Chapter 12

12K 589 7
                                    

"Bi, itu si mak lampir sama bebek-bebeknya datang noh," ucap Paul saat melihat Selia dan kedua temannya berjalan ke arahnya.

Alby hanya mendengus memandang Selia dan kawan-kawannya malas.

Saat ini mereka sedang berada di kantin, tepatnya pada saat jam istirahat. Dan seperti biasa, bangku pojok kanan adalah kuasa mereka.

"Gue gak tau, si Selia makin lama makin tergila-gila aja sama lo, Bi," ucap Risky yang juga memandang Selina dan kawan-kawannya jijik.

"Tolong usir dong Ul," ucap Alby santai. "Gue lama-lama muak kalo tiap hari dikasi tontonan wajah Selia mulu.

"Kalo disuruh ngusir jangan si Paul, yang ada entar diajak kencan. Suruh si Joshua noh, biar diceramahin sekalian. Iya nggak Josh?" Risky melirik Joshua dengan cengirannya sambil menaik turunkan alisnya.

"Lo ngomong gitu, bukan berarti lo kangen sama ceramahan gue kan, Ki?" Joshua memberikan cengirannya balik ke Risky membuat Risky hanya menatapnya datar.

"Gue tau, selama ini ceramahnya gue itu emang yang paling terdahsyat. Yang siapa pun kalo denger pasti pengen gue ceramahin lagi." Ucap Joshua dengan pedenya.

"Seandainya lo tau yang sebenarnya, apa yang kita rasain pas dengerin ceramahnya lo Josh," Alby menggelengkan kepalnya pertanda miris.

Risky menyikut lengan Alby, "eh si Selia makin dekat noh."

Dalam beberapa detik terdengarlah suara cempreng nan sok manja itu. Membuat Alby ingin memutuskan pita suara orang itu saat ini juga.

"Hello babe, ih.. Tuh kan! Tiap hari gantengnya makin nambah. Makin cinta deh."

Ingin rasanya Alby menggali lobang dibawah kolong meja saat ini juga, lalu mengubur Selia didalamnya.

"Eh, lo apa-apaan sih. Gak usah deket-deket ih! Kegatelan banget lo jadi cewek." sembur Alby kesal, karena Selia justru duduk disampingnya dan merapatkan tubuhnya ke tubuh Aby.

Selia cemberut, membuat bibirnya yang merah karena lipstick manyun kedepan. "Ih, kok gitu sih! Seharusnya yayang Alby rindu sama selia, karena siang kemarin Selia gak nemuin Alby dikantin. Kan selia lagi ke Aussie liburan."

Alby menatap jijik ke bibir selia yang mirip seperti bibir emak-emak yang baru pertamakali memakai lipstick mahal, alias kampungan. Liat aja tuh, tebelnya minta ampun, pengen rasanya Alby menghapus bibir Selia pake penghapus papan tulis.

"Dimana-mana orang liburan pas dimusim libur, bukan pas di musim UTS sekolahan. Sinting lo! sana jauh- jauh!" Alby mendorong tubuh Selia menjauh.

"Eh, Selia, gue jujur nih ya sama lo," Paul menatap Selia serius. "Gue emang sering gonta-ganti cewek, tapi kalo cewek yang modelnya kayak lo gini, gue mesti pertimbangin untuk kesekian kalinya. Atau bahkan gak perlu dipertimbangin, karna lo emang gak pantes dipilih." kalimat panjang nan pedas Paul membuat meja menjadi hening.

"Ul, itu mulut atau gilingan cabe? Biasa aja ngomongnya!" kesal Selia. "Untung aja lo ganteng, kalo nggak lo bakalan nyesel ngomong gitu sama gue, "

Paul kesal, ini si mak lampir keluaran tahun 2016 lagi mengancamnya atau apa? "Yaudah, makanya sono lo pergi jauh-jauh. Lo buat meja ini jorok tau nggak."

"Yayang Alby, aku gak terima ya kawan kamu ngehina aku, pokoknya kamu harus buat perhitungan sama dia!" Tunjuk Selia pada Paul dengan gaya manjanya.

"Lo siapa sih? Sok deket banget sama gue. Pake ngatur-ngatur gue segala lagi. Makanya lo pergi dari sini," geram Alby.

Selia berdiri dengan wajah yang cemberut, "pokoknya Selia bakalan gangguin yayang Alby terus. Titik!" tegas Selia lalu berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal. Diikuti para bebeknya yang berjalan setia dibelakangnya.

Beloved AlbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang