Red Wine

442 22 1
                                    

"Adegan ciuman lagi, eh?"

Tawa hampa terdengar memenuhi ruangan. Leader Sexy Zone-Nakajima Kento-tampak terduduk di pantry dengan sebuah gelas wine yang tinggal terisi setengah di genggamannya. Manik cokelatnya menatap nanar pada cairan di tangannya, dan sekejap kemudian dengan sekali teguk, isi gelas itupun tandas. Perlahan, tangannya kembali menuangkan red wine dari botol yang sedari tadi tergolek manis di sampingnya hingga gelas itu penuh.

"Sialan! Apa dia pikir ini tidak terlalu berlebihan?! Bodoh, siapa juga yang tahan melihat kekasihnya berciuman dengan orang lain!" Kento meracau tak jelas. "Meski berkedok profesionalitas sekalipun! Ah, persetan!"

Entah berapa lama Kento terus seperti itu. Meracau tak jelas, menggerutu panjang-pendek, sesekali diiringi kata-kata umpatan, dan dengan ditemani sebotol red wine. Tak ada yang menghentikannya, karena Fuma-sang kekasih-sedang sibuk dengan proyek drama barunya yang akan tayang akhir tahun nanti. Sementara Shori, Sou, dan Marius sedang menikmati waktu luang mereka dengan berjalan-jalan dan menonton film bertiga. Benar-benar saat yang tepat bagi Kento untuk melampiaskan kekesalannya karena tuntutan pekerjaan Fuma disamping sebagai anggota Sexy Zone-aktor-yang berimbas pada kissing scene dengan lawan mainnya yang terlampau sering.

Kento kembali menuang cairan beralkohol itu ke dalam gelasnya yang sudah kosong, kemudian meminumnya lagi hanya dengan beberapa tegukan. Terus seperti itu, hingga ia mabuk berat. Sementara itu, racauan dan umpatan masih saja terdengar. Beruntung saat itu ia sedang berada di dorm. Jika ia sampai tertangkap media sedang mabuk berat seperti itu, entah bagaimanalah nanti reaksi para awak media dan fans-terlebih lagi reaksi sang Tuan Besar, Kitagawa Johnny yang berkali-kali menekankan pada para artis dibawah naungannya agar menghindari skandal sejauh mungkin.

Isi botol itu tinggal setengahnya, dan wajah Kento sudah memerah. Tapi tetap saja ia nekad mengalirkan wine itu ke dalam tubuhnya, abai sama sekali dengan rasa pusing yang mendera. Matanya telah gelap, akalnya pun tak lagi bekerja semestinya, dan tubuhnya sudah diluar kontrol. Ah, jika Fuma melihatnya seperti ini pasti ia akan marah besar.

Fuma memang tak pernah suka jika Kento minum terlalu banyak. Bukan berarti ia melarang pacarnya untuk minum, hanya saja Fuma khawatir Kento akan melakukan hal yang tidak-tidak saat ia dalam keadaan mabuk. Sifat Kento yang suka berpikiran pendek sungguh membuat Fuma mencemaskannya. Jika dalam keadaan sadar saja Kento sering nekad melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri, apalagi nanti jika ia mabuk?!

Kikuchi Fuma. Nama itu tiba-tiba saja berkelebat di benak Kento. Membuat pemuda itu mengukir sebuah senyum pedih di bibir tipisnya. "Kupikir, aku sudah terlalu sabar menghadapi kau dan pekerjaanmu, Tuan Kikuchi!" ucapnya. Lalu ia tertawa hambar. Menertawakan entah apa.

Hei, lihatlah! Tampaknya apa yang dikhawatirkan Fuma benar adanya! Entah darimana dia mendapatkannya, kini sebuah silet telah berada di genggamannya. Sepasang netra cokelat milik Kento menatap nanar benda itu, diiringi seulas senyum pahit. "Tahukah kau, Tuan Kikuchi? Sepertinya rasa sakit akibat tersayat benda ini sama sekali tak sebanding dengan rasa sakit yang kurasa ketika melihat bibirmu bersentuhan dengan milik orang lain!" ujarnya dengan suara serak.

"Walaupun aku belum tahu pasti, tapi aku yakin pasti seperti itu!" lanjut Kento seraya menyentuhkan silet itu pada kulit di pergelangan tangannya. Matanya memejam, menikmati rasa dingin dari logam itu yang tertangkap syaraf indera peraba miliknya. "Aku ingin lihat, mungkinkah jika benda ini menggores lenganku dan beberapa tetes darah akan keluar, maka rasa sakit di hatiku bisa teralihkan?"

Tepat sebelum Kento menekan mata silet itu, Fuma datang-setengah berlari dan merampas benda kecil tapi berbahaya itu dari tangan kekasihnya. Ditatapnya Kento dengan gusar seraya menjauhkan silet itu dari Kento. Matanya menyelidik kedua tangan Kento yang berada di genggamannya, mencari barangkali ada luka yang terdapat disana. Nafas lega dihembuskan, Fuma datang tepat waktu. Kento tak sempat melukai dirinya sendiri.

Red WineWhere stories live. Discover now