Matahari kembali menampakkan dirinya di ufuk timur, menyinari SMA Permata Bangsa yang mulai ramai. Disambut dengan kicau burung yang beterbangan di udara. Hawa pagi yang segar siap dinikmati setiap makhkuk hidup di bumi ini
Di dalam kelas 11-2, suasana ramai terjadi seperti biasanya. Suara obrolan maupun tawa, juga suara lembaran kertas yang dibolak-balik. Dan pastinya, suara Arnes beserta gengnya.
"Eh, eh! Gue menang, guys! Gue dapet mahkotanya!" seru Jaja memperlihatkan layar ponselnya dan membuat gengnya menatapnya aneh.
"Gila lo ya?" tanya Arka.
"Sumpah! Ini level susah banget, Ka, berkali-kali gue mainin dan baru bisa menang! Gila, gila."
"Lo gila." balas Arka menanggapi kelakuan sahabatnya itu. Meski begitu, Arka tak sepenuhnya serius dengan perkataannya, sudah biasa mereka bercanda seperti itu.
"Ya elah, Ja, jaman Piano Tiles? Jaman tuh COC." sambar Nevan.
"Lah? Lu aja. Jaman lo ama jaman gue beda. Jaman perang-perangan gitu?" Jaja balik meledek.
"Lah? Lo kan hidup di jaman kucing betelor, Ja." balas Nevan dan membuat teman-temannya berderai tawa.
"Arnes!" panggil suara seorang gadis dari pintu yang menghampiri Arnes menghentikan obrolan mereka. Arnes menoleh malas. Si Cewek Pengganggu itu sudah kembali lagi rupanya.
"Arnes," panggil cewek itu lagi. Nevan, Jaja, dan Arka memberi jalan cewek itu untuk mendekat pada Arnes.
"Hm," jawab Arnes sekenanya sambil memainkan ponselnya.
Cewek itu duduk di bangku sebelah Arnes. "Katanya ada anak baru ya di kelas lo? Yang mana sih anaknya? Cantik nggak? Lebih cantik dari gue nggak?"
Arnes mengernyit dan melirik malas cewek itu. "Apaan sih?"
"Alana namanya, Bel." Sahut Arka yang bersandar di tembok belakang. Nama cewek Itu Bella.
Bella mengubah mimik wajahnya menjadi seolah cemas. "Alama? Yang mana sih? Gue kepo."
"Alana...." Ralat ketiga teman Arnes kompak.
"Iya, iya." Bella cemberut.
"Lo ngapain sih ke sini?" tanya Arnes dan menurunkan kakinya dari meja.
Bella memanyunkan bibirnya. "Mau ngobrol sama lo. Sekalian nyari... Siapa? Alana ya?"
"Udah sana sama temen lo aja, yang lo cari belom dateng." sambar Nevan.
"Apaan sih lo?" Bella sewot.
Arnes menimpali, "Tau, lo ngapain sih?"
"Arnes, kan gue juga nyari lo. Lagian, Vio juga belom dateng."
Arnes menatap Bella sejenak, "Terus gue peduli?"
"Harusnya lo bilang 'o aja ya kan' gitu, Nes." tambah Jaja sambil tertawa. Yang lain ikut tertawa.
Bella berdecak sebal. Meski begitu, tapi ia lumayan pintar. Setidaknya ada yang dapat dibanggakan darinya. Tak lama, Alana memasuki sambil tertawa bersama Hana dan Airin.
"Hai, Alana, hai Airin." sapa Arka.
Alana menoleh dan tersenyum ramah, "Hai, Ka." Airin hanya tersenyum dan mengangkat alis.
"Hai, Hana." sapa Nevan. Hana tersenyum manis pada Nevan sambil berjalan ke kursinya.
Bella melotot, menatap Arka dan yang lainnya, "Itu Alana?" tanyanya dengan suara agak pelan.
"Iya," jawab Jaja.
Bella terdiam sejenak kemudian berdiri dari kursinya dan menghampiri Alana yang baru meletakkan tasnya. Arnes dan gengnya sontak melihat apa yang akan dilakukan Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Ficção AdolescenteAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...