Arga pov -
"Hey, mau sampai kapan kamu lihatin aku? aku tau kok kalok aku ganteng" kataku percaya diri, membuat bentuk pistol dengan jempol dan telunjuk kananku dengan konyolnya meletakkannya di bawah daguku dan tidak lupa senyum pepsodent.
"Ish... PD amat sih kamu" ucapnya dengan wajah yang memerah, dia malu ya.....
"Pulang yuk...!!" ajakku berdiri menghadapnya, mengulurkan tanganku agar dapat di raihnya.
"Apa sih" Swan menepis tanganku sambil menunduk malu dan dia malah jalan duluan.
"Hey.... jangan tinggalin aku bodoh" hah entah sejak kapan panggilan "bodoh" selalu ku gunakan saat bersama gadis ini.
"Bodoh" kata itu membuatku nyaman dan merasa lebih dekat dengannya. Gadis bodoh yang ku sukai, Arga....Arga... sebenernya yang bodoh itu kamu atau dia sih.
"Swan... Ice Cream" ku tunjuk gerobak Ice Cream di pinggir jalan, ku tatap lekat gambar Ice Cream yang terpampang cantik di gerobak berwarna putih itu. Tulisan WALL'S di cetak besar di gambar Ice Cream itu.
Mataku masih menatap lapar pada gerobak Ice Cream, ku pikir air liur ku akan segera melesat keluar.
"Jangan beli itu, ayo pulang" ucap Swan lalu menarik tanganku untuk terus berjalan mengikuti langkahnya.
"Huaaa Ice Cream"ucapku membatin menatap gerobak yang semakin lama semakin jauh dari jangkauan ku.
"Swan.... Ice Creammm... Ice Creammm..." ah dengan konyolnya aku merengak, mengayunkan tangan kanan Swan yang setia memegang tangan kiri ku.
"Arga... jangan kayak anak kecil deh, nanti aku bikinin di rumahmu" wah apa aku gak salah denger nih. Dalam sekejab mataku melebar plus mengap-mengap ala ikan lohan.
"Bener ya?"tanyaku antusias.
"Bener kok Arga ganteng" oho ini bukan Swan yang jawab tapi ku jawab sendiri dengan gaya paling alay yang di sambut gelak tawa Swan yang terlihat begitu lepas, tawa yang malam itu sempat menghilang, di saat dunia menguji kesabarannya tapi Tuhan itu adil karena dengan datangnya cobaan hidup dia juga mengirim malaikat ganteng buat Swan hahaha aku maksudnya.
"Sekarang juga kita belanja bahannya, okey?" ku kerlingkan sebelah mataku dengan senyum manis yang mampu membuatnya ikut tersenyum melihatku. Dengan setengah berlari ku tautkan jemariku dan jemarinya, saling mengenggam dengan erat dan terus berlari dengan tawa yang kian mengiringi setiap langkah kami.
Kita masih terus tertawa riang, seperti anak kecil yang begitu polos tanpa beban. Andai saja saat itu aku dapat menghentikan waktu maka aku lebih memilih waktuku berhenti di saat itu.
Suara nafas yang menderu semakin lama semakin membuat ku sesak tapi semua setara dengan apa yang ku dapat, sebuah genggaman hangat di jemari lentik seorang Swan Aleya, gadis yang mampu membuat ku ikut terluka saat melihatnya terluka seolah hati kita telah terpaut menjadi satu bagian.
"Hah...ha...hah... Ar..ga..."ucapnya dengan nafas yang tersenggal, gadis ini selalu begitu dengan nafas yang tersendat-sendat masih saja memaksa buat ngomong,bodoh.
"Apa...? atur dulu nafasmu Swan baru kamu ngomong setelahnya"kataku dengan gaya sok menggurui.
"Iya...iya... aku kan udah gak sabar mau ngomong kelamaan kalau nunggu nafas ku membaik hihi" jawabnya dengan cengiran konyolnya.
"Udah yuk masuk" ku tarik "lagi" tangannya, ku seret dia masuk ke dalam sebuah market yang cukup besar di daerah sekitar sekolah kami. Ku ambil troli berukuran sedang lalu mendorongnya dengan santai.
"Kamu pilih deh apa yang kita butuhin buat bikin Ice Cream" kataku.
"Kita mau bikin sekarang?" pertanyaan bodoh, kalau gak bikin sekarang ngapain juga aku bawa dia kesini, iya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Cover Me 🌸 Complite 🌸
RomantizmKisah dari seorang remaja yang untuk pertama kalinya merasakan cinta. Air mata dan tawa menjadi bagian dari kisah kecilnya. Perasaan ingin melindungi menimbulkan cinta dari sisi lain. Tapi cinta pertama bukan hal yang mudah. Keadaan membuat keduanya...