Abisatya Bermuda dan prinsipnya

3.7K 337 17
                                    

vote dulu gaes!



" Aku bukan wanita yang sama seperti wanita diluar sana, Mas Satya. Aku punya tujuan untuk apa aku hidup dan akan bagaimana esok hari, dan aku tidak seperti kamu yang masih bermain- main dalam semua hal..." – Abela

Aku tidak pernah berfikir bahwa aka nada saat – saat seperti ini. Dan aku tidak pernah meminta aka nada pria yang seperti Galang yang tidak pernah aku bayangkan keberadaannya namun terlihat jelas saat ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa pria seperti Galang akan memilih wanita sepertiku.

Galang bukanlah pria yang biasa saja. Dia punya segala hal, dan dia punya keluarga yang sempurna. Aku merasa bukan hal mudah jika memang aku bersamanya. Dan bukannya aku menjadikan pria baik itu sebagai pelarian dari Satya yang tidak pernah punya kejelasan akan bagaimana.

Lagipula aku tidak yakin jika bersama Satya. Aku lebih tepatnya takut akan masa lalu yang membayangiku nanti. Bohong bila aku melihat Satya tapi tidak melihat sedikit sisi Abiangga di diri pria itu. Bukan karena rasa cintaku lebih besar pada Abiangga namun memang Abiangga punya tempat sendiri dalam hatiku dan Satya belum bisa menggeser tempat itu dan memenuhi seluruh ruang dalam hatiku dengan dirinya. Lebih tepatnya aku mencari seorang pria yang bisa menggeser tempat itu dan aku mencari seorang seperti Abiangga yang tidak hanya datang ketika dia mau dan pergi ketika dia tidak ingin. Sebenarnya itulah perbedaan Satya dan Abiangga, jika bersama Abiangga kami sama – sama memberi seluruh yang kami punya. Jika bersama Satya aku seperti memberi setengah dari apa yang aku punya.

Dan Galang. Jujur saja dia sangat berbeda dengan Satya ataupun Abiangga. Galang tipe yang diam. Dan buktinya aku tidak pernah tahu pria itu berniat seperti itu.Galang memang selalu ada di saat aku butuh namun aku merasa dulu dia melakukannya karena kami rekan kerja dan berteman. Tidak ada hal lain selain itu. Aku takut jika menjalani bersamanya semuanya tidak akan baik – baik saja. Hubungannya dengan Satya tidak akan baik jika pria itu bersamaku. Aku tidak ingin memutus tali silaturahmi orang lain.

" Bel? Dengerin gue ngomong ngga sih?" kata Satya yang sontak membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh sebentar padanya kemudian menggeleng. " Maaf ya Mas Satya..." kataku menyesal.

Aku melihat Satya melirik ku sebentar lalu mobilnya tak lama berhenti tepat di depan rumahku. Dan kami sama – sama terdiam dan Satya hanya menatap lurus kedepan. Hanya alunan music di radio yang ada diantara kami.

" Lagi kenapa sih, Bel?" tanya Satya padaku tapi pria itu masih menatap lurus kedepan tanpa melihatku sama sekali.

Aku menarik nafas kemudian dan ikut menatap kedepan. Aku seakan menerawang ke depan dan bertanya – tanya apa yang terjadi setelah ini. " Aku mau tanya boleh?"

Satya menoleh sebentar lalu mengangguk kemudian menatap lurus lagi kedepan. Seperti biasanya Satya mendengar orang lain bicara.

" Kalau aku minta kita biasa aja layaknya yang lain di kantor gimana?" tanya pelan sedikit hati – hati karena bisa jadi pria disampingku ini marah.

Satya mengerutkan keningnya dan kali ini menoleh padaku dengan rahang yang mengeras. Aku sudah mengira pria ini akan marah " Kenapa lagi? Kenapa sih, Bel? Ada salah apa gue sama lo? Gue luangin waktu tiap hari, gue usahain ada terus, gue hubungin lo terus. Letak salah gue dimana?" tanya Satya sedikit berteriak hingga membuatku terkejut pasalnya baru kali ini aku melihat pria ini marah.

Aku menutup mataku menghela nafas mencoba menghilangkan rasa takut karena Satya sedang marah saat ini lalu membukanya lagi dan menatap kedepan kembali. Aku terlalu takut menatap Satya saat ini. " Kamu datang, dan nanti ada saatnya kamu pergi bukan? Karena kamu sendiri yang bilang kalau kamu ngga berniat untuk serius kedepannya. Untuk apa aku terus berdiri disamping kamu kalau akhirnya nanti kamu akan berlari tanpa melihat aku yang berdiri lama di samping kamu?" ucapan ku terhenti sejenak karena nafasku memburu menahan rasa marah yang tidak boleh aku keluarkan. " Apa gunanya semua usaha kamu kalau ngga ada tujuan kedepannya? Kita bukan di usia main – main, kita bukan anak kuliah lagi yang bisa pacaran lalu putus. Aku lelah main – main, aku lelah harus di singgahi lalu ditinggalkan..."

Satya terdiam entah kenapa aku tidak tahu. Raut wajah pria disampingku ini tidak lagi seperti tadi. Dia hanya memandang kosong kedepan. Dan tangannya masih di setir mobilnya.

Kami lama terdiam. Aku enggan bersuara lagi karena lelah. Aku terlalu lelah menghadapi Satya yang jauh lebih keras dibandingkan Abiangga dulu. Entah sampai kapan aku akan membanding – bandingkan mereka seperti ini walaupun aku tahu mereka berbeda.

" Gue belum mau ngelangkah sejauh itu, Bel. Itu terlalu jauh, kita jaman sekarang ngga diwajibkan nikah muda. Abiangga aja yang nikahnya kecepetan, kalo gue emang belum ada niat. Kenapa sih mesti buru – buru? Dua – atau tiga tahun lagi kan bisa, kenapa sih ngga mau nunggu?" tanya Satya dengan lirih padaku.

Aku tidak menyangka responnya akan semudah itu. Dan dia masih membahas tidak akan menikah dalam waktu dekat. Dan dia tetap pada pendiriannya.

" Aku sudah lelah menunggu, dan kamu tahu bagaimana dulu aku menunggu untuk Abiangga kan? Kalau aku menunggu dua tahun, tiga tahun bahkan sampai sepuluh tahun akankah kamu menjamin bahwa kamu akan tetap disampingku? Semakin lama bersama tanpa ikatan, semakin tidak berguna hijabku ini..." kataku penuh penekanan dan suaraku semakin serak karena menahan tangis.

Aku bisa melihat dari sudut mataku rahang pria itu mengeras lagi kemudian dia memutar kuncinya untuk menyalakan mobilnya.

" Keluar, Bel. Gue capek ngomong sama lo, terserah mau lo gimana. Sekalipun dalam waktu deket lo nikah sama orang lain, gue ngga peduli. Sekarang gue paham kenapa Abiangga ninggalin lo kalo lo kaya gini..." kata Satya pelan dan menusuk.

Aku menatap Satya tidak percaya. Entah apa yang ada dipikirannya hingga bisa mengeluarkan kata – kata sekasar itu padaku. Dan sekarang mataku seakan terbuka dan melihat bagaimana Satya sebenarnya.

Ya dia benar. Dia bukanlah Abiangga Bermuda. Karena Abiangga Bermuda tidak pernah bicara sekasar itu sekalipun dengan laki – laki.

" Terima kasih untuk semuanya...Assalammualaikum..."

Aku keluar dari mobil Satya tanpa menoleh lagi. Dan kali ini air mataku benar – benar menetes. Aku tidak bisa lagi berkata – kata. Dan di pikiranku masih berputar kalimat yang Satya bicarakan padaku.

Apakah aku seburuk itu dimatanya dan dimata Abiangga? Entah. Yang aku tahu pasti Abiangga tidak akan pernah bicara seperti itu dan seumur – umur aku mengenalnya pria itu tidak pernah bicara seperti itu.

*********

Galang : Assalammualaikum, Bel. Gimana? Udah ngomong sama Satya?

Aku mendesah pelan. Usai sholat tadi perasaanku sedikit lega namun sekarang gusar kembali karena Galang tiba – tiba mengirim pesan hanya untuk menanyakan itu padaku.

Abela : Waalaikumsalam, Lang. Responnya ngga baik. Tapi kayaknya udah selesai,Lang. Liat besok ya 

Harusnya dari awal aku tidak berurusan lagi dengan orang lain yang bernama belakang Bermuda. Karena akan begini akhirnya. Walaupun ini akhir yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan Abiangga dulu.

Galang : Sabar ya. See u tomorrow. Assalammualaikum

Entah bagaimana besok aku bisa bertemu dengan Satya di kantor. Aku tidak yakin pria itu akan berbaikan denganku setelah ini. Setidaknya aku sudah lega menyampaikan apa yang sebenarnya mengganjal diantara kami beberapa hari ini dengan jelas.

Aku menatap bingkai foto lama saat aku belum berhijab. Disampingku ada Abiangga. Pria dengan senyum hangat dan tutur bicara yang sangat sopan. Aku bukan mengenangnya karena masih mencintainya. Aku mengenangnya karena aku bertanya – tanya apakah masih ada sosok pria seperti dia lagi di muka bumi ini. Jika ada aku selalu meminta pada Allah SWT untuk di sisakan satu saja untukku.

**************

Halo! udah aku update tuh! jangan lupa vote ya! by the way jangan liat videonya cuma cukup dengerin lagunya! TQ 

Hijrah, Pernikahan dan Sebuah KepulanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang