Aku mulai mengikuti langkah kaki Tuan Ali yang berjalan menyusuri banyak pintu pintu dirumah megahnya. Hingga sampai luar rumah, pria itu masih saja berjalan lalu berhenti didepan mobil hitam legam tanpa atap itu.
"Naik." Perintah Tuan Ali tanpa membukakan pintu untukku. Hei, itu adalah khayalan yang sangat sangat tidak mungkin dilakukan. Mana mungkin Tuan Ali mau membukakan pintu mobil untukku? Sadar dirilah kau Pril.
Aku pun dengan takut takut membuka pintu mobil itu. Setahuku, mobil mahal kalau lecet saja, biaya memperbaikinya sangat sangat mahal. Daripada nanti gajiku dipotong, lebih baik aku pelan pelan saja.
Dan pada akhirnya, pantatku sukses menempel pada sofa mobil yang empuk. Hei tunggu. Untuk apa Tuan Ali menyuruhku masuk kedalam mobilnya? Kenapa aku baru berpikiran sekarang?
"Tuan mau ngajak saya kemana?" Tanyaku memberanikan diri. Pria itu melirikku dengan ekor matanya. Lalu dia langsung menancapkan gas tanpa menjawan pertanyaanku. Songong sekali anak ini.
Aku pun memilih diam memandang jalanan. Aku sebenarnya tak tahu ada apa dengan tuanku ini. Dia bersikap aneh dari kemarin. Semenjak aku menyusup masuk kedalam kamarnya, pria arogan itu menjadi sosok yang berbeda. Tuan Ali yang dulu kukenal sebagai Mister Amadeus adalah pria yang keras, suka membentak, cuek dan tidak peduli pada siapapun. Aku saja yang jadi pembantu pribadinya seringkali dicuekki, atau bahkan dia tak pernah menganggapku ada. Tapi sekarang, Ali yang kukenal sebagai Tuan ali sangat berbeda jauh. Walau sikap suka membentaknya masih melekat erat pada jiwanya, setidaknya sikapnya ini sedikit berubah. Ia jadi menganggapku ada, malah lebih frontal. Bahkan dia berani menciumku dan mengajakku pergi seperti yang sekarang ia lakukan. Ini adalah kali pertamanya aku satu mobil dengan pria yang ternyata adalah majikanku sendiri. Apakah sekarang aku sedang bermimpi panjang? Kalau iya, kenapa harus Tuan Ali yang menjadi peran utama dalam mimpiku?
Lamunanku tersadar ketika mobil mewah milik Tuan Ali berhenti disebuah gedung parkiran yang sudah dipenuhi banyak mobil. Aku mengedarkan pandanganku kesekeliling. Apa ini mall?
Rasanya aku ingin bertanya. Tapi kalau aku bertanya, pasti aku dibentak lagi. Lebih baik aku diam saja. Aku pun membuka pintu, lalu berdiri didepan mobil. Disusul Tuan Ali yang sudah mengunci mobilnya.
"Ayo." Tiba tiba saja ada yang menggenggam tanganku. Tuh kan, apakah perlakuan ini pantas diberikan untuk pembantu sepertiku? Ini adalah hal yang aneh!
Aku mengikuti langkah Tuan Ali dengan tergesa gesa karena langkahnya cepat sekali. Aku tidak tanggung jawab kalau nanti aku tersandung jatuh lalu kuku-ku tidak sengaja merobek jas mahalnya itu.
Tuan Ali berhenti mendadak hingga kepalaku membentur punggungnya. Astaga, keras sekali punggungnya 😥. Aku meringis pelan sambil mengelus ngelus kepalaku yang pasti sudah membenjol. Bukannya meminta maaf, Tuan Ali malah melirikku dan tidak peduli dengan ringisanku. Dasar majikan kampret!
Tapi ringisanku seketika terhenti setelah melihat sebuah ruangan besar dan luas sudah dipenuhi banyak orang yang memakai baju bagus, seperti baju... yang biasa dipakai kebanyakan orang untuk menghadiri sebuah acara resepsi pernikahan? Hei, untuk apa lelaki ini membawaku kesini?!
"Ehem." Dehaman Tuan Ali membuatku menoleh kearahnya. Dia menatapku serius. Badannya mendekat kearahku. Astaga... mau apa lagi pria ini? Apakah kecantikanku membuatnya betah didekatku? Besok besok aku akan memperjelek wajahku biar pria ini tidak berbuat seenaknya kepadaku.
"Gue mau minta tolong sama lo." Bisiknya tiba tiba. Nafasnya sangat terasa sekali ditelingaku. Aku mengangguk susah payah.
"Mau minta tolong apa Tuan?" Tanyaku ikut berbisik.
"Untuk hari ini, gue mau lo jadi pacar bohongan gue, ngerti?" Mataku langsung membulat mendengar permintaannya. Apa dia bilang? Pacar bohongan?!
"Maksudnya?" Tanyaku pura pura polos. Bukannya menjawab, pria itu malah menarik tanganku dan memaksaku memeluk lengan kekarnya.
Suara iringan musik pernikahan berbunyi. Tuan Ali dan aku berjalan beriringan hingga banyak pasang mata menatap kami sinis. Ehm.. tidak. Menatapku sinis. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan tatapan itu, hanya saja, Tuan Ali memeluk pinggangku erat bahkan hampir seperti... ditekan? jangan berpikiran aneh aneh dulu. Maksudku, dia makin mengeratkan pelukannya sampai aku dan dia tak ada jarak.
Oke. slow down. Aku mulai menarik napas dalam dalam ketika aku dan Tuan ali sudah berhenti dibarisan depan. Belum beberapa detik berhenti, seorang pria dan wanita berhenti didepanku dan Tuan Ali dengan senyum manis mereka.
"Jadi, ini. Pacar lo?" Pipiku langsung memanas mendengar tebakan yang tampaknya teman Tuan Ali itu. Tuan Ali menganggukkan kepalanya sesenti tanpa ekspresi.
"Sederhana ya." Celutuk perempuan disebelah lelaki yang menebakku adalah pacar Tuan Ali tadi. Sederhana? ya, jelaslah, aku kan pembantu. Pembantu yang dilantik oleh majikanku sendiri sebagai fake girlfriend-nya.
"Iya.. sederhana." Gumam tuan Ali seraya mengelus rambutku. Yaampun, ini menggelikan sekali. Kalau sampai mereka tahu kalau aku hanyalah pembantu Tuan Ali, pasti aku maupun Tuan Ali sendiri akan malu semalu malunya!
Aku tersenyum paksa membalas senyuman perempuan yang tadi mengatakan kalau aku sederhana.
"Ehm.. nama lo siapa?" Tanya perempuan itu akhirnya.
"Aku Prilly." Jawabku kalem.
"Gue, Nana. Ehm.. kita ngobrol disana aja yuk?" Ajak perempuan yang bernama Nana itu.
Aku hanya mengangguk menyetujui ajakkannya. Perempuan cantik yang bernama Nana itu mengajakku menjauh dari Tuan Ali dan temannya.
"Ehm, lo sejak kapan pacaran sama Ali?" Tanya Nana memulai. Astaga, pertanyaan itu tidak bermutu sekali.
"Hari ini." Jawabku gagap. Nana menautkan alisnya heran, "Hari ini? Maksudnya?" Tanya Nana masih tak mengerti. Yaampun aku harus jawab apa?
"Maksud.. maksud aku.. hari ini anniversary 1 bulan aku sama Tuan Ali." Jawabku patah-patah.
"Tuan Ali?" Matilah kau Pril! Sejujurnya aku tak pandai berbohong. Tapi mau bagaimana lagi? Aku harus berbohong, kalau tidak, aku pasti dihabisi olehnya.
"Ehm.. maaf. Aku kebiasaan manggil Ali pake Tuan. Soalnya dia boss aku, kak." Jelasku sebelum terjadi kesalah pahaman. Kudengar kekehan kecil dari bibir manis Ka Nana, "Gausah manggil gue pake 'kak'. Gue masih muda kali." Celutuk Nana. Aku hanya tertawa renyah.
Tiba-tiba suasana hening menyelimuti kami. Aku hanya senyam-senyum tak jelas, lalu memilih melihat-lihat hal yang lain. Belum beberapa menit suasana terkutuk itu menyelimuti, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang memeluk pinggangku.
"Udahan kan ngobrolnya, sayang?" Suara lembut dari bibir Tuan Ali itu membuat darahku berdesir hebat.
Oh My God. Adakah yang mau membangunkanku dari mimpi ini?
*****
Lamanya tak update cerita inih :p Kalo lupa sama alurnya, baca ulang gih wkwk :d See you on next chapter 👌
Butuh 30++ vote dan 2 comment9 September 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
My Employer Love
FanfictionKarena dia, aku menderita. Karena dia, aku menangis, tapi karena dia juga aku bahagia. Sikap arrogant dan suka membentak-nya membuatku perlahan mulai mencintai sosoknya. Sosok pria kejam berhati iblis yang realitanya adalah... majikanku. -Prilly Adi...