Thank You

417 29 5
                                    

Catatan :
xx-September-20xx

Semua masih teringat jelas. Bagaimana kita tertawa. Bagaimana kita menangis. Bagaimana kita menceritakan setiap kisah hidup kita. Walaupun awalnya itu semua terlalu cepat bagiku. Terlalu mendadak.

Aku masih ingat, Jisoo-ya. Bagaimana kita berkenalan lewat sosial media pertama kali dan pikiranku yang tak hentinya menganggapmu sebagai orang asing. Kau orang baru yang masuk dalam hidupku. Walau saat itu aku sudah mencintai yang lain. Kau yang dengan cepatnya mengatakan "aku mencintaimu" dan dengan cepatnya kujawab karena aku kesal dengan dia yang kucintai. Kau yang saat itu terlihat sangat senang dan aku yang terlihat biasa saja dengan keadaan ini. Kontras. Kau tak tau betapa sulitnya aku mencintai seseorang setelah mereka mengkhianati kepercayaanku.

Jisoo-ya, aku masih ingat setiap tawamu. Setiap suaramu. Dan setiap pujianmu. Ya, kau selalu memujiku. Kau selalu memuji wajahku, otakku, tubuhku. Suatu yang tak pernah terlewat setiap malamnya. Sama seperti dering telpon yang selalu terdengar tiap malam. Hanya untukku. Kau bahkan pernah menelponku lewat tengah malam di hari kerjaku dan kuanggap gila. Perbedaan waktu selalu menjadi rintangan diantara kita.

Dulu, kita selalu menyempatkan diri untuk selalu bersama, ya kan? Itu indah. Walaupun kau tau kalau aku bukanlah orang yang romantis. Tapi kau selalu suka ketika aku bersikap manja kepadamu. Kau selalu senang saat aku bermanja-manja saat kita bertelpon. Satu-satunya penghubung diantara jarak yang memisahkan kita.

Aku masih pernah mencintai seseorang saat bersamamu. Ya, dia masa laluku. Tapi kami masih sering berhubungan. Sahabat? Tentu. Aku selalu menganggapnya sahabat walaupun semua orang akan mengatakan sebaliknya. Kau tau, itu kesalahanku yang pertama. Yang membuatku mulai mengabaikanmu. Mulai berbohong akan keadaanku. Saat itu kau mulai curiga. Kau selalu bertanya "apa ada seseorang yang kau sukai?" Dan aku selalu menjawab tidak. Berulang kali kau menanyakan hal yang sama sesering kau menanyakan perasaanku padamu. Apakah aku mencintai saat itu? Ya.

Berapa waktu pun berlalu. Kesibukan kita membunuh kita. Kau yang hanya dapat dihubungi setiap malam saja dan aku yang hanya dapat meluangkan sedikit waktuku. Kesalahanku yang kedua. Membiarkan diriku termakan oleh berbagai tugas dan deadline yang tak henti-hentinya. Mengabaikan sekelilingku hingga tubuhku terasa hancur. Beberapa kali aku tak dapat bangkit dan harus benar-benar istirahat. Dan kau tak pernah lupa mengingatkanku untuk selalu menjaga kesehatanku. Setiap hari.

Aku yang gila kerja, tak pernah dapat berhenti. Aku selalu menyibukkan diriku dengan berbagai kegiatan. Intensitas kita pun berkurang. Hingga akhirnya aku menjauhkan diriku darimu. Tak membalas setiap pesanmu. Membiarkan diriku sekali lagi termakan oleh berbagai kesibukan. Hanya orang terdekatku yang dapat menghubungiku, mengetahui keberadaan dan keadaanku. Keadaanku yang benar-benar hancur hingga kini. Mayat hidup? Itulah sebutanku.

Aku tau, suatu saat semua ini akan berakhir. Keluargaku yang terang-terangan menolakmu. Tapi aku tetap bertahan untukmu. Aku sudah menyiapkan diriku untuk menangis dan bersedih. Seiring dengan intensitas kita yang semakin berkurang. Aku masih mengingat janjiku untuk bertemu denganmu. Aku mengatakan padamu untuk bersabar sedikit karena aku masih menyusun kegiatanku. Mencari setiap celah waktu agar bisa bersamamu. Aku pun akhirnya memilih mengorbankan waktuku untuk sahabatku hanya untukmu. Tak terasa sudah setahun kita selalu bersama dan berbagi semuanya. Hingga kabar buruk itu datang.

Kabar itu datang saat aku dan rekanku di kumpulkan dalam sebuah ruangan. Dan disitulah kami menangis sejadinya termasuk aku. Dua tahun tanpa libur. Membuat otakku membeku dan mencoba mencernanya. Hingga air mataku mengalir begitu saja. Artinya kita tak akan bertemu kan? Aku ingin semuanya seketika berakhir. Tak ada harapan lagi mempertahankan hubungan kita walaupun aku tau kau selalu mencoba.

Kesibukanku membunuhku perlahan. Berulang kali aku selalu menangis tanpa sebab. Berulang kali aku melamunkan sesuatu yang akan segera kulupakan. Hidupku berantakan. Semua senyumku adalah palsu. Aku lelah. Aku selalu berusaha untuk istirahat. Tapi tak bisa. Tubuhku hancur. Aku bukanlah aku yang dulu kau kenal, Jisoo-ya. Aku hanya mayat hidup yang perlahan melupakan semua cerita kita. Yang tak pernah lagi mengatakan aku mencintaimu. Aku lelah. Aku butuh istirahat.

Kesempatan itu pun muncul. Ketika akhirnya aku dapat beristirahat. Ketika aku dapat bertemu denganmu. Aku yang kegirangan mengabarimu. Aku yang baru sadar betapa sepinya dirimu tanpaku. Membuatku semakin bersalah. Niatku untuk bertemu denganmu dan memulai semuanya dari awal. Semua. Satu setengah tahun dan akhirnya aku berfikir aku dapat memperbaiki semua kesalahanku.

Hingga hari itu tiba. Kau menghubungiku untuk pertama kalinya. Dan aku tau semua ini akan berakhir. Sebuah pesan membuatku terdiam. Dugaanku benar. Aku tak tau membalas apa dan aku akhirnya mengatakan keadaanku. Tapi semua terlambat ketika kau akhirnya menelponku. Ketika kau mengatakan semua perasaanmu selama ini. Aku sadar, kau sama hancurnya dengan diriku. Kau bahkan berkata untuk terus mendukungku. Perkataan yang aku tau, mungkin adalah kebohongan. Entah kenapa air mataku tak dapat mengalir tapi dadaku terasa sesak. Sangat sesak. Aku membenci keadaan ini. Walaupun ada sedikit perasaan lega.

Menyesal? Kurasa tidak. Aku akan lebih menyesal ketika aku harus menyiksamu dalam rantai berkedok hubungan. Ketika semuanya mulai luntur tapi dengan tetap keras kepala mempertahankan sesuatu yang tak pasti. Aku lega dapat melepasmu walaupun tentu masih ada rasa sesak di dadaku. Aku lega hubungan kita berakhir. Aku lega kita tak akan tersakiti lagi, satu sama lain.

Jisoo-ya, kau lelaki yang baik. Walaupun aku tau, betapa kekanakannya dirimu dulu dan betapa dewasanya kau kini. Aku harap kau menemukan seseorang yang lebih baik dariku. Seseorang yang dapat mencintaimu sepenuh hati dan dapat meluangkan waktunya hanya untukmu, memberikan perhatian sepenuhnya untukmu. Aku berterima kasih karena Tuhan telah mempertemukan kita. Menyadarkanku bahwa masih ada orang sebaik dirimu. Jisoo-ya, kuharap kau bisa bahagia dengan seseorang yang benar-benar mencintaimu.

Thank you for loving me dearly.

***

Don't ask the background story of this :)

Thank YouWhere stories live. Discover now