"Aku mencintaimu... namun kau hanya diam membisu. Apa yang ada di pikiranmu saat itu..."
"Eh anjir! Si Sean bisa nyanyi plus nyiptain lagu juga coy!" Teriak Galang heboh seraya mengangkat ponsel milik Sean sambil menekan tombol volume up pada sisi kiri ponsel ber-cashing hitam dengan gambar doodle monster.inc. Kontan saja hal itu membuat seisi ruangan yang mendominasi anak semester 5 prodi Management, heboh dalam sekejap. Terlebih para gadis yang nampak histeris dengan suara rekaman Sean yang ternyata sangat merdu.
"... Mengapa cinta tak harus mengerti, apa yang ada di dalam hatiku. Mengapa semuanya harus terjadi, kesalahan yang pernah ku lakukan... s'lama ini."
Sean yang sejak tadi duduk terlelap dengan sebelah lengan menutup matanya, sontak tersentak menegakkan tubuhnya saat mendengar suara rekamannya sendiri bergema di ruangan kelasnya. Suara itu bersahutan dengan teriakan heboh teman-temannya. Mata Sean langsung menangkap ponselnya yang kini sudah berada di genggaman tangan Galang. Bagaimana bisa itu terjadi? Apa Galang mencuri ponselnya saat ia tertidur?
Secepat kilat, Sean bangkit dari duduknya sambil menggeram lekas menghadang Galang dengan tatapan nyalangnya.
"Eh calon vokalis ini mah. Gila--" ucapan Yudi terpotong saat Sean menyingkirkan bahunya kasar hingga ia terhempas ke belakang. Satu alasan Sean melakukan hal itu; Yudi telah menghalangi jalannya. Suasana seketika mendengar suara tubuh Yudi menghentak keras ke kursi akibat ulah Sean. Kini hanya suara ponsel Sean lah yang mendominasi ruangan.
'Seetttt!'
Galang hampir saja terjerembab jatuh ke lantai jika saja kakinya tak mengimbangi tubuhnya saat Sean berhasil merebut kembali ponselnya. Tubuhnya menegang melihat tatapan mengerikan Sean yang di layangkan padanya.
"Jangan. lo. sentuh. folder. lagu. ini. lagi. Karna. gue. gak. akan. segan-segan. buat. perhitungan. sama. lo!!" Ancam Sean dengan nada penuh penekanan di setiap katanya sambil menunjuk mengintimidasi Galang dengan rahang yang mengeras. Seluruh isi kelas, hanya dapat meneguk ludahnya dalam-dalam mendengar ucapan Sean yang begitu menakutkan. Tak terkecuali dengan Galang, Yudi, Angga, dan Codi yang sudah membeku di tempat. Pasalnya, selama ini mereka tak pernah melihat Sean semarah ini kecuali jika itu benar-benar tindakan temannya sudah keterlaluan.
Tak lama kemudian, Sean melenggang pergi meninggalkan ruangan kelas sambil membanting pintu itu dengan kasar.
'BRAAKKK!!!!!'
Seluruh orang yang melihatnya hanya menahan nafasnya sambil berjengit seperti orang jantungan. Suasana yang tadinya mencekam, kini berakhir saling pandang satu sama lainnya. Hingga akhirnya pandangan mereka jatuh pada Galang yang merupakan penyebab pemicu kemarahan Sean.
"Gara-gara lo lang, Sean jadi ngambek 'kan. Tanggung jawab lo!" Desak Yudi memprovokasi anak-anak memicu keributan untuk menyudutkannya.
"Tau lo lang!"
"Kejar lang!"
"Cepetan tanggung jawab bego!"
"Mom push kau nak! Welcome to hell, boy." Cela Codi memperkeruh keadaan. Galang jatuh terduduk menyesali tindakannya yang sudah keterlaluan. Ia tak menyangka respon Sean sebegitu marah padanya. Fakta ternyata lebih mengerikan dibandingkan ekspetasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JET BLACK HEART
Teen Fiction[Sequel dari cerita "30 DAYS FOR LOVE"] Seumur hidupnya, Ruby tidak pernah membayangkan akan tinggal di satu atap bersama dengan Sean, si lelaki dingin dan angkuh yang sangat asing baginya. Namun di sisi lain, Ruby merasa aneh dengan perasaannya yan...