chapter 4

27 8 5
                                    

Clarissa pov

"Apa?!" Ujarku dengan tidak percaya.

"Sayanggg..., mamah mohon. Sekali ini aja kamu turutin apa kata mamah. Tolong sayanggg..." ucap mamah seraya memohon padaku.

Mendengar suara memohon mamah yang seperti ini, aku benar- benar tidak kuasa medengarnya. Suara itu seakan sukses membuatku tercekik dan sesak di dada.

"Mah... rissa tau ini adalah permintaan mamah. Tapi rissa gak bisa menuruti perintah mamah untuk pindah sekolah ke sekolah Aldry. Rissa benar-benar tidak pantas menerima itu mah. Biaya untuk masuk sekolah itu sangatlah mahal, mah. Rissa gak mampu untuk menggantinya, kelak jika rissa sudah bisa membiayai hidup clarissa sendiri, mah." Balasku sambil menggenggam kedua tangan mamah yang terasa sangat hangat di genggamanku. Memberikan keyakinan kepadanya, bahwa aku akan baik-baik saja. Dan hal ini membuatku ingin menangis, namun air mataku terasa sudah mengering walaupun hanya satu tetesan saja.

"Tidak rissa. Kamu salah. Kamu pantas menerima ini. Anggap saja ini adalah rasa kasih sayang mamah sama kamu, sayang. Mamah merasa, mamah belum bisa membahagiakan kamu. Tolong, nak... ikuti permintaan mamah yang satu ini. Mamah ingin kamu bisa bemimpi lebih besar lagi. Meraih semua, apa yang kamu inginkan."

Aku tidak bisa menjawabnya. Aku bingung sekaligus takut. Apa yang harus aku katakan?

"Sayang...?" Panggil mamah, karena aku masih belum memberikan jawabanku kepadanya.

"Mahhh..., mamah yang selalu berada di sisiku sudah cukup bagi rissa. Mamah yang selalu perhatian sama rissa, sudah lebih dari cukup bagi rissa. Rissa tau..., rissa belum bisa membalas itu semua walaupun mamah bukan mamah kandungku sendiri. Tapi..., jika ini memang yang mamah mau, rissa akan menerimanya. Dan rissa janji, rissa tidak akan pernah melupakan rasa kasih sayang mamah terhadap rissa dan akan menggapai semua impian rissa."

Mamah tersenyum mendengar jawabanku, dan senyuman itulah yang membuatku merasakan bagaimana rasanya memiliki kasih sayang dari seorang ibu. Dan aku berharap bahwa di depanku saat ini adalah.....
Orang yang selama ini ingin aku temui. Orang yang selama ini membuatku bertanya-tanya. Orang yang selama ini membuatku tidak tau apa itu kasih sayang. Namun, aku benar-benar ingin bertemu dengannya, dialah... ibu kandungku.

"Aku pulang !" Terdengar suara seseorang.  Yang bisa kutebak ini adalah suara Aldry, dari arah belakangku.

"Kamu sudah pulang sayang ?" Tanya mamah.

"Iya mah. Hari ini ada rapat penting di sekolahku, jadi aku pulang lebih awal. " pandangannya beralih menghadapku. "Loh ris, tumben lo udah nyampe rumah gini hari? Emangnya lo udah selesai bikin kuenya? Terus mana kuenya? ." Tanya Aldry dan matanya menatapku dengan tatapan seakan menuntut jawaban terhadapku.

" Mamah yang nyuruh gue pulang. Yaaa....,yaudah deh gue pulang. Lagian, gue juga gak jadi bikin kuenya. Jadi, no problem deh."

Aldry, menolehkan kepalanya ke arah mamah. Menandakan ingin menuntut jawaban juga terhadap mamah.

Mamah yang sadar dengan tatapan Aldry, hanya bisa menghelas napasnya dengan kasar.

"Jadi begini, mamah ingin memasukkan Clarissa untuk satu sekolah sama kamu. Bagaimana? Apa ini ide yang bagus?"

Seketika ruangan menjadi hening. Aku tidak tau bagaimana respond Aldry mengenai ini.

"Ohhh... begit- APAAA?" teriaknya.

"Sumpah demi apa?" Tanyanya lagi dengan lebih histeris, layaknya seorang fans yang bisa bertemu dengan idolanya.

"Demi cintaku padamu..." jawabku dengan gaya super imutku.

ExactlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang