Perkuliahan kali ini benar – benar membuatku tak dapat berkonsentrasi. Perasaan kesal, marah, dan senang berkecamuk menjadi satu dalam diriku. Di depan sana berdiri seorang laki – laki tampan yang tengah memberikan kami kuliah mengenai Manajemen Umum. Sudah sangat jelas, dia adalah dosen baru, yang baru saja kami bicarakan kurang dari tiga puluh menit yang lalu.
Cukup kemeja biru kotak di balut dengan setelan celana hitam, semua mata wanita memandangi tubuh atletis dosen baru itu. Tak terkecuali dua orang gadis yang duduk di samping kananku, sedangkan JSehun yang duduk di samping kiriku terlihat sangat mengacuhkan kelas.
"Benar-benar tampan kan eonni?"bisik Ji Eun tepat di samping kananku. Sepertinya ia sudah mulai mengeluarkan air dari mulutnya.
"Nde, Neoumu Kyeopta!" Timpal Dara, diikuti anggukan kepala dari Jie Eun. Aku hanya mendengus kesal melihat tingkah mereka berdua. Dara Eonni dan Jie Eun sudah seperti gadis yang kehilangan ke-waras-an mereka hanya karena dosen lelaki itu.
"Baik, terima kasih untuk hari ini. Kuliah cukup sampai di sini, sampai berjumpa minggu depan!" Sapa dosen tampan mengakhiri perkuliahan. Aish, aku ingin segera pergi dari tempat menyesakkan ini.
___****____
10 menit lamanya aku menunggu di halte bis terdekat dengan kampus. Ji Eun dan Dara pergi terlbih dahulu, katanya ada urusan penting. Tadi Sehun sebenarnya menawarkan padaku tumpangan, namun rasanya tak mungkin lagi aku menerima tumpangan dari sosok lelaki yang sudah sangat jelas menunjukan perasaan lebihnya padaku.
Kupandangi jam yang ada di tangan kananku. Huh, menyebalkan, sampai kapan aku harus menunggu bus. Seharusnya sejak lima menit tadi aku sudah bisa pulang, tapi karena terlalu kesal akibat kejadian di kampus, sampai – sampai aku tak sadar bahwa tadi sudah ada bus. Kini aku harus menunggu lagi,
Kurasakan ada tepukan dari samping kiriku. Aku menoleh asal, namun kembali pada pandanganku sebelumnya. Sepertinya ada yang aneh, yang menepuk pundakku, sepertinya aku kenal. Kuputuskan untuk menengok kembali. Benar saja, sosok ini adalah sosok yang membuatku sebal tadi, sosok yang senang sekali menebarkan pesonanya pada tiap gadis di kampus.
"Butuh tumpangan?" Tanyanya
"Ani" Jawabku singkat, lalu berbalik untuk tak menatapnya.
"Waeyo? Sepertinya dari tadi kau di sini sendirian," Ujarnya kembali.
"Bukan urusanmu." Kukerucutkan bibirku kesal.
"Padahal aku ingin mengajakmu makan ice cream." Ucapnya kembali.
Ice cream, ini adalah minuman kesukaanku. Sepertinya akan sia – sia bila kau menolak ajakannya, tapi hari ini dia sangat menyebalkan. Namun, bayangan ice cream itu lebih menggoda imanku. Bagaimana aku harus bersikap kini?
"Sepertinya bus yang aku tunggu masih lama, baiklah daripada aku menunggu di sini seperti ini, kajja! Kita pergi!" Celotehku dan bergegas menuju mobilnya. Mungkin dia kini akan geleng – geleng kepala melihat tingkahku. Sebenarnya aku juga agak sedikit bingung dengan sikapnya. Terkadang dia akan dingin seperti es, namun kadang ia akan tiba- tiba perhatian. Ucapannya memang tajam, namun menusuk hatiku. Harus kuakui, aku nyaman bersamanya. Dia adalah sosok lelaki yang selalu membuatku penasaran.
___***___
"Sebenarnya, aku juga tak tahu kalau aku mengajar di tempatmu." Suara khas pemilik senyuman dingin ini, kembali bergetar. Kuhentikan sejenak acara makan ice cream-ku. Menatapnya sejenak dengan pandangan kesal dan acuh.
"Lalu?" Tanyaku acuh, mataku berputar, dengan sudut bibir atas kiriku yang kusunggingkan.
"Jadi kuharap kita bisa menjaga sikap kita disana, bersikap biasa saja." Jawabnya dingin. Aissh, laki – laki satu ini sangat menyebalkan, aku pikir dia akan mengatakan sesuatu yang penting atau mungkin minta maaf padaku, hingga ia merayuku dengan ice cream, nyatanya dia hanya ingin mengatakan kata – kata dingin. Dia pikir, siapa yang mau mengganggunya. Justru dia yang selalu mengangguku.
"Tak perlu mengatakan ini, aku sudah tau." Ucapku, kembali pada ice cream yang masih penuh di gelasku. Kusendok lagi ice cream dengan rasa vanilla coklat ini penuh semangat. Hanya 7 menit, aku bisa melahapnya habis. Lalu aku kembali memesan satu gelas besar ice cream paling mahal. Biar dia bangkrut. Sekilas, kulihat ia menggelengkan kepalanya melihat tingkahku. Biar saja, toh aku tak peduli.
Perutku sepertinya sudah telalu dingin untuk menerima asupan ice cream, padahal aku baru menghabiskan tiga seperempat bagiannya. Huhh... apa yang harus kulakukan, kalau tak habis, aku yakin tuan dingin Kim Jongin akan menertawaiku. Tapi kalau sampai kuhabiskan, aku sepertinya akan tidak kuat. Ah aku puny aide cemerlang. Kuambil telpon genggamku. Lalu kupencet salah satu tombol, berpura – pura bahwa ada yang menelponku. Telponku memang kusetel tak beruara, hanya bergetar. Jadi, tak akan ada masalah kalau aku berpura – pura telah di telfon.
"Eonni, Waeyo? .... Ndhe ... ah tugas itu, araseo aku akan segera kembali ke rumah, nanti ku sms-kan pertanyaannya"
"Oppa, baiknya kita pulang sekarang, Dara eonni tadi menelponku untuk melihat pertanyaan tugas dari Lee songsaenim."
"Kau tak ingin menghabiskan ice cream-mu?"
"Tak ada waktu" Ucapku bergegas berdiri dan keluar dari café ice cream ini.
spdcK
Xixixi semoga masih ada yang banyak. Ah, mungkin banyak penulisan EYD yang salah, belum kuedit soalnya. Maklum, cerita 3 tahun lalu yang kurepost dengan edit nama saja, xixxii
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Rose
Romance"Aku mencintaimu Jung Soojung!" Suara berat Sehun menjadi alarm panik bagiku. Namaku Soojung, dan Sehun adalah sepupuku. Disaat kebimbangan Soojung menolak Sehun yang notabenenya adalah sepupunya, datanglah Kim Jongin sebagai calon suaminya. Jung S...