She

112 14 3
                                    

Seorang gadis dihadapannya sedang berceloteh sembari tertawa. Dia tersenyum melihatnya.

Dia memang tak salah telah menaruh hati kepada Keyna. Tetapi pandangan orang kepadanya salah. Maka dari itu, setiap orang yang menganggu, akan dimusnahkan tanpa sepengetahuan Keyna.

"Ayo pulang, sebentar lagi hujan" kata Keyna sambil menyeruput habis milkshakenya.

"Baiklah. Ayo pulang, Keyna." Katanya

Ya, dia memang kesal karena waktu berjalan dengan cepat jika sedang bersama dengan Keyna. Tetapi, dia senang. Karena, rencana yang disusunnya, akan segera dilakukan. Rencana terhadap pengganggu. Serangga pengganggu yang sangat mengganggu

Dan disinilah dia, ketika berpisah dengan Keyna, dia menuju ke rumah ini. Rumah milik seorang brengsek yang berani beraninya mendekati Keyna. Dia berjalan memasuki rumah ini. Bagaimana dia bisa masuk? Tentu saja dengan kunci yang dicuri dari satpam sekitar sini.

Dengan alat bius dan pisau di kantong bajunya, dia berjalan ke sebuah pintu. Pintu dengan sticker nama "DEVAN"

dia membuka pintu kamar itu dengan hati-hati. Tetapi tidak cukup hati2 karena, Devan terbangun ketika mendengar suara decitan.

"Siapa kau? Apa yang--"

Dia langsung menancapkan obat bius ditangan Devan.

Devan terbangun dengan tangan terikat. Dan begitu menyadari siapa dihadapannya, Devan menatapnya terkejut.

"Jangan menatapku begitu. Kau membuatku semakin ingin menghabisimu," kata dia tenang.

"Kenapa ini? Aku tidak memiliki masalah apapun terhadapmu. Lepaskan aku," kata Devan berusaha tenang.

"Kenapa? Kenapa?! Kau berani bertanya kenapa? Kau merebut Keyna-ku! Dia milikku. Dan sekarang kau akan membuatnya meninggalkanku!"

"Apa? Apa maksudmu? Milikmu? Maksudmu, kau menyukainya?!! Tetapi bukannya kau seorang--arghh!! Hentikan. Kau menyakitiku!" Teriak Devan ketika dia menancapkan pisau ke tangan devan dan mulai menguliti devan. Dengan permainan pisaunya yang handal, dia mengakhiri penderitaan Devan.

Malam itu, teriakan Devan menggema dirumahnya. Tetapi percuma. Karena, Devan tinggal sendiri dan rumahnya berdiri sendiri. Dia tersenyum puas. Karena rumah Devan, merupakan kawasan yang sepi.

○○○

"Hey, maaf telat. Apa kau sudah menunggu lama?" Tanyanya tersenyum

"Tidak. Aku baru saja sampai" kata Keyna.

Keyna memulai percakapan dengan kejadian kejadian menarik yang terjadi dari pagi hari hingga sekarang. Lalu tiba-tiba Keyna teringat sesuatu.

"Hey, Anna. Kau sangat manis. Kenapa kau tidak mau berpacaran? Aku ingin sekali berpacaran. Tapi aku kesal, karena setiap lelaki yang mendekatiku selalu saja menghilang. Atau kita ikut kencan buta saja! Both of us! Bagaimana menurutmu?"

Dia, Anna, tersenyum manis menatap Keyna yang antusias. Bagaimana dia mau berpacaran jika gadis didepannya tidak mau? Bahkan dia belum mengungkapkan perasaannya.

Ya, pergi saja kencan buta dan aku akan membunuh pasanganmu

Anna menoleh senyum yang lebih manis.

Sangat manis hingga membuat remaja lelaki yang kebetulan lewat menabrak dinding.

"Tidak, aku tidak mau. Lagipula, aku sudah memiliki seseorang yang kusukai." Jawab Anna.

"Hah! Kau curang! Siapa dia? Apakah dia tampan? Kenapa kau tidak memberitahuku? Dasar kau. Apa ini yang disebut sahabat?" Sungut Keyna sambil meminum milkshakenya penuh emosi.

"Hng. Akan kukenalkan nanti. Jadi, apa yang terjadi tadi siang? Apakah ada yang mengajakmu berkenalan lagi?" Kata Anna sambil tersenyum. Mengalihkan topik

"Ah iya! Ada. Dan mereka sangat ------"

Lalu percakapan antara mereka didominasi oleh Keyna. Anna tersenyum lagi. Sangat manis. Bahagia karena Keyna hanya memiliki dirinya dan bergantung padanya. Ah, senangnya.

SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang