Flashback Memory (Cuplikan My Mister R)

8.8K 433 70
                                    

England, 21 Juli 20xx

Refan melangkahkan kakinya dengan lunglai, Lelah. 1 kata itu cukup untuk menggambarkan harinya yang berat. Bukan saja harus berkuliah, tetapi dia juga harus mengurusi perusahaan peninggalan orang tuanya.

"Remuk, rasanya tulangku remuk semua." Rutukan meluncur dengan sempurna dari bibir merahnya.

Refan mulai memandang langit malam yang terhampar luas tanpa satupun bintang di sana. Sudah kodratnya, jarang ditemukan bintang di langit kota. Refan kembali mendengus dan menatap jalanan England yang penuh sesak. Para pejalan kaki berjalan dengan cepat tanpa peduli dengan sekitarnya, semua sibuk dengan urusan masing-masing. Refan melirik jam tangan hitam yang melingkari tangan kokohnya. Tepat pukul 09.30, begitu lama ia di kampus dan baru pulang semalam ini. Ia sudah harus pergi kuliah tepat pukul 06.00 jika tidak ingin ketinggalan kereta. Biasanya ia akan tiba lebih awal sebelum kelas dimulai. Daun-daun yang kemarin masih terlihat berjatuhan dari pepohonan sudah tidak terlihat. Sepanjang perjalanan menuju halte bis, uap hangat keluar dari hembusan nafasnya yang teratur.

"Dinginnya malam ini seperti hatiku yang dingin tanpanya." Refan menggosok kedua tangannya sambil menghembuskan nafasnya dengan pelan untuk membuat kedua tangannya menghangat.

Tiba-tiba orang-orang mulai mengeluarkan payung dan beberapa orang terlihat berlari-lari mencari tempat bernaung. Refan terdiam di tempat dan mendongakkan kepalanya ke langit, senyumnya mengembang dan matanya tertutup dengan rapat. Bulir-bulir salju menghampiri wajahnya dan itu menandakan musim gugur telah menghilang digantikan dengan musim salju.

"Salju, aku merindukanmu, seperti aku merindukan gadis kecilku yang berada di benua Asia." Tutur Refan sambil kembali melangkah dan mempercepat langkahnya karena halte bis sudah mulai terlihat.

Refan merindukan Sisilia, gadis yang telah dipacarinya lebih dari 12 tahun. Teman masa kecil, tetangga wanita, teman curhat, sahabat sejati, orang yang tidak pernah putus asa dalam mengejar Refan. Lebih tepatnya, satu-satunya gadis yang ia perbolehkan masuk dan tinggal di hatinya dalam waktu lama. Padahal ada begitu banyak wanita yang pernah muncul dalam hidupnya dan mencoba menarik perhatiannya, tetapi kunci hatinya hanya menjadi milik Sisilia. Sudah sebulan Sisilia pergi ke Korea untuk berlibur bersama teman-temannya. Selama itu pula, setiap hari ia merindukan wanitanya. Refan semakin mempercepat langkahnya saat bis yang akan dinaiki telah tiba, ia segera menaiki bis itu dan duduk dibarisan paling belakang. Saat bis mulai berjalan, ponselnya bergetar, dengan sebelah tangan diambilnya dan terlihat video call dari Sisilia. Rasa lelahnya seakan menguap ketika melihat wajah cantik wanita yang tengah tersenyum lebar dari belahan dunia lain di ujung sana.

"Efannnnnnn, miss you." Suara manja Sisilia terdengar dengan merdu.

"Kamu sih ke Koreanya lama banget, liburan kok sampe satu bulan, kapan sih pulangnya? Gak jelas banget." Refan bersungut sambil menatap wajah Sisilia yang masih tersenyum.

"Kapan yaaaa? Sudah rindu ya? Hahaha, ketahuan kan gak bisa jauh-jauh dari diriku. Baru juga pisah sebulan, udah keliatan kesepian banget. Seneng deh liat kamu kesepian gitu." Sisilia tertawa riang menatap wajah Refan yang semakin ditekuk.

"Gak sih, gak kesepian, cuma ada yang kurang aja, rasanya sudah sebulan ini tidak ada kucing yang lompat-lompat minta sesuatu disampingku."

"Huh, gitu ya, jadi selama 12 tahun ini, aku dianggap sebagai kucing? Bagus yaaaa. Kita pacaran udah dari jaman SMP, dan selama itu kamu anggap aku kucing????"

"Loh, bener kan? Dari SD juga kamu yang tiap hari main ke rumah dan loncat-loncat pengen pergi sekolah bareng. Tiap pagi selalu aja sudah ada di depan rumahku dan tidak ingin pergi dianter orang tuanya dan malah minta dianterin orang tuaku biar bisa sama-sama ke sekolah. Dari kecil aja sudah keliatan kayak kucing kan. Biasa kan kucing juga gitu kalau mau minta makan."

My Sun FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang