Selektif Dalam Memilih Acara Televisi

165 0 0
                                    


        Apa sih itu televisi? Hanya sebuah benda berbentuk kotak yang menampilan gambar dan suara? Bukan itu saja pernyataan yang dapat menggambarkan sebuah televisi. Televisi, atau biasa disingkat TV adalah sebuah media telekomunikasi yang menampilkan gambar dan suara yang berfungsi untuk menghibur dan sebagai media edukasi masyarakat.

     Sebuah acara TV dapat tersiar karena adanya frekuensi di udara. Udara terdapat di sekeliling kita. Jadi, yang memiliki frekuensi adalah masyarakat. Seharusnya, tayangan-tayangan televisi yang disiarkan bermanfaat bagi masyarakat, karena masayarakatlah yang memiliki frekuensi itu sendiri. Masyarakat dapat dengan bebas memilih acara televisi yang bermanfaat. Sekarang, sudah terdapat banyak stasiun televisi swasta. Stasiun-stasiun televisi terseut saling bersaing untuk menarik perhatian penonton. Kuatnya persaingan stasiun televisi swasta membuat masing-masing stasiun televisi berlomba menayangkan program acara yang dianggap menjual dengan mengabaikan segi kualitasnya.

     Bukan hanya itu, orang-orangnya menempatkan acara-acara tersebut pada jam-jam prime time sehingga dengan demikian mereka dapat memastikan bahwa acara tersebut banyak ditonton. Kebiasaan menonton masyarakat biasanya kebanyakan pada jam-jam prime time tersebut kemudian akan meningkatkan rating stasiun televisi. Inilah bukti bahwa masyarakat dijadikan sebagai lahan untuk mendapat peluang bisnis. Yang sangat disayangkan, justru pada jam-jam prime time itulah tayangan yang disuguhkan tak lebih dari sekedar tayangan menghibur yang sama sekali tak bisa dikatakan mendidik. Sinetron-sinetron dan bahkan program acara komedi memuat unsur-unsur kekerasan di dalamnya. Unsur yang seharusnya dihindari karena tidak ada jaminan bahwa masyarakat kemudian tak akan mencontohi tindakan kekerasan tersebut.

      Sinetron dapat berdampak buruk bagi pelajar. Banyak dari pelajar yang meniru gaya berpakaian para artis di sinetron kesayangan mereka, bahkan sampai seragam pun ada yang mereka rubah, seperti memendekkan rok nya, menggunakan asesoris yang berlebihan bahkan sampai tas sekolah pun terlihat seperti tas- tas yang sedang tren di kalangan artis remaja. Hal ini tidak dapat dibiarkan bagi kalangan pelajar. Selain dilihat tidak pantas karena tidak sesuai pada umurnya, hal ini juga dapat merusak moral dan tujuan mereka bersekolah, yaitu menuntut ilmu untuk meraih masa depan.

       Tetapi sayangnya, sinetron yang sudah cukup kita ketahui dampaknya ini tetap saja tayang dengan bebasnya merusak budaya, nilai pendidikan dan moral bangsa. Hal itu sebenarnya membawa keuntungan bagi para pembuat sinetron. Padahal, banyak orang yang justru malah dirugikan. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa masyarakat kita telah mengalami pembodohan yang besar melalui sinetron. Dimana hal ini sangat menguntungkan bagi pihak-pihak tertentu tetapi mengorbankan perkembangan anak remaja saat ini.

      Tayangan media sebenarnya banyak yang bermanfaat, baik dalam penyebaran ilmu pengetahuan, kebudayaan, keagamaan, nasionalisme dan hal-hal lain yang positif. Namun sayangnya hingga saat ini masih banyak keluhan dari penonton televisi, terutama orang dewasa yang sudah memahami dampak negatif konten media. Sudah banyak acara dengan rating tinggi dikeluhkan oleh para orang tua maupun praktisi dan pakar. Ketika kepentingan bisnis terlalu dominan pada sebuah media yang diperlihatkan dengan rating, maka tanggung jawab sosialnya kepada publik dirasa kurang. Untuk itu, media perlu menyadari bahwa tayangan negatif berdampak kepada perkembangan generasi muda.

       Suatu stasiun TV diberi izin siar untuk menghibur masyarakat, dan juga sebagai sarana edukasi atau pembelajaran. Namun pada kenyataannya, stasiun televisi swasta malah menyiarkan suatu siaran demi kepentingannya dan demi mencari keuntungan semata. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih selektif dalam menonton tayangan televisi. Karena, walaupun tayangan televisi sudah diawasi oleh Komisi Penyiaran Indonesia dengan memegang teguh Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), namun masyarakat juga diharapkan mampu ikut serta mengontrol siaran-siaran di Televisi, dengan cara memberikan aduan-aduan kepada KPI yang dilengkapi detail nama program siaran, jam siar, serta pada bagian apa yang dianggap kurang berkenan. Dengan cara demikian maka masyarakat ikut serta dalam mengawasi siaran yang mereka tonton dan tidak hanya bersandar pada kinerja Komisi Penyiaran Indonesia saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selektif Dalam Memilih Acara TelevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang