Maria Vanyasari

496 22 1
                                    

Aria , dia adalah teman sebangku ku. Sejak pertama aku mengenalnya , aku sudah dapat menilai bahwa dia anak yang sangat pendiam dan tertutup.

Dia anak yang mandiri , dan uhh... antisosial. Tetapi dia anak yang rapi , formal , sopan, dan ehm... cantik, sangat. Rambut hitam lurusnya yang panjang sepinggang , mata hitamnya yang besar , kulitnya yang putih bahkan hampir pucat seperti vampire, dagunya yang runcing, air wajahnya yang tegas, berat badan ideal dan tinggi tubuhnya diatas rata-rata.

Aku yakin banyak anak laki laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihatnya (sebenarnya jika aku adalah laki-laki, aku pasti akan jatuh cinta pada Aria) , tetapi dengan sikap Aria yang seperti ini , sebagian anak laki-laki memilih menyerah untuk mendapatkannya.

Tentu saja asumsiku ini berdasar dengan fakta yang tersaji jelas di depan mataku. Bagaimana tidak, banyak siswa yang dengan sengaja melambatkan langkah kaki mereka saat berjalan melewati kelasku (Kelasku berada di pojok kiri, di samping kanannya adalah lorong menuju kantin dan toilet) dengan lirikan mata mereka yang mengarah kepada Aria.

Siswa di kelas lain saja seperti itu, bagaimana dengan fans Aria di kelasku? Ya, tidak jauh berbeda sih. Tatapan memuja mereka berikan setiap ada kesempatan untuk melirik ke Aria. Bahkan ada yang sering memberikan hadiah pada Aria di kolong bangkunya.

Tentu saja, bukan Maria Vanyasari namanya jika mengembalikan hadiah tersebut. Aria sengaja tersenyum saat mengembalikan hadiah-hadiah tersebut agar hati para pemujanya luluh untuk menuruti keinginan Aria.

Jika ada hadiah yang tidak ia ketahui berasal dari siapa, ia akan mengumpulkan hadiah itu bersama hadiah 'tanpa nama' lainnya setelah dicek isinya, untuk disumbangkan ke panti asuhan. Aku mengetahui hal ini secara tidak sengaja saat melihat unggahan sebuah panti asuhan yang mencantumkan foto mereka, ada Aria di sana dengan caption yang mengucapkan terima kasih, namun bukan atas nama Aria.

Bukti itu kado dari fans Aria? Karena di unggahan panti asuhan tersebut juga ada foto seorang gadis kecil sedang memeluk boneka kelinci yang sama persis seperti kado yang dibuka Aria di sekolah dua minggu yang lalu. Dan juga foto seorang anak remaja memegang kotak pensil dengan rupa yang sama dengan hadiah yang diterima Aria.

Gadis baik, menambah pahala orang lain secara tidak langsung.

Tapi, sepertinya tak semua pria yang menyukainya adalah orang baik.
Saat pulang sekolah tiga hari yang lalu, dari kejauhan aku melihat Aria diseret paksa oleh dua orang siswa dari kelas lain menuju ke gudang. Aku segera menyusul mereka dan menyiapkan fisikku untuk menghajar para bajingan itu.

Aku tak ingin hal yang terjadi pada sahabatku dulu terulang lagi pada calon sahabatku ini.

Tapi, saat aku membuka pintu gudang, mereka yang sudah pingsan diikat oleh Aria dengan tali pramuka. Walaupun aku sempat tersasar saat mencari gudang yang benar, bukankah ini terlalu cepat ? Aria juga sudah menghilang.

Akhirnya aku hanya memanggil satpam dan guru BK untuk menjelaskan semua secara detail. Keesokan harinya, Aria berterima kasih kepadaku karena berada di pihaknya.

"Terima kasih banyak, jujur aku sudah menyiapkan diri jika mereka membawa orang tua mereka yang notabene adalah pejabat dan pengusaha besar itu. Tapi karena kamu, sekolah melindungiku."
Pertama kalinya, aku mendengar kalimat sepanjang dan setulus itu darinya, dibubuhi senyumannya yang anggun.

Aku menjadi sangat tertarik kepadanya, tentu saja bukan secara seksual. Aku tertarik bagaimana kehidupan sehari-harinya , keluarganya , prestasinya , masih banyak lagi. Aku berharap , aku bisa menemukan semua jawaban atas pertanyaanku itu dan menjadi sahabatnya , meskipun kemungkinannya sangat kecil , terbilang karena aku adalah murid baru di sekolah ini.

Ah, Maria si gadis misterius.

Eli pernah bilang , Aria sering memenangkan lomba , entah itu lomba melukis tingkat kota, OSN Kimia atau Matematika, lomba poster, apapun yang disukai oleh gadis pucat itu. Sangat berbakat.

Sudah misterius, berbakat pula. Benar-benar seperti buku diary, terkunci rapat karena menampung banyak hal berharga di dalamnya.

Jujur, aku pernah sekali melihatnya membuat sketsa di kertas gambar A5, ia sangat cepat menyelesaikan itu semua. Apakah ia seorang genius? Sepertinya iya.

Sketsa kasar yang ia buat tempo hari itu sepertinya adalah topeng opera yang digunting. Seketika perasaan aneh membuncah di dalam diriku, kengerian menjalar menggelitikki tangan dan kakiku.

Karena gambarnya itu, insting ku berubah menjadi seperti ini :

"Lindungi Aria, sesuatu yang besar sepertinya akan terjadi. "
Apakah aku dan dia sebenarnya terhubung benang merah satu sama lain?

Topeng yang 'Sempurna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang