Seolah Mati

15 1 0
                                    

Bukan perihal listrik yang mati atau televisi yang dimusnahkan secara masal.

Bukan.

Ini mengenai dunia pertelevisian Indonesia yang kian dewasa kian memprihatinkan.

54 tahun yang lalu, dengan tujuannya sebagai alat komunikasi pemenyatu bangsa, TVRI dibuat. Bukan hanya itu, alasan lain pemerintah membuat setasiun televisi ini adalah untuk memberi hiburan kepada seluruh rakyat Indonesia bahkan sebagai media kampanye pemerintah saat pemilu.

Kini nampaknya segalanya telah berubah.

Telivisi tidak lagi menjadi ajang institusi politis pemersatu bangsa, namun menjelma menjadi institusi bisnis yang laris manis.

Meskipun bewarna hitam putih dan berada di dalam wadah tabung, namun jelas, tayangan yang disajikan kelas bintang lima. Dahulu, banyak tayangan mengenai kesaktian ideologi Pancasila, tayangan hiburan yang edukatif seperti "Unyil", hingga tayangan anak anak yang relevan dengan usianya.

Kini?

Menonton televise bisa menjadi sebuah ancaman, karena dapat membuat orang ketagihan. Hal itu akan berdampak baik jika tayangan yang disajikan mempunyai kualitas mumpuni, namun bagaimana jika tayangan itu merupakan tayangan yang membodohkan?

Pasalnya hal yang lebih dipentingkan saat ini adalah profit orang orang tertentu saja. Rating menjadi hal yang sangat penting. Jika banyak orang yang menonton tayangan tersebut, maka pengiklan semakin banyak dan persusahaan kian untung. Tidak peduli apa yang mereka tayangkan. Tidak peduli apakah itu mencerdaskan atau justru membodohkan bangsa.

Bahkan, bukan hanya itu.

Pertelevisian kini menjadi pasar impor yang sangat menggiurkan. Banyak tayangan yang bukan berasal dari Indonesia. Mereka justru didatangkan khusus untuk memenuhi permintaan di pasar ini

Panggilan "Saudara" untuk para penikmatnya pun digantikan oleh "Pemirsa". Sesederhana itu namun hal itu sangat berpengaruh.

Lalu, harus berbuat apa?

Ada kematian dan ada pula kehidupan. Semua hal tentu mempunyai sisi yang baik dan buruk. Begitupun pertelevisian di Indonesia yang sedang membutuhkan penawar untuk sakitnya. Semakin canggihnya televise masa kini seharusnya diikuti dengan semakin baik tayangan tayangan yang berada di dalamnya, bukan?

Kehidupan yang dicari cari itu pun nampaknya tidak mustahil jika semua bisa pintar memilih dan memilah tayangan untuk dikonsumsinya. Pasalnya jika kita tahu yang benar, kelak kita bisa "menghidupkan"nya lagi, kan?

Dalam mempertingati Hari Pertelevisian Indonesia yang jatuh pada tanggal 24 Agustus kemarin, Yuk kita berbenah! Siapa tahu yang sakit dan sekarat bisa segera pulih, dan dengan segera menjalankan misinya yang mulia, yaitu mempersatukan bangsa.

-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seolah MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang