Pertemuan

54 2 8
                                    

Author PoV

Sebastian Michaelis seorang hunter yang tak mempercayai cinta. Hidup dalam gelapnya bayang - bayang malam. Selalu berdampingan dengan maut yang kapapun siap menjemputnya.

Ciel Phantomhive seorang remaja laki - laki yang rapuh hatinya. Berusaha bangkit dari keterpurukan waktu. Menepis segala perasaan dalam jiwanya. Mencoba merubah takdir kelamnya.

Mereka dipertemukan dalam keadaan yang sedikit ah bukan tapi benar - benar mengejutkan keduanya.

'Eumhhh' Ciel mulai menggeliat di balik selimut dan mulai merasa aneh saat merasakan sebuah lengan besar memeluk pinggangnya.

'Apa aku bermimpi tidur bersama orang tuaku ?'

Berharap itu benar - benar mimpi Ciel kembali melelapkan tidurnya.

'Tidak, tunggu dulu. Jika aku tidur bersama orang tuaku, aku tak perlu telanjang kan ?' Pemikiran itu muncul saat Ciel merasa kulitnya bersentuhan langsung dengan kain sprei dan selimut tanpa ada pembatas kain lain.

Ia mencoba untuk membuka kedua matanya. Sebuah dada bidang yang putih mulus berada di hadapannya.

'Ternyata benar aku hanya bermimpi, haha.' Ciel kembali menutup matanya.

1 detik berlalu. . .

5 detik berlalu. . .

30 detik berlalu. . .

"Aaaaaarrgghhhh" dan suara teriakan anak kecil pun terdengar.

.
.
.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi diantara kita. Dan siapa kau ? Kenapa kau bisa tidur bersamaku ? Ini dimana ? Apa yang kau lakukan padaku ? Kapan tepatnya kita berada disini ?" pertanyaan Ciel meluncur begitu mereka berdua telah dalam keadaan yang lebih baik atau lebih pantas.

"Hei, satu - satu jika kau bertanya. Kita masih memiliki banyak waktu, kurasa." jawab Sebastian yang di akhir kalimatnya ia ucapkan sangat lirih. "Aku Sebastian Michaelis. Aku tak tahu kenapa aku bisa tidur bersamamu, kurasa aku semalam mabuk. Perkiraanku kita ada di sebuah kamar hotel. Mungkin yang kulakukan hanya tidur memelukmu atau mungkin lebih. Semalam atau kalau tidak sore kemarin kita bertemu." lanjut Sebastian menjawab runtutan pertanyaan Ciel.

Ciel yang mendengar itu semua hanya bisa bengong. Ia tak menyangka akan mendapatkan semua jawaban dari semua pertanyaannya tanpa ia harus mengulang. Meski sebagian jawabannya masih rancu.

Melihat lawan bicaranya hanya diam, Sebastian sedikit khawatir. Ini memang bukan pertama kalinya ia tidur telanjang dengan orang lain.

Namun, ini pertama kalinya ia tidur bersama seorang laki - laki. Apalagi laki - laki ini masih remaja. Ia tak mau disangka sebagai pedofil.

"Aku sudah mengatakan siapa aku. Bukankah sebaiknya kau juga mengatakan siapa dirimu ?" pertanyaan Sebastian membuyarkan lamunan Ciel.

"A-aku Ciel Phantomhive." jawab Ciel sedikit tergagap karena ia baru sadar dari lamunannya.

'Apa yang sebenarnya terjadi ? Apa jangan - jangan dia membohongiku. Apa dia seorang penculik ?' batin Ciel mulai membuatnya menggigil ketakutan.

InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang