"Sahabat Sejati"

395 3 6
                                    

Ulang tahun ini rasanya tidak akan meriah kalau tidak ada sahabat-sahabatku disekitarku, meski hanya pesta kecil hanya antara aku dan sahabatku. Orang tuaku malah tak ingat hari jadiku, itu yang membuatku sedih. Tapi sahabatku selalu saja menghiburku dan membuatku bahagia kembali, ya mereka adalah Okta, Annis, Febi, dan Aku. Disaat aku sedih hanya mereka yang menghiburku, disaat aku resah, mereka yang memenangkanku, disaat aku lelah mereka selalu mengusap pundakku, dan membantuku untuk tetap tegar. Bagai tompangan mereka menompangku saat aku hendak jatuh, begitupun aku pada mereka, kami saling menompang agar diantara kami tak ada yang jatuh. Karena kami sahabat.

Kami sahabat tanpa perjanjian. Kami memang tak lama bertemu, kami bertemu dibangku SMK kelas satu, awalnya kami tak saling mengenal. Lalu seiring berjalannya waktu kami semakin dekat, aku masih ingat saat Okta mengajakku berkenalan,

"hai, namaku Oktavia Hudson. Namamu?" sapa Okta dengan ramah.

"aku Anni" jawabku singkat dan memberi sedikit senyuman.

"oh, Annitasya Raharja ya?, kamu asal smp mana?"

"smp XXX"

"hahaha, kamu jawabnya biasa ajh. Aku bukan hacker kok, tegang amat keknya" ucap Okta yang membuatku malu setengah hidup.

"hai, namaku Annisa Salsabila. Panggil annis ajh hehe" ucap Annis dengan ramah menyela diantara tawa Okta.

"Anni" jawabku

"aku Febi" ucap Febi.

"Anni"

"bhahaha. Febi, Anni mirip ya kek kamu waktu pertama kali aku nanya nama kamu :v, 'siapa namanya?' 'Febi' bhahaha. So imut banget wkwk" ejek Okta pada Febi.

"iii.. iya atuh ih udah menii.kamumah bully aku terus" jawab Febi saat itu sambil menghentakan kakiknya.

"sabar ya ni, kitamah emang kek gini da :v, kita juga baru kenal beberapa hari he, oh ya kamu kalau butuh sesuatu panggil aku ajh ya :v, tapi klau uang jajan aku angkat tangan :v" ucap Annis mengajakku bercanda. Aku hanya bisa tersenyum saat itu hehe.

Diantara kami Okta lah yang sebenarnya menyatukan kami. Dan mulai dari hari itu persahabatan kami dimulai. Kami bersahabat mengalir seperti air, tak perlu kamera selfi, tak perlu kamera HD. Karena diantara kami tak ada yang begitu mementingkan hal seperti itu.

Beberapa minggu lalu aku pulang sekolah, pada sore itu aku mendengar orang tuaku bertengkar. Ya musik penyambutan yang sama bagiku setiap harinya. Namun lain pada saat itu, orang tua ku bertengkar dan hendak memutuskan untuk bercerai. Aku bingung, aku sedih, aku kesal. Untuk pertama kalinya aku menengahi pertengkaran mereka

"Mama, Papa. Bisa diam tidak? Kenapa kalian selalu bertengkar? Apa Mama dan Papa tidak tahu betapa sedihnya aku?, betapa lelahnya aku mendengarkan irama yang sama dirumah ini? Dan apa tadi? Mama dan papa akan bercerai? Lalu aku? Aku akan dibuang? Untuk apa kalian melahirkan aku didunia ini jika hanya untuk ditinggalkan? Aku lelah mah! Pah! Aku juga ingin seperti teman-temanku!!"

"ani! Diam! Jangan ikut campur masalah Papa dan Mamamu yang durhaka ini! Suami kerja habis habisan. Dia enak enakan tiduran tak menyambut suami dengan baik"

Pada saat itu aku langsung pergi keluar rumah, meninggalkan papa dan mama yang malah melanjutkan pertengkaran mereka.

Ketika aku sedih begini aku selalu datang ke taman dimana tempat ini selalu sepi jika sore hari. Aku duduk dikursi tengah taman, menangis dan terus menangis menyesalkan semua kehidupanku. Yang aku ingat hanya kepedihan, sakit, kesal.

'kenapa mereka tak pernah mengerti?. kenapa tuhan!! Aku benci hari ini! Aku benci orang tuaku! Aku benci kehidupanku! Hanya satu yang tak aku benci sahabatku' fikirku saat itu

Sahabat Sejatiku Kebahagiaanku :)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang