[1] - Welcome to the Hell, Ruby!

554 34 1
                                    

Dua tahun kemudian...

Ruby mengucek kedua matanya beberapa kali. Matanya mengerjap-ngerjap lucu begitu melihat lemari pakaiannya yang sudah kosong melompong. Menyisakan beberapa kaos kucel yang kekecilan yang sudah lama tak ia pakai. Padahal baru beberapa menit lalu ia melakukan ritual membersihkan dirinya di kamar mandi. Tetapi saat ia selesai dan membuka pintu lemari, bukan pakaiannya yang ia temukan. Melainkan pemandangan mengejutkan yang membuatnya terdiam sejenak untuk berpikir.

'BRAK!'

"MAMAAAA!!!" Teriak Ruby setelah menutup kasar pintu lemarinya dan berlari secepat kilat ke luar kamar menemui mamanya yang berada di lantai bawah. Tepat di ruangan makan.

"Maaaaa!!!" Ruby terus merengek manja dengan suara lantang ketika menuruni satu persatu anak tangga. Ify yang sedang menata piringnya di atas meja makan, langsung menoleh ke arah Ruby yang tengah berlari mendekatinya dengan mengenakan jubah mandi dan gulungan handuk diatas kepalanya.

"Astaga Ruby!" Ify memekik terkejut melihat penampilan puterinya. "Kamu kenapa gak ganti baju dulu sih, kalo mau ke ruang makan? Kamu itu anak perawan lho. Gak pantes, sayang." Ceramahnya.

Ruby mengerucutkan bibirnya sambil menghentakkan kakinya di lantai. "Baju Ruby semuanya gak ada di lemari ma! Kayaknya ada maling yang nyuri semua baju Ruby deh. Masa malingnya cuma nyisain baju Ruby yang kekecilan!" curhatnya mengadu sambil bersungut.

Sedetik kemudian, meledaklah tawa Ify katika mendengar celotehan puterinya. Ia merasa lucu dengan cerita konyol puterinya sendiri. Sementara itu, Ruby semakin kesal dibuatnya karena merasa tak dihiraukan. "Kok mama malah ketawain Ruby sih?!"

"Hahahaha maaf sayang," Ify mengganti tawanya menjadi kekehan kecil. Ia menarik lengan puterinya dan mengusapnya lembut. "Mama lupa ada yang harus mama ceritain ke kamu."

Ruby mengernyitkan dahinya bingung. "Cerita? Cerita apa ma?"

Ify tersenyum penuh arti. "Sebenarnya mama yang ngambil semua baju kamu buat di masukkin ke dalam koper. Karena kamu akan pindah ke rumahnya teman baik mama." Terangnya membuat Ruby terperangah.

"HAH?!"

"Nah, teman baiknya mama itu punya anak cowok yang dalam jangka waktu sebulan ini akan menjadi tunangan kamu,"

"WHAT?!"

"Yang seperti kamu tau, mama sama papa akan pergi ke luar kota selama dua minggu untuk urusan pekerjaan. Jadi mama sama papa gak mau ambil resiko jika kamu nantinya kenapa-kenapa ditinggal di rumah sendirian. Jadi akhirnya memutuskan menitipkan kamu kepada tante Via yang anaknya akan ditunangkan dengan kamu."

"OH GOD!"

Ruby memijit pelipisnya yang terasa pening sambil meletakkan sikunya di atas meja. Ia merasa ucapan mamanya adalah masalah terbesar dalam hidupnya. Satu atap dengan lelaki asing yang akan menjadi tunangannya dalam jangka waktu yang sangat dekat?! Oh bencana!

Setelah puas memijat pelipisnya, ia kembali menatap Ify memelas. "Ayolah ma... mama masa tega sih puteri mama yang cantiknya tiada tara ini ditunangin sama cowok yang bahkan Ruby aja gak kenal." Keluhnya berkilah sambil menggoyang-goyangkan lengan Ify.

"Tapi mama sama papa kenal kok." sahut Rio yang tak lain adalah papa Ruby, tiba-tiba muncul di tengah pembicaraan mereka dan duduk di kursi makan dengan kemejanya yang rapi. Ruby memutar bola matanya malas. "Tapi 'kan tetap aja Ruby gak kenal. Lagi pula ini kan udah bukan jamannya Siti Nurbaya lagi ma, pa." Protesnya tak mau kalah.

"Suatu saat nanti, seiring berjalannya waktu kamu pasti akan mengenalnya, Ruby." Imbuh Rio seraya mengoleskan roti panggangnya dengan selai nanas dan melahapnya sedikit demi sedikit.

JET BLACK HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang