Part 2

35.5K 890 112
                                    

< I love your hand >

By
       Shinji Ginki

Author's POV

Setelah mendengar suara klakson mobil. Riski dan remaja yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu itu berdiri. Dengan kebingungan, Riski dan Remaja itu mencari Payung mereka yang lepas entah kemana.

Mobil itu pun melewati mereka yang sedang mencari-cari payung. Padahal mereka sudah basah kuyup sekarang.

Setelah Mobilnya lewat terlihatlah sebuah Payung yang sudah terbalik di selokan air.

" Ya tuhan!!! itu payung Ibuku! " Kaget Remaja itu lalu segera berlari panik ke arah selokan. Sedangkan Riski hanya memiringkan kepalanya ' Xixixi ternyata dia lucu juga' tawa Riski dalam hati.

Setelah mengambil payung ibunya, remaja itu kembali ke Riski lalu mengantarnya pulang.

Walau mereka sudah basah namun Remaja itu tetap saja menggunakan payung untuk melindungi tubuh mereka berdua.

Ketika sudah sampai di depan Rumah. Riski mengucapkan terima kasih lalu hendak masuk ke dalam.

Hap......

Tangan Riski di tangkap oleh Remaja itu. Riski pun berbalik menatapnya sambil bertanya-tanya.

"Kita belum berkenalan. Aku Alan, kamu? " Sambil menyodorkan tangan kanannya ke  arah Riski.

Oh ya tuhan, aku lupa berkenalan dengannya tadi. Pikir Riski merasa bersalah.

" Riski Aditya, Kau bisa memanggilku Riski, " Riski menyambutnya lalu memperkenalkan dirinya juga.

Keduanya saling bergulat tangan, sementara mata mereka bertukar pandang. Perasaan hangat menjulur dari tangan mereka yang saling bersalaman itu hingga ke otak mereka.

" Astaga Riski!  Kau dari mana saja? Itu Pamanmu udah buat tas karungmu!" tunjuk Bibi ke meja.

"Woah, Makasih Paman. Tadi niatnya aku mau cari karung bekas tapi tidak ketemu. sampai aku kehujanan, hehehe."

Bibi hanya geleng-geleng kepala lalu menyuruhku mandi.

******

Riski POV.

'Kriiing'

Aku seketika terbangun dari mimpi indahku. Mematikan jam weker lalu segera berlalu mengambil wudhu untuk sholat Subuh.

Setelah sholat aku merapikan tempat tidur dan menyiapkan atribut Mos yang digunakan.

****

Alan POV.

Hari ini akan dilaksanakan Mos di sekolah baruku. Peralatan yang disiapkan banyak yang tidak ku buat. Seperti kalung pisang, ikat pinggang kaleng dan kaos kaki bola.

Dengan cepat aku memakai seragam SMPku, mengambil tas karungku lalu menyalami Ibu dan Ayah sebelum ke sekolah.

Mataku masih mengantuk karena aku tidur jam 01.30. Dan anehnya yang membuatku tidak bisa tidur adalah anak yang bernama Riski itu. Bukan, tapi kejadian saat hujan kemarin. Sungguh itu sangat memalukan. Apalagi waktu itu ada mobil. Pasti orang yang di dalam mobil itu tertawa melihat posisi kami.

Selama di perjalanan, aku masih saja memikirkan kejadian kemarin. Hingga ketika aku sampai ternyata sudah banyak siswa baru sepertiku di sekitar halaman sekolah ini. Aku turun dari motorku, melepas helm dan tiba-tiba seseorang sudah bergelantungan di lenganku.

"Hei Alan! Kupikir kau tidak akan masuk ke SMA ini... " dia adalah Nani. Cewek paling rese sewaktu di Smp. Dia teman sekelasku dari kelas 7 sampai 9 dan kali ini aku harus tabah harus satu sekolah dengannya. Dalam hati aku berdoa agar dia tidak sekelas denganku.

" Apa kau sudah sarapan? Yuk ke kantin!! Masih sempat kalau kita ke kantin kok. " Ucapnya lagi.  Aku hanya menarik nafas lalu mengikutinya. Sebenarnya dia sudah mengungkapkan perasaannya ketika pelulusan kemarin. Tapi aku menggantungkannya. Entahlah, dia cantik, pintar, tapi aku hanya menganggapnya teman.

****

'Alan'

'Alan'

'Alan'

Oh Astaga apa yang ku pikirkan? Remaja yang waktu itu? Oh apa yang sebenarnya terjadi padaku?

Sambil memukul kepalaku berulang kali aku berjalan ke gerbang sekolah. Terlihat banyak sekali Siswa baru yang bertengger di sekitar halaman sekolah menunggu bel di bunyikan.

Aku lalu berjalan ke segerombolan siswa baru itu. Berniat mencari kawan baru.

"Mmm, Permisi.... Boleh kenalan? " suaraku agak sedikit ragu. Takut kalau saja Mereka mengusirku.

" Tentu saja!" Ucap salah satu dari mereka.

"Bobi, "
" Andi, "
" Santi, "
" Lina, "
" Cristy, "

Mereka memperkenalkan diri mereka masing-masing.

" Riski, Riski Aditya, Heheh! " aku masih canggung.

" Hei santailah!, Kita disini tidak akan memakanmu! " Seru Andi ke arahku.

" Hehehe,"

KRIIIIIINGGG

Kami semua dikumpulkan di lapangan utama. Ada sekitar enam ratusan siswa baru terkumpul di halaman ini.

Aku baris bersama Bobi dan Andi sedangkan Cristy, Lina dan Santi baris di barisan perempuan.

Setelah ketua osis membuka Mos pada hari ini, semua siswa diarahkan ke Auditorium.

Beberapa guru disini menjelaskan berbagai sistem, kurikulum dan hal-hal tentang Sekolah ini.

Setelah semua sudah dijelaskan, inilah saatnya Anggota Osis beraksi. Aku  rasa inilah yang mereka tunggu-tunggu.

"Masih semangat semua? "teriak Anggota osis di depan.

" Masih, " Balas kami serempak.

" Oke, kalau begitu Kaka akan memberikan sedikit game, " terlihat senyum devil terukir di wajahnya.

Perasaanku sudah tidak enak akan hal ini."  untuk game pertama kalian harus berkenalan minimal 5 orang di ruangan ini. Mulai dari sekarang! " serunya cepat.

Kami semua langsung riah, mencoba berkenalan namun

" Waktu habis! " semua terhenti. Aku bahkan  belum berdiri dari dudukku. Ini game apa?

Akibatnya, banyak siswa yang kena hukuman. Aku? Tentu saja tidak karena tadi aku sudah berkenalan ke Bobi, Andi, Cristy, Lani dan Santi.

" Untunglah aku berkenalan denganmu, "Bisik Andi di telingaku. Oh pemikirannya sama sepertiku. Aku hanya mengangguk menanggapinya.

Setelah selesai, Kaka tadi menyuruh kami (lagi)  memilih satu teman sebagai pasangan dengan syarat harus sesama jenis. Aku baru saja mengajak Andi di sampingku namun dia sudah bergandengan dengan bobi. Sial! Aku terlambat.

Aku lalu mencari siapa yang mau menjadi pasanganku. Terlihat di bagian siswa perempuan terlalu heboh -_-. Aku melihat sekeliling dan tiba-tiba tanganku di pegang seseorang. Aku berbalik

"A-alan? " Ucapku tidak percaya. Dia disini juga? Eh bukannya kemarin katanya dia juga siswa baru juga. Dasar Oot kau Riski.

" Kita akan jadi pasangan ~" aku kembali terdiam. Jantungku kembali bergemuruh, kakikku gemetar.

Dia tersenyum lalu menarikku ke belakang. Dia mendudukanku di samping kursinya.

"Siapa yang mau maju duluan? " tanya Kaka yang di depan.

" Kami~~ " Itu bukan aku..... Maksudku itu bukan aku tapi aku akan terbawa juga. Bagaimana tidak, itu suara Alan. Aku menatapnya horor sehoror-horornya. Dia hanya mengedipkan sebelah matanya lalu memegang tanganku supaya iku berdiri bersamanya.

" Pok, pok, pok, " riuh tepuk tangan terdengar dan sukses membuatku panas

(Song : Everytime by Chen feat punch)

#Tbc.......

Everytime Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang