***
--- AUTHOR POV ---
Ninja hitam Rizky yang ia rebut paksa dari Azof telah terparkir sempurna di halaman rumah mewah Pak Surya dengan desain khas eropa klasik. Dinda masih mematung di teras rumah, menggendong gadis kecil berponi lucu yang masih menangis dalam dekapannya. Jemari Dinda mengusap lembut puncak kepala gadis kecil itu.
"Hiksss.. Mamaaa.."
"Sttt.. Sayang, jangan nangis teruss.." bisik Dinda.
Dinda bingung, bagaimana cara membuat anak kecil berhenti menangis? Ia tak punya pengalaman apapun dalam menenangkan anak kecil. "Ky, bantuin gue tenangin anak ini. Gue gak tau gimana bikin anak ini berhenti nangis."
"Gak salah Lo nanya ke gue? Yaaa mana gue tau? Lo kan cewek, calon ibu ! Harusnya Lo tau cara bikin anak kecil tenang. Tenangin anak orang aja gak bisa ! Gimana kalau tenangin anak kita nanti ?" Sindir Rizky sembari mencolek dagu Dinda gemas.
"Ha? Anak kita? Apaan sih, Jangan ngawur Lo !" Dinda berlalu meninggalkan Rizky, membawa gadis kecil itu ke dalam rumah Pak Surya.
Rizky mengikuti Dinda yang memasuki rumah Pak Surya. Sepasang bola mata hitam menatap tajam ke arah Rizky dan Dinda. Sepasang bola mata hitam itu milik Pak Surya. Rasa tegang dan takut bersatu dengan keringat dingin di dahi keduanya. Pak Surya yang semula duduk di sofa, beranjak mendekati Rizky dan Dinda. Terlihat Dinda menunduk takut, memeluk erat tubuh gadis kecil yang sedari tadi belum berhenti menangis.
"Dari mana kalian ?? Kenapa jam segini baru nyampe ?? Siapa anak ini ??" Tanya Pak Surya, papa Rizky.
"Pah, maaf. Emmm, dinda minta izin dulu bawa anak ini ke kamar tamu, nanti Dinda jelasin semuanya." Nada suara Dinda terdengar bergetar, ia mungkin takut, ia menerka bahwa Pak Surya akan marah.
"Kembali lagi kemari !" Ucap Pak Surya terdengar dingin.
--- DINDA POV ---
Aku mengangguk pelan, ku bawa gadis kecil ini menuju kamar tamu yang jaraknya sekitar 15 meter dari tempat aku berdiri. Aku menutup pintu kamar tamu rapat, ku baringkan tubuh gadis kecil manis ini diatas tempat tidur.
"Sayang, kamu tunggu dulu disini yaa.. Tante keluar dulu sebentar." Ku hapus air mata yang mengalir di pipi chubbynya.
"Mama.. dangan pelgi.." tangan mungil anak ini menahan bajuku, mencegahku agar tidak pergi.
Ku lepaskan jemari mungil malaikat kecil ini dari bajuku, lenganku memegang kedua pipinya yang terlihat merah. "Hanya sebentar, nanti tante balik lagi, yaaa." Ucapku sambil mengecup puncak kepalanya.
Aku tersenyum, melihat gadis ini mulai tenang. Segera ku beranjak menutup kembali pintu kamar tamu. Ku lihat Rizky dan Papa duduk berhadapan namun saling terdiam, tak ada sepatah katapun yang terucap. Aku menarik nafasku, mencoba mengurangi rasa tegangku. Ku beranikan diri untuk melangkah mendekati mereka.
"Permisi pah, bolehkah Dinda duduk?" tanyaku memecah keheningan.
"Duduklah !" tegas Papa.
Aku melirik Rizky yang sama tegangnya denganku. Tubuhku gemetar, duduk gelisah disamping Rizky.
"Dinda, tolong jawab jujur ! Dari mana kalian? Mengapa baru datang dini hari begini?" Papa melontarkan pertanyaan padaku.