku gangguan dan menyesal telah bersikap ramah padaku? Padahal kan maksudku bukan itu.
Kelelahan, aku berbaring di kasurku. Mengingat kenangan 6 hari duduk sebangku bersama dengannya. Di sekolahku, ada kebijakan jika setiap UAS duduk bersama dengan kakak kelas. Jika kamu beruntung, kamu akan sebangku dengan kakak kelas intel yang curiga jika ada sedikit saja gerakan dari matamu saat ujian.
Untungnya aku tidak seberuntung itu, jadi aku duduk sebangku dengannya. Aku se-ekskul dengannya, tapi aku hanya masuk sekali di ekskul itu. kesan pertamaku pada kakak ini, kupikir dia orang yang agak sinis pada orang lain. Mungkin faktor tubuhnya, karena dia tinggi dan hidungmu mancung, menimbulkan kesan 'sombong'.
Tapi ternyata dia tidak seperti itu. Dia ramah, malah dia duluan yang mulai mengobrol denganku. Aku masih mengingat kalimat pertamanya, "Mohon kerja samanya ya. Hehe."
Aku tidak begitu ingat apakah ada kata "hehe", yang kuingat hanyalah senyumnya yang terlihat tulus. Dia tampaknya memang orang yang ramah. Kuperhatikan dia aktif berbicara dan berkumpul dengan teman-temannya. Aku juga ingat saat dia keasyikan berdiskusi dengan temannya di luar kelas sampai tidak menyadari kalau guru pengawas sudah masuk. Untung saja gurunya baik, jadi dia tidak dihukum.
Selama ujian, terkadang aku kerja sama dengannya. Aku membantunya dalam ujian tulis bahasa Inggris, bahasa indonesia dan sejarah. Sementara dia membantuku dalam ujian penjaskes, pkn dan beberapa soal sejarah.
"Mau ujian bahasa jerman ya? Semangat." Dan "Semangat Ujian Lintas Minat, ya!"
Aku ingat dia mengatakan itu. Selama UKK, dia mengatakan "semangat ya" dua kali kepadaku. Sekali saat ujian bahasa jerman dan sekali lagi hari ini saatsebelum pisah kelas karena ujian lintas minat.
Kenapa? Apakah menggelikan jika aku mengingat kata-katanya? Woman always remember, apakah kalian pernah mendengar itu? Eh tunggu, apa kalimat yang benar adalah elephant always remember? Ah siapa peduli. Hakku untuk mengingat apa yang ingin kuingat. Ya kan?
Aku masih ingat perawakannya. Dia adalah orang yang tinggi, sangat malah, karena tinggiku bahkan dibawah bahunya. Dan ketika dia berjalan, matanya entah kenapa terasa tajam dan ada aura "jangan dekati aku". Mungkin itu yang membuatnya kelihatan seperti orang sombong. Penampilan memang bisa menipu.
Hmm coba kubuka facebook. Di FB, meskipun kita belum berteman dengan orangnya, tapi kita bisa melihat profilnya dan melihat foto-fotonya. Suatu keuntungan buatku. Aku hafal nama lengkap kakak kelas itu. Terdiri dari 3 kata. Kata pertama panjangnya 5 huruf, kata kedua nama bulan kelahirannya dan kata terakhir kata yang berbau islami.
Kubuka profilnya. Lahir: 30 Oktober. Oh Tuhan! Aku tidak menyangka ini. Dia lahir di tanggal dan bulan yang sama denganku. Oh ya ampun, apakah mungkin ini pertanda? Hahaha tidak, ya ampun. Jika sama itu pasti hanya kebetulan semata. Tapi aku tidak bisa berhenti tersenyum dengan lebar. Ya ampun, apa-apaan ini? Aku merasa senang sekali.
Masih tersenyum lebar kubuka album fotonya. Aku berpikir, mungkin aku sedang tidak tersenyum, tapi sedang menyeringai. Who cares. Hmm dia ternyata tidak terlalu aktif di sini, menurut perhitungan kasarku hanya ada 60 foto di sini, dari tahun 2010 sampai tahun ini. Oh wow, ada foto dia masa kecil di sini. Ya ampun, dia imut sekali. Aku selalu suka anak kecil. Mereka menggemaskan.Wah ... dia pernah pergi ke danau itu ya? Eh ini foto dia yang baru di-upload bulan lalu. Hmm ternyata dia masih update di FB. Syukurlah.
Tapi ini bukan ngestalk kan? Aku kan hanya melihat foto-foto di facebooknya. Lalu mensave nya. Tidak ada yang salah dengan itu. Semua orang juga melakukannya. Bukan hanya aku saja. Bukan berarti aku stalker atau apa. Setahuku stalker adalah orang yang menguntit dan ....
Baik, baik, aku mengakuinya. Aku stalker. Lalu kenapa? Apakah itu adalah hal yang salah? Apakah aku menganggu privasinya? Hal-hal yang sudah kau sebar di medsos, itu artinya boleh kan aku baca dan aku simpan? Lagipula, aku kan bukan stalker tingkat akut. Aku tidak menguntitnya ke mana-mana dan mengutuk semua perempuan yang berada di dekatnya. Toh aku bukanlah siapa-siapa dia. Apa hakku marah padanya?
Hey tunggu dulu, siapa cewek yang di sebelahnya? Rasanya aku pernah melihatnya. Oh ya, dia kan anak yang satu ekskul denganku. Kelihatannya dia cukup dekat dengan kakak ini, meskipun hanya sebagai teman. Mungkin aku bisa lebih dekat dengannya jika aku akrab dengan anak ini.
Akhirnya selesai juga mengsave fotonya. Aku ingin sekali menjadikannya wallpaper HP-ku. Tapi bagaimana kalau ketahuan teman-temanku? Apa mereka akan menganggapku berlebihan? Eh di foto yang ini hanya ada tangannya saja. Baik, aku akan memakai yang ini sebagai wallpaper nya. Kalau hanya foto tangan rasanya tidak masalah.
Oke. Jadi sekarang, apa yang harus kulakukan? UKK baru saja selesai. Aku bebas. Aku sudah melangkah duluan dengan meng-add nya duluan. Apakah aku harus mengchat nya duluan? Apakah itu tidak dianggap terlalu agresif?
Jika seorang perempuan terlalu agresif, kebanyakan lelaki tidak menyukainya. Hampir semua lelaki seperti itu. Mereka tidak merasa nyaman jika perempuan yang memulai. Dan aku tidak terlalu nyaman jika aku duluan yang memulai. Jadi kenapa ? Lagipula aku terlalu malu untuk memulai percakapan. Apa yang harus kubicarakan? Aku belum terlalu mengenalnya. Tapi aku ingin.
Ya ampun. Dasar benda kotak hitam jelek. Apa susahnya sih memunculkan notif dari kakak itu? Apa dia tidak menerima permintaan pertemananku? Dia terlalu ramah, mungkin saja dia sudah menerimanya tapi sinyalnya lemah. Pasti itu.
Argghhh aku sudah tidak tahan lagi. Akan kucabut baterainya dan kulempar ke dinding, mungkin itu akan membuat HP nya menjadi dingin dan kembali berfungsi dengan benar.
Baik, baik. Aku tidak akan diperbudak oleh HP. I'm not a modern slave. Ini adalah terakhir kalinya aku mengecek HP-ku. aku punya kehidupan di dunia nyata. Aku tidak diperbudak oleh dunia maya. Toh aku tidak bergantung dengan chat atau like dari temanku. Aku hanya menggunakannya untuk mendengarkan musik, mengshare artikel yang menurutku menarik, searching, gaming, dan chatting pada temanku, tapi tidak terlalu sering. Aku sanggup tidak mengecek HP-ku sampai besok. Toh masih ada laptop.
Ting!
Aku melompat dari kasurku. Suara itu! itu pasti chat dari dia. Aku gemetar saking senangnya.
Selamat! Dapatkan diskon 10% pembelian stirbruk dengan menunjukkan ini ke ...
Aku ingin berkata kasar.
Sungguh.