Cerita ini sangat spesial buatku pribadi. Aku menemukan sebuah cerpen yang aku tulis masih dengan pulpen (waktu itu belum punya komputer) di sebuah kertas sobekan dari buku akutansi. Aku menulisnya saat aku masih SMP, sekitar tahun 1999. Aku benar-benar tidak menyangka akan menemukan cerita ini lagi, bahkan saat aku membacanya aku benar-benar lupa cerita ini pernah ku buat. Dan satu hal yang paling spesial adalah ini cerita Thriller pertama yang pernah ku buat. Kalau terlihat berbeda dengan gaya penulisanku selama ini, tolong dimaklumi. Sebab ini adalah ceritaku waktu kelas 2 SMP.
Salam, Zoolander Zarius Zack
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tak perlu lagi ku sebutkan namaku.
Aku hanya dikenal sebagai Nol Dua Delapan.
Saat ini aku berada di sebuah bar di tengah kota.
"Silahkan masuk!" pinta seseorang yang berperawakan tinggi besar, ia mengenakan pakaian serba hitam.
Aku menganggukan kepala lalu mengikutinya masuk makin dalam ke sebuah ruangan rahasia yang ada di bar itu. Entah bagaimana ia membukanya, rak tempat botol-botol minuman keras berjejer itu terbuka menjadi dua.
Dan di sana ada sebuah ruangan lain.
Ada sembilan buah bangku tersusun rapi di hadapan meja besar berwarna kekuningan, ada tujuh orang menempati bangku-bangku tersebut, dan dua bangku terlihat masih belum berpenghuni.
Tidak lama, seorang lagi datang mengisi salah satu bangku kosong itu.
"Silahkan duduk!"
Pandangan mata dingin pria berbaju coklat yang baru datang itu sempat membuat nyaliku ciut, namun aku berusaha menutupinya. Tangan kirinya seakan mempersilahkan aku untuk duduk di sebelahnya.
Aku menurut dan ikut duduk, walau masih ragu.
"Apakah kalian sudah saling mengenal satu dengan yang lain?" kata pria berbaju coklat itu lagi, "Sudahkah?"
Tidak ada yang menjawab.
Namun ia melanjutkan dengan senyum yang dibuat-buat.
"Akan ku perkenalkan satu persatu kepada kalian semua. Mulai dari sebelah kiriku. Nol Dua Delapan, Nol Tujuh Sembilan, Nol Dua Satu, Nol Nol Tiga, Nol Lima Tiga, Nol Nol Lima, Nol Dua Puluh, Nol Sembilan Satu, dan aku sendiri Nol Nol Satu."
Kami semua saling memandang.
Satu pun dari mereka tidak ada yang aku kenal.
Dan kurasa semua yang ada di ruangan ini juga mempunyai pendapat yang sama denganku pastinya.
Aku tidak tahu mengapa aku diundang ke pertemuan ini?
Jujur saja, aku sendiri tidak tahu siapa aku?
Yang ku tahu saat ini Nol Nol Satu pasti pemimpin pertemuan ini.
Sedikit akan kuceritakan tentangku.
Aku terbangun dua hari lalu tanpa aku mengenali siapa diriku sebenarnya? Aku hilang ingatan dan setiap kali aku mencoba mengingatnya, kepalaku terasa sakit sekali. Pria yang selalu ada beberapa hari ini untuk menemaniku adalah Erik. Ia yang meyakinkanku bahwa aku harus datang malam ini, ke tempat ini, ke pertemuan ini.
Selebihnya, aku tidak ingat apapun.
Nol Nol Satu kemudian membagikan kepada kami semua masing-masing sebuah amplop putih. Amplop itu tertutup rapat, tidak bercorak, berwarna putih dan bertuliskan nama kami masing-masing. Jadi amplop yang ku terima bertuliskan NOL DUA DELAPAN.