So, Why Did You Go Away?

34 5 0
                                    

"Siannngg lang, lagi apa disana? selamat cape capean jangan lupa makan yang banyak jangan sampe sakit!"

"Biasanya kamu selalu nemenin aku jam segini kalo belum tidur lang"

"Makasih udah mampir di mimpi aku lang, lumayan ngurangin rasa kangen aku hehe"

"Weeey semangat pagi! Hidup mahasiswa! Ha..ha..ha lagi ngapain lang disanaaa, udah mulai kuliah?"

"Cepet pulang:("

"Kamu lebaran ini ga akan pulang? Pulang dongg kangen nih"

"Bales:( ga bales musuhan!"

"Lang? Apa renai? Lagi apa? Lagi diem:( udah kaya orang gila gini ngomong sendiri"

"Hai hai hai ketemu lagi, goodnight lang have fun"

"H-82 pulang lang"

Ya, itulah pesan-pesan lineku yang belum terbaca Gilang sesudah pergi ke Bekasi untuk pendidikan disana. Aku yakin dia akan menjadi yang terhebat.
Hari ini adalah hari dimana aku menjalani hari pertama masuk kuliah, yaitu PPSM (Pengenalan Program Studi Mahasiswa). Aku datang pukul 06.30 dan pulang pukul 17.00.
Sangat melelahkan memang, tapi aku yakin nantinya aku akan menjadi promotor kesehatan profesional sesuai jurusanku yaitu promosi kesehatan. Tiga hari aku melewati masa PPSM dengan lancar, dan teman baru yang ku kenal pun sangat hangat dan welcome sekali. Semoga aku nyaman dan betah kuliah disini, amin.
Setelah mengalami masa orientasi mahasiswa, aku mulai berkuliah di kampus Poltekkes Kemenkes. Beberapa hari berlalu, masih sama seperti biasanya. Gilang masih mengisi perjalanan hidupku, walau bayang-bayang Gilang dan Gita masih sangat pekat di pikiranku, terutama rasa sakit dan penyesalan.
Hari demi hari ku cari sosok pengganti Gilang, walau aku tau mungkin ga akan pernah bisa ada yang gantiin Gilang tapi aku berusaha untuk ga bergantung terus sama Gilang. Mungkin, saat ini hanya sosok Regilah yang sedikit bisa menggantikan sosok Gilang, dia selalu ada, selalu perhatian, selalu mau dengerin segala masalah aku, selalu sabar, selalu ngerti aku bahkan selalu nunggu aku sampe sekarang. Dan hal yang bener-bener aku ga ngerti, mungkin detik ini hatiku mulai terbuka buat Regi, apakah aku mencintainya? Maybe.
Semakin hari hubunganku dan Regi semakin dekat. Namun, tak seluruh hatiku berpihak padanya, seakan ada sesuatu yang menghalangi. Ntahlah apa itu.
Dari sekian lelaki yang sedang dekat denganku, hanya Regi yang bisa membuatku nyaman dan bahagia, seperti rasa nyaman dan bahagiaku saat bersama Gilang. Bahkan saat berjalan bersama Regipun seolah olah aku sedang bersama Gilang, tawa candanya pun mirip sekali dengan Gilang.

"Sibuk? Bisa keluar?" tanya Regi.

"Sure, jam berapa?"balasku.

" Jam 6 deh, biar ga panas, aku jemput tempat biasa ya. Kita nonton"balas Regi.

Akhirnya, aku dan Regi bertemu pukul 18.00 dia bilang, ada film yang pengen banget dia tonton. Jadi, aku ikuti saja apa maunya lagipula aku juga sedang bosan dirumah. Aku, sahabatku dan Regipun sepakat untuk nonton di daerah Purnawarman. Sesampainya disana ternyata tiket sudah souldout, akhirnya kami sepakat untuk makan saja di daerah Padjajaran. Selama diperjalanan aku dan Regi akrab sekali, bahkan saat diam pun Regi terlihat selalu tertawa kecil sendiri, dia selalu memandang wajahku dan terlihat sangat nyaman bersamaku, begitupula denganku.
Sehabis makan, kami bergegas pulang karena jam sudah menunjukan pukul 22.00 dan kondisi sedang hujan deras.

"Nai, maaf ya kalo kamu telat pulang. Abis ujan sih" ucap Regi sambil membelai rambut basahku karena kehujanan.

"Eh gak apa-apa Gi, aku biasa ko" balasku.

Setelah pulang, beberapa kali aku teringat Regi saat berjalan dengannya. Beberapa kali dia mengelus rambutku dan menggandengku saat di keramaian, aku merasa saat dihargai berada di dekatnya, kejadian itu juga yang membuatku flashback saat jalan bersama Gilang. Gilang ga pernah malu kalau membawa tasku yang keberatan atau memakai jaketku, aku merasa sangat di hargai berada di dekatnya.
Hari ini, terjadi lagi kegaduhan dihatiku, kuliat Gita memakai picture seseorang memakai kemeja memfoto sebuah ketas bertuliskan sesuatu, aku yakin Gilang yang kasih. Setelah ku selidiki ternyata benar itu Gilang, patung yang pernah ia foto padaku sama persis dengan background di foto Gita. Terjadi lagi, yah mungkin aku memang harus terbiasa dengan kedekatan Gilang dan Gita. Disaat aku jadi yang selalu ada buat Gilang, dan aku terkalahkan dengan yang sempurna yaitu Gita. Kehilangan aku, gak akan ngubah apa pun di hidup Gilang. Bertolak belakang dengan hidupku, kehilangan Gilang bisa merubah semuanya di hidupku. Warbiazah.

So, Why Did You Go Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang