19. Sambungan

3.5K 263 32
                                    

• Aku Jatuh Cinta, Roulette🎶

###

ENJOY!

ADENA diam, termangu duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan meja bundar. Acaranya memang sudah selesai, tapi Raffa tadi menyuruhnya untuk tunggu sedikit, karena tentu dia akan mengantar Adena pulang.

Adena melarikan matanya ke depan, melirik punggung Raffa yang berjarak beberapa langkah darinya. Saat itu, Raffa disuruh untuk berkumpul sejenak dengan keluarganya, Adena tidak tahu tepatnya mereka ingin membicarakan apa. Tapi, satu hal yang membuat Adena sempat berpikir keras ialah, di meja yang sama, ada Kirana. Gadis itu duduk tepat di samping Raffa, sambil sesekali pundak gadis itu berguncang karena tertawa.

Adena sama sekali tidak tahu apa sebenarnya ikatan keluarga yang terjalin antara Raffa dan Kirana. Karena setau Adena, Kirana bukanlah bagian dari keluarga Raffa.

"Nana, mukanya jangan kusut gitu," itu suara Gista, menyeletuk asal karena dari tadi dia terus memperhatikan ekspresi Adena.

Ucapan Gista saat itu kontan saja menarik perhatian Dean. Karena tepat saat itu, Dean langsung menoleh ke arah Adena. "Are you okay?"

Adena menoleh, melemparkan dirinya ke dunia nyata, dimana dia sekarang sedang berada di meja yang sama dengan Dean. Gadis itu membuka mulut, lalu mengatupkannya lagi. Seakan tak bisa bersuara, Adena hanya bisa menggeleng.

Dean sempat tak percaya dengan isyarat Adena yang seolah-olah mengatakan kalau ia tidak apa-apa. Dean tahu. Bahkan, apa yang dipikirkan Adena saat itu, Dean dapat menebaknya dengan benar.

"Jadi, kita tentuin aja tanggal tunangannya kapan," suara itu, berasal dari meja depan, dimana Raffa juga ada disana. Suara Winda yang cukup keras itu, langsung membuat lamunan Adena buyar seketika.

Mata gadis itu membesar. Pertunangan? Kata-kata sukar itu sekarang terus terngiang di otaknya. Adena tidak tahu siapa maksud Winda yang akan melangsungkan pertunangan, tapi jujur saja, firasat Adena mulai tidak baik.

"Kirana, sih, terserah Raffanya aja kapan. Iya, nggak, Raf?"

Kalimat yang keluar dari mulut Kirana langsung saja membuat dada Adena serasa seperti sementara di tusuk dengan jarum. Dengan mata kepala sendiri, Adena menyaksikan, tangan Kirana yang langsung ia larikan pada pundak Raffa, mengelus pundak itu lalu tersenyum.

Adena mengembuskan napasnya kasar. Seharusnya, dari awal dia sudah harus tahu tentang skenario ini. Bahkan, dia sempat berpikiran kalau Raffa sengaja mengajaknya kesini, untuk mempertontonkan semua ini di depannya.

Bukan Adena saja yang terkejut mendengar pembicaraan mereka tadi. Bahkan, pupil Dean juga sempat melebar serta dahinya yang berkerut dalam-dalam saat mendengar hal itu. Dari sudut mata, Dean dapat menangkap sinyal-sinyal 'kecewa' yang mulai keluar dari diri Adena.

Saat melihat pergerakan kecil yang mulai dibuat Adena, Dean lantas langsung menahan tangan gadis itu seraya berkata, "Lo mau kemana?"

Adena menelan ludahnya, menepis tangan Dean seraya menyempatkan diri untuk menarik sudut bibir sedikit ke atas. "Gue pulang."

Tanpa bisa ditahan, Adena langsung saja mengambil langkah lebar meninggalkan ballroom yang masih bisa disebut 'ramai' itu.

Dean lantas berdecak, bangkit dari duduknya lalu memanggil nama gadis itu, tanpa peduli kalau suaranya itu dapat sampai di telinga Raffa. Dia tidak peduli lagi. Baginya, mengejar gadis itu adalah hal yang perlu ia lakukan sekarang.

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang