21. Hurting

3.5K 280 28
                                    

•Biarkan Berlalu, Hello🎶

###

"Pada akhirnya, semua ekspektasiku yang mengatakan kalau kita akan baik-baik saja harus meleset. Karena sekarang, tepat di momen ini, aku mendapati kamu, yang dengan teganya menghancurkan kepercayaanku."

•••

     BUKAN niat Kirana sebenarnya untuk masuk ke kamar Raffa. Tapi, ini semua dikarenakan permintaan Winda. Wanita itu menyuruh Kirana menyusul Raffa ke atas selagi dia ingin reuni dengan teman masa SMAnya. Maka, jadilah seperti ini; Kirana dengan satu piring nasi goreng buatannya juga jus sirsak kesukaan Raffa dulu sudah ada di depannya. Sedangkan Raffa, cowok itu terus duduk menyender di atas kasur sambil memainkan ponselnya.

     Bukannya Raffa sudah memberi akses keluar-masuk buat Kirana, tapi, dia sudah bersikeras untuk mengusir cewek itu. Dan hasilnya, nihil. Gadis itu bahkan enggan untuk mengganti posisinya meskipun Raffa sudah menggunakan banyak trik untuk menyuruhnya keluar.

     "Raf, nasi gorengnya bentar lagi dingin," ujar Kirana, memperhatikan nasi goreng komplit dengan telur mata sapi itu dengan nanar. "Sayang kalo nggak di makan."

     "Bicara sekali lagi, lo gue seret keluar," balas Raffa, pastinya dengan jelas. Itu bukan peringatan lagi, tapi sudah menyerupai ancaman yang sepatutnya dihindari Kirana.

     "O-oke," katanya, kemudian menaruh piring itu di atas meja tepat di samping Raffa. "Gue nggak bakalan maksa lagi." timpalnya.  Tak ada balasan yang Kirana dapatkan dari Raffa. Cowok itu terus saja memandangi layar ponselnya. Bahkan, Kirana tidak tahu memangnya ada hal menarik apa saja yang ada disana, sampai-sampai Raffa rela mendiaminya seperti itu.

     "Kapan lo keluar?" tanya cowok itu datar, tanpa ekspresi apapun. "Kamar gue berasa jadi makin sempit dengan kehadiran lo disini."

     "Gue bakalan disini sampe Tante Winda pulang," sahut Kirana, bersikeras untuk tetap bertahan disitu meskipun dia sama sekali tak dianggap ada oleh pemilik kamar. "There's no choice."

     "Gue masih sabar buat nunggu lo keluar dari sini sekarang."

     Tanpa menggubris, Kirana hanya mengangkat kedua bahunya acuh untuk menanggapi kalimat Raffa tadi. Keduanya kemudian terdiam. Tidak ada suara jangkrik ataupun suara angin berhembus, melainkan hanya suara deru napas mereka berdua yang saling sahut-sahutan. "Emang apa, sih, menariknya dari Adena sampe-sampe lo milih dia?" tanyanya, mengganti topik obrolan, membuat Raffa tiba-tiba menoleh ke arahnya. "Baru sekarang gue liat gimana sosok Raffael yang sayang banget sama pacarnya."

     Raffa tak menjawab.

     "Dulu lo juga sampe segitu sayangnya sama gue, nggak?"

     "Kirana, diem." kali ini, Raffa bicara dengan suara halus, meskipun hawa dinginnya masih menjalar di dada Kirana.

     "Dari dulu, kita temenan deket banget. Kalo boleh bilang, lo sampe nganggap gue kayak adek lo sendiri," ujarnya, mencoba untuk mengingat tentang masa lalunya. "Terus, suatu hari lo bilang kalo lo sayang sama gue. Tanpa lo tau, jauh dari hari sebelum lo bilang lo sayang sama gue, gue udah rasain hal itu ke lo deluan, Raf."

     Kirana menghentikan ucapannya untuk sesaat.

     "Beberapa minggu kemudian kita jadian. Dan dari awal, gue emang udah bikin kesalahan besar ke lo. Gue pergi dari Indonesia tanpa ngabarin lo. Bahkan, gue sempet mutusin untuk nggak lagi berhubungan sama lo. Jahat banget, kan, gue?"

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang