AALove2~14

13.2K 1.8K 51
                                    

Sisi bersandar dijendela kaca dimana terlihat pemandangan kota dibawahnya. Lalu lalang kendaraan terlihat seperti mainan karna kelihatan kecil.

"Sayang Sisiii...."

Sebuah himpitan dari tubuh dingin membuatnya merinding. Siapa lagi kalau bukan Digo pelakunya. Meski mengagetkan tapi kesadaran Sisi tetap ada karna dia hanya berdua di apartemen itu. Apartemen yang dipinjamkan Om Rinto dan isterinya untuk ditempati supaya mereka bisa berduaan, sementara rumah Digo yang juga rumah Flo sekarang sedang ditempati Flo dan Jabar yang akan segera menikah dengan Nesha lalu tinggal dirumah yang dikontraknya sendiri.

"My ncit Digooo."

Digo mempererat pelukannya dari belakang dan berkali-kali menciumi puncak kepala Sisi dan pelipisnya. Sisi mendongakkan wajah hingga kepala bagian belakangnya menempel didada Digo. Digo menundukkan wajah dan mencium hidung Sisi.
Sisi tersenyum kecil mengingat saat masih tinggal dirumah Digo. Karna mereka tiap hari selalu mesra, sebentar-sebentar bibir bertemu bibir, bibir bertemu dahi, tangan bertemu merangkum tubuh dan cara Digo yang memanjakan Sisi dengan menggendongnya, tertawa bersama tanpa menyadari ada orang lain disekitar mereka membuat Jabar dan Flo sering menyeletuk demo.

"Ampun dah gue tinggal sama-sama pengantin baru, disuguhi live shoot setiap hari, bikin gue nggak sabar nikah aja..." gerutu Jabar diiringi tertawa Digo.

"Lo masih mending bentaran lagi nikah, lah gue? Tanda-tandanya aja belum ada..." balas Flo membuat Sisi ikut menahan senyum.

"Kesian deh lo," ucap Digo membuat Flo hampir melemparkan sendok ditangannya.

"Eitt...jangan suka emosian Kak, tar nggak laku!" Digo mengangkat tangannya melihat sendok yang hampir melayang dari tangan Flo.

"Enak aja lo, laku dong gue, cuman belum ada yang sreg ajaah," sahut Flo tak mau kalah.

"Jangan terlalu pilih-pilih Kak, ntar pilihannya jatuh sama yang sumbing," cela Digo membuat mata Flo melebar.

"Sembarangan lo ya doain gue nggak enak, durhaka bener jadi adik!" gerutu Flo.
Sementara Sisi melotot pada Digo. Merasa tak enak dengan ucapan suaminya walaupun pada kakaknya sendiri. Sisi takut Flo tersinggung. Tapi sebenarnya tidak sama sekali. Flo sudah biasa dengan ketengilan Digo meski selama bertahun-tahun ini berpisah karna Flo kuliah di London.
Flo melempar Digo dengan serbet dan Digo meleletkan lidahnya karna sempat menghindar dan serbet melayang melewati samping tubuh Digo.

"Mikirin apa?" Suara Digo menghentikan lamunan Sisi dan menoleh pada Digo yang masih tengah memeluknya dari belakang.
Wangi maskulin khas sabun mandi dari tubuh Digo tercium hidung Sisi. Segar.

"Nggak, mikirin waktu masih tinggal dirumah kamu dan Flo," sahut Sisi merasakan sentuhan pipi Digo ke pipinya. Dingin.

"Sekarang udah enak ya sepi nggak ada orang-orang ribet dan riweh," kata Digo diakhiri kekehan Sisi yang mengangkat tangan dan menyentuh pipi suaminya itu dengan telapak tangan.

"Ribet dan riweh tapi rame juga ada mereka," ujar Sisi sambil membalikkan badan menghadap Digo.

"Jadi kerasa ya mesra nggak dikomentarin, agak sepi juga," kata Digo mengingat saat dirumahnya bersama Flo dan Jabar banyak komentar dan celetukan keluar dari mulut jahil mereka kalau melihat adegan romantis Digo dan Sisi.

"Bikin gue glosoran aja kalian," ucap Jabar saat mereka masih tinggal satu atap berempat sambil tertawa ngakak karna Digo akan mengulang ciumannya dibibir Sisi kalau sudah di ledeknya.

"Kurang asem Digo, mentang-mentang udah sah, sembarangan mesum nggak peduli ada orang lain,"sungut Flo sambil melarikan diri ke kamarnya meskipun dia sedang asik nonton acara tv favoritnya daripada harus nonton pengantin baru yang serasa memanas-manasi.

"Kerasa banget, biasanya di cie-ciein kalau aku dimanjain kamu, diceletukin waktu kita gendong-gendongan, nggak bisa lihat kita ciuman mereka suka unjuk rasa," Sisi tertawa meakhiri ucapannya. Sisi geli sendiri mengingat Flo dan Jabar akan berdemo melihat dunia seperti milik dia dan Digo.

"Iya sih, sebenarnya mereka meramaikan hidup kita tapi sayang kita pinginnya berduaan ya, mbem!"

"Iyaaa, pingin beduaan, kasian aja mereka kalau nontonin kita mesra mulu, baper kepingin cepat kawin," Sisi tertawa diiringi tawa Digo.

"Nggak pake baju, ncit, ihh!" Sisi mencubit perut Digo yang sebenarnya tidak buncit kalau sedang berdiri. Kalau saat duduk perutnya terlipat makanya dicubit kerasa kenyalnya.
Digo meraih tangan Sisi yang mencubit perutnya merasa geli.

"Bentaran pake bajunya, pingin peluk kamu dulu," ucap Digo sambil menarik tubuh Sisi kepelukannya. Sebentar kemudian melepasnya lagi.

"Eh, sehari lagi, besok aku aktif kerja, ninggalin kamu disini, nggak papa-kan sendirian?" Digo menyentuh dan menggeser anak rambut dipelipis Sisi dan menekan jarinya dipipi istrinya yang licin.

"Mhhh pasti kangen, aku kesepian dong, kenapa kemarin aku ambil jadwal kuliah sama kamu juga sabtu minggu, harusnya aku senin sampai jumat kuliah..." Sisi menekan-nekan dada Digo dengan jari telunjuknya.

"Nggak usah kuliah sendirian, kuliah sama-sama aku aja, nanti kenapa-kenapa," tukas Digo.

"Kenapa-kenapa gimana?" tanya Sisi heran.

"Ya enggak, nanti aku kepikiran kalau kamu sendirian ke kampus," ujar Digo lagi dengan wajah mengkhawatirkan. Mungkin dia tak ingin Sisi ke kampus tanpanya.

"Aku nggak apa-apa kok sendirian," Sisi menyusupkan tangannya ke pinggang Digo disela tangan yang menggantung disamping tubuh pria itu lalu Sisi menyatukan tangannya dibelakang pinggang Digo menyenderkan kepalanya ke dada suaminya yang polos.

"Tapi aku mau barengan sama kamu ke kampus," Digo mengangkat tangannya membalas pelukan Sisi.

"Trus aku ngapain dong senin sampai jumat dirumah dari pagi sampai sore?" tanya Sisi dengan wajah mendongak menatap Digo.
Digo nampak berpikir dan reflex menundukkan wajah mencium dahi Sisi.

"Mhhh, bagaimana kalau memasak?" Digo tersenyum."Nanti jam makan siang aku pulang atau kamu yang nganterin makan siang aku ke kantor bila aku nggak sempat pulang," lanjut Digo melebarkan senyumnya karna merasa punya ide yang cemerlang.

"Mhhh, oke deh, aku akan belajar memasak untuk suami tersayang," Sisi menyambut ide Digo senang,"tapi kalau nggak enak jangan enek ya..." lanjut Sisi lagi mengingatkan.

"Pasti enak, seenakkkkk..." Digo menggantung kalimatnya.

"Seenak apa?"

"Seenak inii..."

Digo mengangkat tubuh Sisi membawanya ke tempat tidur menghempaskannya pelan, menindihnya hingga tubuh mungil Sisi terhimpit.
Sisi bergidik geli ketika Digo mengecup lehernya yang terangkat karna tertawa saat di gendong dan dihempaskan Digo ke ranjang mereka yang hangat dan empuk. Seminggu menikah seminggu juga mereka memadu cinta. Memadu hasrat menuju puncak asmara.
Sisi tak menyangka ternyata jauh lebih indah dan nikmat tanpa dipaksa. Digo tak mengira ternyata inilah yang disebut surga dunia. Menggeliat diantara lenguhan. Meneriakan erangan yang tak bisa ditahan. Mengucapkan kata cinta ketika berada diketinggian maximal.

"Digoooo......."

"Sisiiii......."

*********************************
Banjarmasin, 08 September 2016

Selamat pagi...!
Digo-Sisi as Always. Selamat tgl6ygke28x walaupun lewat dua hari.
Short Part.
Cuma pengobat rindu.
Thank You, Guys ...

All About Love 2 (Setia & Jaga Hati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang