Chapter 2 - a forced marriage

477 39 14
                                    

hari ini dan beberapa hari kedepan akan menjadi hari-hari terberatku. mungkin tak hanya beberapa hari itu, bahkan hari-hari ku kedepannya akan terasa sulit. aku harus menikahi lima orang pria yang sama sekali tidak ku kenal pribadinya. aku harus meninggalkan orang yang ku cintai demi lima pria itu, lalu merasakan rasa canggung dan kesal setiap saat karena hal ini.

ku edarkan pandanganku ke seluruh sudut ruangan. semua serba putih berhiaskan berbagai karangan bunga di setiap sudut ruangan gedung ini. semua tamu terduduk rapi dengan pakaian mereka yang serba mewah. berbagai wartawan dan paparazzi mengabadikan setiap gerak gerik ku dengan gaun yang sangat indah ini. namun, secantik apapun diriku saat ini, perasaanku tak akan pernah bahagia. apalagi saat melihat seorang pria berdiri dengan seragam merah di samping prasmanan sebagai pelayan cathering di acara pernikahan paksaan ini. hatiku sakit saat melihatnya tersenyum miris di seberang sana. rasanya aku ingin berlari dan memeluk tubuhnya saat ini. tapi, aku tak bisa! maafkan aku, Justin!

seorang pria ber-jas putih tengah menunggu-ku di atas altar. ia tersenyum begitu melihatku melangkah mendekatinya, tentu saja di kawal oleh seorang pria bertubuh besar dan berwibawa yang tak lepas dari sikap angkuhnya-ayahku.

aku hanya tidak menyangka bisa merasakan pernikahan secepat ini. bahkan aku baru mengenal calon suamiku kemarin melalui media yang telah ayahku siapkan. Dunia ini memang kejam. yap! aku setuju akan ungkapan itu.

namanya Louis Tomlinson, pria berumur 21 yang merupakan anak dari kerabat ayahku. entahlah, ia terlihat senang akan adanya pernikahan paksaan ini. bukannya aku terlalu percaya diri, tapi aku bisa merasakan bahwa Louis menyukaiku. terlihat dari tatapannya yang berbinar.

setelah mengucapkan janji, Louis membuka tudung yang menutupi wajahku dan mulai mendekatkan wajahnya pada wajahku.

"bolehkah aku menciummu?" bisiknya tepat di depan wajahku

"lakukan saja!" ujarku pasrah

setelah basa-basi, Louis mulai mencium bibirku walau terasa ragu. ia menciumnya lembut dan sangat pelan hingga membuat para tamu undangan bersorak kegirangan.

aku tak tahu, bagaimana perasaan Justin disana melihatku seperti ini? akankah kau masih menyembunyikan rasa sakitmu dibalik senyum palsumu sekarang? ha?

upacara pernikahan berjalan singkat. tanpa ada resepsi dan yang lainnya. aku harus cepat cepat pulang ke mansion dan bersiap siap untuk pernikahanku besok.

aku tak menemui Justin sampai pada waktunya besok di hari pernikahanku yang kedua tentunya bersama orang yang berbeda.

kini setting pernikahanku di sebuah taman yang indah. berhiaskan banyak bunga yang berwarna-warni menebar dimana mana. ini memang sungguh indah. sayang aku tidak bisa menikmatinya.

lagi-lagi aku melihatnya disana. masih dengan senyuman miris yang demi tuhan seakan mengiris hatiku. bertahanlah Justin!

kali ini berbeda dari hari sebelumnya, Zayn! namanya Zayn Malik. dia keturunan Pakistan. wajahnya memanglah sangat tampan. tapi, dari informasi yang ku dapatkan pribadinya tidaklah setampan wajahnya. ia adalah perokok berat, pemabuk, dan pernah menjadi pecandu narkoba. mau jadi apa aku hidup bersama pria beran-dal sepertinya?

sesegera mungkin ku hilangkan pikiranku yang melayang layang kemana-mana. mau bagaimana lagi? yang bisa ku lakukan hanyalah pasrah akan kemauan ayahku. se-brengsek apapun dia, dia tetaplah ayahku yang berjuang untuk menafkahiku selama ini. dan mungkin ini salah satu balas budi ku padanya. walaupun tak seberapa.

Zayn mengucapkan janji dengan sangat lemas. matanya berkunang-kunang dan sayu. sesaat saat dia akan mencium bibirku, aroma vodka yang sangat menyengat mampu membuatku mual. aku merasa ada pisau yang menikam hidungku sampai ke ubun-ubun. pria ini!

Miserab?ble!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang