Prologue

215 8 19
                                    

Author's POV

Wanita bertubuh ramping itu terlihat mencekik seorang bocah lelaki dengan tatapan penuh amarah.

"Kenapa kau harus lahir? Kenapa aku tidak menggugurkanmu dari awal?"

Bocah kecil itu terbatuk. "Bu..."

"Jangan panggil aku ibu, kau iblis kecil!" Bentaknya.

Bocah lelaki itu terus meronta sembari menangis. Wanita itu mulai memukulinya.

"Kau tahu? Karena kau pacarku meninggalkanku. Sekarang aku harus terjebak bersamamu?"

Anak itu terus menangis. "Aku minta maaf."

"Kenapa aku tidak membunuhmu dari awal saja?"

"Jangan..."

Wanita itu mengambil sebuah kendi bekas sake dan memukulkannya ke kepala anak itu.

Semua mendadak gelap...dan sunyi.

--------------

Satoshi's POV

Aku terbangun di sebuah ruangan serba putih. Aku memejamkan mataku untuk menahan rasa sakit di kepala dan sekujur tubuhku.

Samar-samar terlihat sekumpulan orang berbaju putih di sekelilingku.

Semuanya lalu kembali gelap. Meninggalkan sebuah tanya di benakku.

Apa yang sebenarnya terjadi padaku?

Kenapa rasa sakit ini muncul lagi?

---------------

Sho's POV

Is this the real life? Is this just fantasy? 

Caught in a landslide, No escape from reality

Aku memasuki ruang praktikku seperti biasa dan membuka pintu dengan tenang.

Alunan lagu "Bohemian Rhapsody" milik Queen yang biasanya akrab menyambutku di seluruh lorong terdengar jauh lebih suram dari biasanya. Entah mengapa.

Mama, just killed a man, Put a gun against his head
Pulled my trigger, now he's dead
 
Mama, life had just begun 
But now I've gone and thrown it all away 

Aku melihat pria di hadapanku dengan tatapan menerawang. Dia balik menatapku.

Tatapan yang penuh kengerian dan kehampaan...

"Kau Ohno-san kan?" Tanyaku. Sekedar basa-basi busuk seorang psikiater pada pasiennya.

Ia mengangguk lemah. Aku serasa melihat seonggok mayat hidup di hadapanku kali ini.

Aku menghela napas. Aku lalu memperhatikan bekas-bekas luka di sekujur tubuhnya.

"Ada apa dengan tanganmu?" Tanyaku.

"Aku tidak tahu." Jawabnya lemah.

Aku menggigit bibirku dan mengamatinya.

Dia terlihat begitu rapuh. Seperti tak tersentuh dan dingin.

"Hei..." Panggilnya.

"Hm?"

"Pernahkah kau merasa ingin mati?"

"Kenapa begitu?"

"Karena tidak dicintai."

Aku mengerutkan dahiku. "Tidak dicintai?"

"Apa kau tahu bagaimana rasanya hidup seperti itu?"

Aku terdiam. Terlihat air mata mulai menetes dari kedua matanya.

"Dingin..."

Aku menatapnya dalam diam. Berusaha untuk mengerti apa yang ada dalam pikirannya.

Dia...jauh lebih rapuh dari yang kubayangkan.

Seorang yang kesepian, hampa, dan...kesakitan...

Dia mulai terisak. "Tolong aku..." Gumamnya.

Aku masih membisu. Ia menatapku dengan tatapan yang begitu tak berdaya.

Apa sebenarnya yang terjadi padamu?

Apa yang membuatmu sebegitu rapuhnya?

Aku ingin tahu...

Aku ingin menyentuh sisi gelapmu itu...

Bolehkah?

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang