32 - Tears

90 17 1
                                    

Ia adalah Sei—tanpa nama belakang.

Suara itu menggema di dalam kepalanya. Monoton, robotik, membahana ke seluruh sudut ingatannya yang mulai dipenuhi dengan memori trivial seperti warna sepatunya sendiri.

Suara itu datang dari pengeras suara yang tidak dapat ia temukan di mana letaknya, "Karena Kuroki Nanami terbukti melanggar aturan, deadline dibukanya Wonderland kami perpendek menjadi 1446 hari lagi. Kami akan segera membuat undian untuk para pemeran. Tolong kurung Alice kalian di dalam laboratorium dan pergi ke ruangan di ujung lorong utama."

Sei tidak suka cara suara itu menyebutkan kata kurung.

Hasegawa Aoi mengibaskan tangannya, mematikan seluruh—sepuluh? Sei menghitung dengan jemarinya—monitor hologram yang tengah ia kerjakan hampir tanpa usaha. Absennya Nanami selama tiga hari membuat pemuda berambut pirang itu mau tak mau mengerjakan tugasnya sebagai asisten, walaupun dengan sumpah serapah dan tatapan gelap.

Aoi mengambil sebuah kunci manual dari atas meja, suara gemerincingnya menarik perhatian Sei. Pemuda beriris kelabu itu menarik Sei dan meletakkan kedua tangannya di pipi Sei, dengan lembut memaksa gadis itu untuk menatap matanya. "Dengarkan aku. Project Alice kali ini akan berbeda. Mereka mengincarmu, dan Kuroki-san sedang menjalani hukuman. Aku sudah memberitahumu ini, tetapi aku akan memberitahumu lagi."

Mata Aoi berkilat, dan ekspresinya berubah nanar.

Ada yang pecah di dalam diri Sei ketika memandangnya.

"Maukah kau mempercayaiku?"

Tanpa sadar, gadis itu mengangguk.

Ekspresi Aoi berubah cerah, tetapi tak lama. Pemuda itu menghela napas, pada salah satu matanya, sesuatu berkilau, dan sebuah hologram berukuran kecil muncul tepat di depan mata kirinya. Aoi mendorong kepala Sei agar dahi mereka bersentuhan, tatapannya tidak lepas dari mata Sei, seolah sang pemuda berusaha untuk mencari pembenaran.

Sei dapat melihat monitor hologram di depan mata Aoi tengah menampilkan sebuah layar loading. Persentase angkanya bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. Aoi hampir terlihat seperti men-download sesuatu, tetapi Sei tidak tahu apa.

Terdengar suara 'bip!' kecil, dan Aoi menutup kedua matanya.

"Kau harus bertahan," suaranya bergetar. Dan lagi-lagi, sesuatu di dalam diri Sei berserakan.

Ketika Aoi membuka matanya lagi, iris kelabu itu terlihat jauh lebih gelap dari yang biasanya, "Ketika kau dilempar ke Wonderland sebagai Alice, bila kau mendengar suaraku nanti, suatu saat, di suatu tempat, cari aku; aku adalah pemeran dengan berlian biru."

Sei pernah mendengar janji ini. Dua kali.

"Kumohon, tetaplah hidup," Aoi berkata dengan penuh emosi yang membuncah keluar. Isi hatinya menetes, menetes, menetes. Seolah bila saja Sei tidak menjanjikan ini kepadanya—bila Sei mati nantinya, ia akan mengamuk dan melempar semua orang ke perang dan kegilaan.

Atau mungkin memang itu yang akan seorang Hasegawa Aoi lakukan.

Sei belum pernah mendengar janji yang ini.

"Aku akan melakukan apa yang kubisa. Project yang lalu, Chesire Cat adalah Hashiri Noga, tetapi aku tidak mempercayainya—mungkin aku bisa memanipulasi undiannya," suara Aoi turun beberapa oktaf, menjadi sebuah bisikan tidak jelas yang masih dapat Sei tangkap.

Aoi mundur beberapa langkah, lalu tersenyum.

Dan gadis itu mendadak merasa bahwa Aoi tidak tersenyum kepada sosok masa lalunya, melainkan dirinya yang menatap dari sepasang mata yang sama. Seolah pemuda berambut pirang itu tahu bahwa Alice kini tengah tenggelam ke dalam masa lalunya.

Project AliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang